REINTERPRETASI POLA HIAS BATIK KLASIK SEMEN RAMA GAYA YOGYAKARTA
SURYO TRI WIDODO, Dr.G.R.Lono Simatupang S.,M.A;Prof.Dr.R.M.Soedarsono;Prof.Drs.SP.Gustami,S.U
2018 | Disertasi | S3 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaPenelitian ini diberi judul Reinterpretasi Pola Hias Batik Klasik Semen Rama Gaya Yogyakarta.Tujuan penelitian yaitu: (1) untuk mengetahui eksistensi batik klasik semen rama gaya Yogyakarta; (2) untuk mengidentifikasi dan memahami secara mendalam konsep visual pola hias batik klasik semen rama gaya Yogyakarta secara detail dan terperinci; (3) untuk memahami rancang bangun pola hias batik klasik semen rama gaya Yogyakarta. Pendekatan estetika diterapkan dalam penelitian ini dari aspek struktur dan gaya seni. Analisis juga dibantu dengan teori ikonografi dan teori ornamen. Pengumpulan data diperoleh melalui studi pustaka dan studi lapangan (observasi, dokumentasi, dan wawancara). Hasil penelitian yaitu: (1) representasi pola hias batik klasik semen rama memuat mitologi atau sejumlah cerita suci yang bertalian erat dengan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa dan alam semesta raya ciptaan-Nya. Adanya konsep devaraja yang menyatakan bahwa raja adalah titisan dewa dan dewa itu tempatnya adalah di gunung, maka terdapat keterkaitan erat antara perwujudan pola hias batik klasik semen rama dengan konsep gunung sebagai tempat yang disakralkan; (2) struktur pola hias batik klasik semèn rama menekankan visualisasi yang simetris, padat, diterapkannya unsur isen-isen pada bidang terluang, dengan latar yang umumnya berwarna putih bersih. Pengaruh Islam melahirkan beberapa visualisasi yang ditengarai sebagai wujud stilisasi; dan (3) rancang bangun pola hias batik klasik semen rama berhubungan erat dengan skema perwujudannya sebagai kain panjang, di samping dengan konsep pohon hayat dan gunungan wayang kulit purwa. Pola hias semen rama sebagai sebuah kain batik dihasilkan dengan teknik batik, sehingga berbeda dengan gunungan wayang kulit yang diwujudkan dengan teknik tatah sungging seni kriya kulit. Perwujudan pola hias batik klasik semen rama merupakan bukti adanya penyebaran konsep gunungan dan pohon hayat yang awal mulanya diidentifikasi pada sejumlah bangunan dan relief percandian, diterjemahkan ke dalam bentuk gunungan wayang kulit purwa, dan menyebar termasuk ke dalam seni batik klasik pedalaman.
The title of this research is Reinterpretation of the Decorative Pattern of Classical Yogyakarta-Style Batik Semen Rama.This research aims to: (1) understand the existence of the classical yogyakarta-style batik semen rama; (2) identify and gain in-depth understanding of the visual concept of the decorative pattern of classical yogyakarta-style batik semen rama in detail; and (3) interpret the design of the decorative pattern of classical yogyakarta-style batik semen rama. The approach of aesthetics was employed from the aspects of the structure and the style of art. The analysis also supported by the iconographic theory and the ornament theory. Data were obtained from library research and field studies (observation, documentation, and interviews). Research findings that: (1) the representation of the decorative pattern of classical yogyakarta-style batik semen rama, essentially, contains a mythology or a number of sacred stories that are closely related to the existence of God Almighty and the universe.The devaraja concept stating, that a king is the descendant of Gods and that Gods live in gunung (mountains). It is a close relation between representation of the decorative pattern of semen rama and the concept of gunung as a sacred place; (2) the structure of the decorative pattern of semen rama highlights the existence of balance to be visualized simmetrically, densely-patterned, and implement the isen-isen element in each spare area with a background which is commonly lily-white. The influence of Islam creates several types of visualization which are represented as stylization; and (3) the decorative pattern of semen rama is closely related to the scheme of kain panjang, beside with the concepts of life tree and gunungan used in the shadow puppetry. The decorative pattern semen rama transformed as batik fabric. It is different from that of gunungan in shadow puppetry which is made using the technique known as tatah sungging for leather crafting. The decorative pattern of semen rama serve as evidence of the concepts of gunungan and life tree which initially can be identified in a number of buildings and reliefs in temples which are then drawn in gunungan used in the shadow puppetry and then in making classical rural batik.
Kata Kunci : estetika batik; batik semen rama; pola hias batik, batik klasik Yogyakarta