TRADISI SAPARAN YAAQAWIYYU DI JATINOM, KLATEN DALAM PERSPEKTIF TEORI KEBUDAYAAN SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA
Reza Ayu Safitri, Drs. Mustofa Anshori Lidinillah, M.Hum
2020 | Skripsi | S1 FILSAFATPenelitian ini membahas tentang Tradisi Saparan Yaaqawiyyu di Jatinom, Klaten dalam Perspektif Teori Kebudayaan Sutan Takdir Alisjahbana. Didasari atas fenomena zaman yang semakin modern menjadi tantangan atas suatu budaya di Indonesia, termasuk tradisi Saparan Yaaqawiyyu yang tetap dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat Jatinom, Klaten. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan pemahaman tentang tradisi Saparan Yaaqawiyyu dari berbagai aspeknya, mengidentifikasi nilai-nilai budaya menurut Sutan Takdir Alisjahbana dalam tradisi Saparan Yaaqawiyyu, serta menganalisa perubahan tradisi Saparan Yaaqawiyyu dalam tantangan zaman. Objek formal penelitian ini adalah teori nilai-nilai budaya Sutan Takdir Alisjahbana, dan tradisi Saparan Yaaqawiyyu menjadi objek materialnya. Penelitian ini menggunakan metode hermeneutika filsafati melalui studi lapangan dan studi kepustakaan. Studi lapangan dilakukan sebagai rujukan utama dalam proses penelitian dengan cara wawancara dan melibatkan beberapa informan terkait objek material. Studi kepustakaan dilakukan sebagai bahan pelengkap dan tambahan dalam penelitian ini. Unsur-unsur metodis dalam penelitian ini adalah deskripsi, koherensi intern, interpretasi, dan refleksi. Unsur-unsur metodis ini diharapkan dapat menjawab objek pertanyaan pada rumusan masalah. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut; pertama, tradisi Saparan Yaaqawiyyu adalah tradisi yang dilaksanakan untuk mengenang jasa Kyahi Ageng Gribig sebagai tokoh pendiri daerah sekaligus penyebar agama Islam di Jatinom. Simbol dalam tradisi Saparan Yaaqawiyyu yang diwujudkan dalam bentuk apem merupakan jalan dakwah yang dipakai oleh Kyahi Ageng Gribig. Kedua, nilai-nilai budaya Sutan Takdir Alisjahbana di dalam tradisi Saparan Yaaqawiyyu menjadikan nilai religi sebagai nilai yang paling dominan dan diikuti nilai seni dan nilai solidaritas, sehingga tradisi ini merupakan kebudayaan ekspresif. Ketiga, tradisi Saparan Yaaqawiyyu tetap bertahan karena nilai-nilai budaya yang mendasarinya bersifat terbuka terhadap perkembangan zaman.
This study discuss about The Yaaqawiyyu Saparan Tradition in Jatinom, Klaten in the Perspective of Sutan Takdir Alisjahbana's Cultural Theory. Based on the phenomenon of modern times, it becomes a challenge for a culture in Indonesia, including the Saparan Yaaqawiyyu tradition which still maintained and preserved by Jatinom's society, in Klaten. The aims of this study is to describe the understanding of the Saparan Yaaqawiyyu tradition from its various aspects, identify cultural values according to Sutan Takdir Alisjahbana in the Saparan Yaaqawiyyu tradition, and analyze changes in the Saparan Yaaqawiyyu tradition in the challenges of the times. The formal object of this research is the theory of cultural values of Sutan Takdir Alisjahbana, and the Saparan Yaaqawiyyu tradition becomes its material object. This research uses the philosophical hermeneutics method through field studies and literature studies. The field study was conducted as a main reference in the research process by interviews and involved several interviewees related to material objects. The literature study was conducted as supplementary and additional material in this research. The methodical elements in this study are description, internal coherence, interpretation, and reflection. These methodical elements are expected to be able to answer the question object in the problem statement. The results of this study as follows; First, the Saparan Yaaqawiyyu tradition is a tradition carried out to commemorate the services of Kyahi Ageng Gribig as a regional founding figure as well as a propagator of Islamic religion in Jatinom. The symbols in the Saparan Yaaqawiyyu tradition which are manifested form in apem are the da'wah paths used by Kyahi Ageng Gribig. Second, the cultural values of Sutan Takdir Alisjahbana in the Saparan Yaaqawiyyu tradition make religious values being the most dominant value followed by artistic values and solidarity values, as of this tradition is an expressive culture. Third, the Saparan Yaaqawiyyu tradition has survived because the underlying cultural values are abreast to the times.
Kata Kunci : tradisi Saparan Yaaqawiyyu, nilai-nilai budaya, kebudayaan ekspresif/Saparan Yaaqawiyyu traditions, cultural values, expressive culture