KONSTRUKSI BERITA PEMBAKARAN BENDERA TAUHID (Analisis Framing Pemberitaan Media Online Detik.com dan Republika.co.id Terkait Kontroversi Pembakaran Bendera Bertuliskan Kalimat Tauhid di Garut 2018)

ZAINAL ALIM, Nyarwi Ahmad, M.Si., Ph.D.

2019 | Tesis | MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

Kasus pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid di Garut pada Oktober 2018 yang dilakukan oleh oknum Banser NU mengundang terjadinya kontroversi. Sehingga kegaduhan tercipta di tengah masyarakat dan mengarah pada polarisasi. Ramainya perdebatan mengenai kasus tersebut hingga memantik aksi massa, tidak lepas dari isu yang mendasarinya, yakni sentimen identitas. Peran media massa terkait kasus tersebut tidak bisa dinafikan. Framing media massa yang berbeda-beda dalam pemberitaannya berandil signifikan dalam mempengaruhi opini publik, yang berpotensi memperkeruh eskalasi konflik. Ini artinya, konstruksi pemberitaan yang dilakukan oleh media bisa menjadi legitimasi pada kelompok yang pro terhadap pembakaran bendera atau justru sebaliknya. Atas dasar itu, melalui pendekatan konstruksionis, dengan mengadaptasi konsep peta ideologi Daniel Hallin dan metode analisis framing Robert Entman. Penelitian ini diharapkan dapat membongkar dan mengetahui bagaimana konstruksi pemberitaan media online Detik.com dan Republika.co.id terkait kasus pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid, serta bagaimana konstruksi terkait kasus pembakaran tersebut dibentuk. Maka berdasarkan hasil analisis framing terhadap sampel berita yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa Republika.co.id sebagai media online yang bernapaskan Islam memaknai peristiwa pembakaran tersebut sebagai bentuk penyimpangan (Sphere of deviance). Berbeda dengan Republika.co.id, Detik.com sebagai media online moderat yang mengusung semangat menjadi penyedia berita online secara cepat dan akurat, memaknainya sebagai peristiwa kontroversial (Sphere of legitimate controversy). Perbedaan basis ideologis tersebut akhirnya juga berimplikasi terhadap konstruksi pemberitaan yang dilakukan oleh keduanya. Detik.com memalui pemberitaannya menonjolkan bahwa status bendera yang dibakar sebagai bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Ini artinya, Detik.com secara implisit condong mengafirmasi definisi dari GP Ansor, Nahdlatul Ulama (NU) dan pihak Kepolisian. Sedangkan Republika.co.id, menunjukkan keberpihakannya terhadap definisi yang dibuat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Front Pembela Islam (FPI). Dalam hal ini, melalui konstruksi pemberitaannya, Republika.co.id mendefinisan status bendera yang dibakar sebagai bendera tauhid.

The case of the burning of a flag with tauhid words in Garut October 2018 carried out by the particular person of Banser NU invites controversy. This causes a commotion in the community and leads to polarization. The debate over the case sparked mass action, this is inseparable from the underlying issue which is an identity sentiment. The role of mass media in this case cannot be denied. The framing of various mass media differently in presenting news has a significant impact on influencing public opinion, particularly those that have the potential to worsen conflict escalation. This shows that the construction of media coverage can be a legitimacy for groups who agree to burn the flag or vise versa. Based on this right through a constructionist approach, by adapting the concept of Daniel Hallin's sphere and Robert Entman's framing analysis method. This research is expected to be able to dismantle and find out how the construction of online media news Detik.com and Republika.co.id related to the case of burning the flag with the words of tauhid written, and how the construction related to the burning case was formed. Based on the results of a framing analysis of the news samples that have been conducted, the researchers found that Republika.co.id as an online media that is identical with Moslem interpreted the burning incident as a sphere of deviance. Meanwhile Detik.com as a moderate online media that carries the spirit to become an online news portal quickly and accurately, interpret it as a sphere of legitimate controversy. The difference in ideological basis ultimately had implications for the construction of the news that was carried out in the two media Republika.co.id and Detik.com. The news on Detik.com highlighted the status of the flag which was burned as the Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) flag. This condition shows that Detik.com implicitly tends to affirm the definition of GP Ansor, Nahdlatul Ulama (NU) and the Police. While Republika.co.id, shows its partiality towards the definition made by the Majelis Ulama Indonesia (MUI) and the Front Pembela Islam (FPI). Through the construction of its reporting, Republika.co.id defines the status of the flag which was burned as a tauhid flag.

Kata Kunci : Framing, Bendera Tauhid, Sentimen Identitas, Konstruksi Berita