Kritik Nawal Al-Sadawi Terhadap Konstruksi Wacana Agama Tentang Relasi Gender Dalam Suqut al-Imam, Adab Am Qillah Adab dan Zinah : Pendekatan Subjektivitas
YULIA NASRUL LATIFI, Prof. Dr. Juliasih ; Dr. Wening Udasmoro, M.Hum. DEA
2020 | Disertasi | DOKTOR ILMU-ILMU HUMANIORADalam Suqut al-Imam, Adab Am Qillah Adab dan Zinah, Nawal al-Sa dawi memperjuangkan otonomi perempuan Arab dengan cara yang unik yang berbeda dari para feminis dan sastrawan yang lainnya. Bila mereka menyucikan wacana agama untuk penegakan hak-hak perempuan, maka Nawal al-Sadawi justru mengkritik wacana agama untuk tujuan yang sama. Pertanyaan penelitian adalah bagaimana kritik dan konstruksi wacana tandingan Nawal al-Sadawi untuk melawan yang Simbolik konstruksi patriarkis wacana agama? Bagaimanakah tindakan radikal Nawal al-Sadawi dalam mendekonstruksi yang Simbolik dan mengapa dia menciptakan tokoh-tokoh perempuan yang radikal? Bagaimanakah fantasi yang dimunculkan Nawal al-Sadawi dalam merekonstruksi wacana agama pembebasan yang membebaskan perempuan dan seperti apakah otonomi perempuan yang dibuat oleh Nawal al-Sadawi? Didasarkan pada paradigm kritik sastra humanis dan pembentukan subjek, penelitian ini memakai teori subjektifikas Zizek. Menurutnya, subjek itu ada namun ia terbelah dan kosong. Subjek terus bergerak untuk mencari pemenuhan diri dengan perlawanannya terhadap yang Simbolik yang membelenggu melalui tindakan radikal untuk mendekati yang Riil yang dirindukan. Meskipun subjek dinilai gagal dari sudut pandang yang Simbolik, namun ia penuh makna untuk mengubah struktur. Subjek menghadirkan fantasi untuk mewujudkan eksistensi dirinya dan mendapatkan muara makna. Metode pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara pembacaan heuristik dengan teknik reduksi data melalui lima tahapan. Metode analisis data berupa metode hermeneutik sebagaimana yang dilakukan oleh Zizek sendiri dalam mengaplikasikan teorinya dalam karya sastra. Hasil analisisnya, Nawal al-Sadawi adalah subjek yang terbelah yang kosong dan berdialektika akibat berbagai trauma. Untuk pemenuhan dirinya yang kosong dan mencari keutuhan dirinya yang terbelah, Nawal al-Sadawi mengkritik yang Simbolik wacana patriarkis dalam dimensi teologi, hukum, dan eskatologi agama. Yang Lain Besar yang bersifat internal dan eksternal yang menjadikan Yang Simbolik semakin tiranik adalah lack dalam yang Simbolik. Tindakan radikal subjek berupa pendekonstruksian wacana patriarkis dalam teologi, hukum, dan eskatologi. Tujuan Nawal al-Sadawi melakukan tindakan radikal adalah untuk merusak struktur patriarkis yang telah diwariskan sejak ribuan tahun degan mengatasnamakan agama. Dalam proses subjektivikasinya, Nawal al-Sadawi memunculkan fantasi untuk merekonstruksi wacana agama yang humanis transendental: berkeadilan-rasional yang mengakui otonomi perempuan secara internal dan eksternal. Otonomi perempuan yang dibuat oleh Nawal al-Sadawi tersebut tergambar dalam tokoh Zinah. Fantasi Nawal al-Sadawi merupakan muara makna yang meneguhkan eksistensi dirinya sebagai subjek. Seluruh pergerakan Nawal al-Sadawi adalah untuk mendekati yang Riil yang dirindukan, yaitu munculnya otonomi perempuan Mesir dan Arab dengan martabat kemanusiaannya yang tinggi.
In Suqut al-Imam, Adab Am Qillah Adab and Zinah, Nawal al-Sadawi fought for the autonomy of Arab women in a unique way that was different from other feminists and writers. If they make sacred the religious discourse for upholding women's rights, then Nawal al-Sa'dwi actually criticizes religious discourse for the same purpose. Questions of this research are how does Nawal al-Sa'dawi's criticism and construction of counter-discourse to counter the symbolic construction of the patriarchal religious discourse? What is her radical action in deconstructing the Symbolic and why did she create radical female heroines? What is the fantasy that Nawal al-Sa'dawi gives rise to reconstruct the religious discourse of liberation that liberates women and what is the autonomy of women created by Nawal al-Sadawi? Based on the paradigm of humanist literary criticism and the formation of subject, this study uses Zizek's theory of subjectivity. According to him, the subject exists but it is split and empty. The subject then continues to move, seeking fulfillment with his resistance to the shackling Symbolic through radical actions to approach the Real that has been longed for. Although the subject is considered to be failed from the Symbolic point of view, it is full of meaning to change the structure. The subject presents a fantasy to realize his existence and get an estuary of meaning. The research data collection method is conducted by heuristical reading with data reduction techniques through five stages. The data analysis method is in the form of the hermeneutic method as conducted by Zizek himself in applying his theory to literary works. The analysis results shows, Nawal al-Sa'dawi is a split subject that is empty and dialecting due to various trauma. To fulfill her empty self and seek the integrity of her split self, Nawal al-Sa'dawi criticizes the Symbolic of patriarchal discourse in the dimensions of theology, law and religious eschatology. The internal and external Big Other which makes the Symbolic increasingly tyrannical is the lack in the Symbolic. The Nawal al-Sa'dawi's purpose to take radical action is to break the patriarchal structure which has been handed down for thousands of years in the name of religion. In her process of subjectivity, Nawal al-Sa'dawi conjures up fantasies to reconstruct transcendental humanist religious discourse: rational justice that recognizes women's autonomy internally and externally. The autonomy of women she made is reflected in the heroine of Zinah. Her fantasy is an estuary of meaning that confirms the existence of itself as a subject. The whole movement is to approach the Real that has been longed for, namely the emergence of Egyptian and Arab women's autonomy with high human dignity.
Kata Kunci : kritik, konstruksi wacana agama, otonomi perempuan, Nawal al-Sadawi