Kinerja Kawasan Wisata Budaya di Sepanjang Sungai Musi Kota Palembang Dalam Konteks Pariwisata Budaya Berkelanjutan (Sustainable Cultural Tourism)
CITRA NUR IFFAH A, M. Sani Roychansyah,ST.,M.Eng.,D.Eng
2018 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTADalam konteks global, pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi prioritas utama dalam pembangunan. UNWTO (United Nations World Tourism Organization) menargetkan pariwisata berada pada posisi tertinggi pada agenda internasional mulai tahun 2016. Dengan beragam manfaat, pariwisata merupakan sektor ekonomi terencana yang menjadi solusi untuk menjawab beragam tantangan global saat ini, khususnya untuk mendorong perumbuhan sosial-ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, khususnya pariwisata berbasis budaya. Budaya sebagai warna sekaligus produk wisata utama yang bersifat fleksibel dan rentan terhadap perubahan yang terjadi baik dari faktor eksternal maupun internal. Pengembangannya dapat memberikan pengalaman yang berkesan, baik dari faktor fisik (physical) maupun faktor non-fisik (intangible) yang bersifat sejarah dan budaya lokal (landscapes, buildings, collections, the arts, identity, tradition and language) melalui kegiatan pelestarian (conserving) terkait kearifan lokal atau signifikansi budaya (cultural significance) suatu kawasan. Hal ini menjadi tantangan bagi Kota Palembang yang memiliki beragam peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya serta eksistensi Sungai Musi, dalam hal mengembangkan potensi wisata tanpa meninggalkan daya tarik sejarah yang ada untuk mendorong pariwisata budaya berkelanjutan secara jangka panjang. Dalam RTRW Kota Palembang Tahun 2012-2032, kawasan tepian Sungai Musi diarahkan untuk pengembangan pariwisata budaya sejarah dan pengembangan water front city, khususnya pada 5 kawasan wisata budaya yang menjadi lokus penelitian ini. Pariwisata berkelanjutan menawarkan kondisi lingkungan yang lebih ideal untuk komunitas didalamnya, memaksimumkan pelayanan wisata bagi wisatawan dan menciptakan hubungan yang hamonis dengan menempatkan aspek budaya lokal sebagai inti produk pariwisata. Berdasarkan fenomena yang ada, penelitian ini dilakukan untuk menyikapi gap penelitian di destinasi wisata bersejarah. Menurut Parasuraman, Zeithaml, & Berry, (1985) dalam Sabila & Damayanti (2017), Kualitas pelayanan (service quality) kawasan wisata yang berkelanjutan didukung berdasarkan kesenjangan antara pelayanan yang diterima (perceived service) dengan pelayanan yang diharapkan (expected service) baik kondisi fisik (tangible) maupun non-fisik (intangible). Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh mana kinerja kawasan wisata budaya di sepanjang Sungai Musi Kota Palembang dalam konteks Pariwisata Budaya Berkelanjutan apabila ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya, melalui metode Importance-Performance Analysis dalam melihat sensitivitas kinerja variabel berdasarkan supply - demand pariwisata, sehingga hasil penelitian ini dapat mengetahui prioritas pengembangan kawasan wisata budaya yang berkelanjutan dalam memberikan pelayanan yang optimal berdasarkan preferensi para pelaku wisata (stakeholders).
Tourism is one of the prioritized sectors in global development. In 2016, UNWTO targets tourism as the first of the international agenda. Tourism with its many benefits is a solution for multiple global challenges, especially to encourage inclusive and sustainable social-economic growth, especially cultural based tourism. Culture is flexible and also prone to both internal and external changes. Cultural based tourism development can provide a rich experience of physical factors (tangible) or non-physical factors (intangible) through the conservation activities that related to local wisdom and cultural significance of a tourism site, such as landscapes, buildings, collections, the arts, identity, tradition, and language. This becomes a challenge for Palembang which is famous for the Sriwijaya Kingdom and Musi River as a cultural tourist attraction, to develop tourism to its full potential without stripping its cultural and historical attraction, and encourage a sustainable tourism for a long-term goal. In RTRW Palembang 2012-2032 Musi River's riverside Is planned as a cultural and historical tourism site and waterfront city development, especially in 5 areas in which this paper is focused on. Sustainable tourism offers a more ideal environment for the community within, maximize tourism services for the tourists, and also creates a harmony by showcasing local heritage as the main tourist attraction. Based on this phenomenon, this research attempts to respond the gap of research in the historic destination. According to Parasuraman, Zeithaml, & Berry, (1985) within Sabila & Damayanti (2017), quality of tourism services supported by the gap between perceived services and expected services to both physical (tangible) or non-physical (intangible) condition. Therefore, this paper attempts to review the performance of cultural tourism areas alongside Musi River Palembang City in the context of sustainable cultural tourism implementation from the economic, social, and environmental aspects using the Importance-Performance Analysis method to observe the sensitivity of variables' performance based on the tourism supply and demand. So that, the result of this research can determine the priority of sustainable cultural tourism development to provide the optimal services based on the stakeholder preferences.
Kata Kunci : Sustainable Cultural Tourism, Performance, Kota Palembang, Importance-Performance Analysis