Laporkan Masalah

Sebuah Nama, Sebuah Cerita: Trajektori Lirikal, Musikal, dan Visual dari Peterpan hingga Noah dalam Arena Musik Populer Indonesia

AZZAN WAFIQ A., Dr. Suzie Handajani, M.A.

2018 | Tesis | MAGISTER KAJIAN BUDAYA DAN MEDIA

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana trajektori musikal, lirikal, dan visual dari Peterpan hingga Noah dalam arena musik populer Indonesia disertai alasan di balik trajektori tersebut. Guna menjawab pertanyaan penelitian tersebut, penelitian ini menggunakan piranti kajian musik populer dan konsep trajektori milik Pierre Bourdieu. Data dalam penelitian ini diambil dari lagu dan album-album Peterpan hingga album pertama sebagai Noah. Guna menganalisis data tersebut, analisis wacana musikal digunakan sebagai metode analisis data. Penelitian ini pun menghasilkan temuan bahwa lintasan biografis Peterpan/Noah amatlah diperngaruhi dengan wacana yang berkembang di masanya. Aspek historis, identitas (seksual), geografis, hingga politis menjadi semacam penggaris yang menghubungkan titik-titik pikiran Peterpan hinga Noah. Di album pertama, Taman Langit, Peterpan seakan mambawa nafas reformasi yang menawarkan dunia yang baru dengan kebersamaan di antara umat manusia. Kemudian, di album Bintang di Surga yang terjadi justru perlawanan terhadap narasi seksualitas yang cair dan berusaha kembali melanggengkan dominasi patriarki dalam ranah sosial maupun privat. Lalu, beralih ke album Suara Lainnya, album ini seakan menjawab pertanyaan mengenai identitas kultural Peterpan. Hingga, di Seperti Seharusnya unsur nasionalisme dan gerakan politis digaungkan disertai kembalinya phallus yang disimbolkan pada sosok Ariel.

This research aims to identify the lyrical, musical, and visual trajectory from Peterpan to Noah and what kind of discourse employed within. To answer the objectives, this research employed popular music studies and the concept of trajectory from Pierre Bourdieu. The main sources of this research is Peterpan albums, started from Taman Langit, until Noah’s first album, Seperti Seharusnya. To analyse the data, this research used musical discourse analysis as a tool. The findings show that the trajectory of Peterpan/Noah depends on the discourse developed in certain times. Historical, identity (sexual), geographical, and political aspects connect Peterpan/Noah to the discourse they employ. In Taman Langit, Peterpan bring the spirit of reformasi era in Indonesia. Then, in Bintang di Surga, they challenge the meta-narrative of fluid sexuality through hegemonic masculinity. Next, in Suara Lainnya, they answer the question about their cultural identity by showing their Sundanese identity. Finally, in Seperti Seharusnya, they employ nationalism spirit as a political movement and the return of phallus symbolised by Ariel.

Kata Kunci : trajektori, musik populer, Peterpan, Noah

  1. S2-2018-390477-abstract.pdf  
  2. S2-2018-390477-bibliography.pdf  
  3. S2-2018-390477-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2018-390477-title.pdf