Makna Ruang Eksistensi Pada Ruang Terbuka Publik Lapangan Banteng Pasca Revitalisasi
DWI ICHSAN KURNIAWAN, Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D.
2019 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFenomena urbanisasi tidak hanya berimplikasi pada bertambahnya kebutuhan akan ruang terbuka publik, namun juga menyebabkan terjadinya reduksi ruang-ruang kota yang berubah fungsi menjadi pusat perbelanjaan, cafe, dan co-working space yang pada dasarnya memiliki makna publik yang semu (segmented). Kebutuhan adanya ruang terbuka publik tidak hanya karena dibutuhkannya ruang bersama (common space) namun juga karena saat ini ruang terbuka publik dapat dijadikan salah satu parameter daya tarik (branding) suatu kota. Kedua hal tersebut menjadi penting sebagai dasar untuk mencari tahu makna dan eksistensi dari ruang terbuka publik saat ini. Lapangan Banteng sebagai ruang terbuka publik yang baru saja direvitalisasi, telah mengalami perubahan dalam pemanfaatan ruang, jenis aktivitas yang dilakukan, pengguna ruang, serta tujuan penggunaan ruangnya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menggali makna ruang kesekararangan (pasca revitalisasi) di ruang terbuka publik Lapangan Banteng. Penelitian ini menggunakan metode induktif kualitatif dengan pendekatan eksploratif untuk memperoleh data-data secara kontekstual dari elemen kompleksitas di lapangan sehingga diperoleh konsepsi teori yang menjadi latar esensi teori ruang eksistensi di Lapangan Banteng. Makna ruang eksistensi yang terwujud dari penemuan tema-tema ruang empiris dan tiga konsep ruang di Lapangan Banteng, dipersepsikan berbeda-beda oleh tiap pengguna ruang, yaitu (1) Eksistensi Adaptif, sebagai proses terbentuknya aktivitas di Lapangan Banteng (2) Eksistensi Ateistik, sebagai bentuk kebebasan berkegiatan di Lapangan Banteng dan (3) Eksistensi Simbolik, sebagai bentuk interaksi yang dominan terjadi di Lapangan Banteng. Ditemukannya ketiga bentuk ruang eksistensi yang terjadi dalam satu waku yang bersamaan di ruang terbuka publik Lapangan Banteng ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan bagi pemerintah, perencana kota, maupun arsitek dalam menyediakan ruang terbuka publik perkotaan yang kontekstual dan sesuai dengan perkembangan masyarakat postmodern.
Urbanisation does not only affects the increasing need of public open space but also decreases the use of urban spaces into shopping centers, cafes, and co-working space in which these uses essentially have the segmented meaning of public itself. As the need of public open space does not necessarily generated by the urgency of common space, it also takes city branding into account as it becomes one of the parameters. These considerations are significant to be the basis of seeking the existence of public open space in this modern age. Lapangan Banteng as a public open space has been revitalised and transformed in the category of space utilisation, type of activities held, the user of the space, as well as the usage purpose. This research aims to better understand Lapangan Banteng as a public open space. The method used was a qualitative inductive method with an explorative approach to obtain contextual data from the complexity elements in the field to achieve the theoretical conception which serves as the background essence of existential space theory in Lapangan Banteng. The meaning of the existential space is composed by the findings of empirical space themes and three spatial concepts of Lapangan Banteng, where it was perceived differently by the user of the space, which generated (1) Adaptive Existence, as a process of its formation in Lapangan Banteng (2) Atheistic Existence, as a freedom to do activity in Lapangan Banteng and (3) Symbolic Existence as the dominant form of interaction in Lapangan Banteng. The discovery of these three types of existence that occurred simultaneously in Lapangan Banteng, are expected to become useful insights for the government, urban planner, as well as the architect to provide more contextual public open space that can be more suitable with development trend and the character of postmodern society.
Kata Kunci : eksistensi, ruang bersama, postmodern, ruang terbuka publik/public open space, existence, common space, postmodern