ANDUNG DAN ANDUNG-ANDUNG DALAM UPACARA PERKABUNGAN MASYARAKAT BATAK TOBA: KAJIAN MUSIKOLOGI
ROSMEGAWATY TINDAON, Dr. GR. Lono Simatupang , MA;Prof. Victor Ganap. M.Ed;Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc
2018 | Disertasi | DOKTOR PENGKAJIAN SENI PERTUNJUKAN DAN SENI RUPAAndung adalah suatu bentuk nyanyian ratapan di dalam Masyarakat Batak Toba yang dilantunkan secara spontan dalam peristiwa kematian. Fungsi utama andung adalah sebagai ungkapan ekspresi seseorang atau keluarga terhadap seseorang yang meninggal dengan menceritakan kisah hidup orang yang meninggal tersebut kepada orang yang datang melayat di sekitar jenazah. Dalam perjalanannya, andung pernah mengalami penolakan dari missionaris seiring masuknya agama Kristen Protestan di masyarakat Batak Toba. Mereka menganggap andung sebagai bentuk pemujaan terhadap roh leluhur. Untuk mengantisipasi hal itu, otoritas gereja telah memberikan ruang dan alternatif untuk mengganti nyanyian andung dengan nyanyian gereja HKBP. Dari penelitian lapangan yang telah dilakukan, penulis menemukan fakta yang berbeda dimana andung dalam konteks awalnya masih tetap berlangsung hingga saat ini. Ada dua kebaruan yang diberikan dalam penelitian disertasi ini, yaitu; (1) andung adalah bagian yang integral dalam kehidupan masyarakat Batak Toba dan tidak tergantikan oleh nyanyian gereja HKBP; (2) andung telah mengalami transformasi menjadi andung-andung dalam konteks musik populer. Andung- andung tidak hanya dinyanyikan oleh keluarga yang sedang berduka, namun kerabat dan orang yang sedang melayat dapat bernyanyi bersama dengan iringan instrumen musik modern.
Andung is a form of chanting in the Batak Toba society that is spontaneously chanted in the event of death. The main function of andung is as expression of a person or family to someone who died by telling the story of life of the deceased person to the person who came to mourn around the corpse. In its journey, andung had experienced the rejection of missionary as the entry of Protestant Christianity in Batak Toba society. They considered andung-andung as a form of worship of ancestral spirits. To anticipate this, church authorities have provided an alternative to replace the space and singing of andung- andung with songs of HKBP. From the field research that has been done, the author found a different fact where andung in its authentic context still continues until today. There are two novelty given in this dissertation research, that is; (1) andung is an integral part of the life of the Batak Toba society and is not replaced by the HKBP church singing; (2) andung has undergone transformation to be andung-andung in the context of popular music. Andung is not only sung by the grieving family, but relatives and people who are mourning can also sing along with the accompaniment of modern musical instruments
Kata Kunci : andung, andung-andung, transformasi.