NGEJOB KOOR : SIKAP ESTETIS DAN EKONOMIS ATAS APRESIASI KEGIATAN MENYANYI DALAM PADUAN SUARA GEREJA KONCO KENTHEL
M. F. DRIASTIWI, Dr. G. R. Lono Lastoro Simatupang, M.A.
2017 | Tesis | S2 ILMU ANTROPOLOGIKonco Kenthel adalah sebuah paduan suara gereja yang berdiri di bawah naungan gereja Santo Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Paduan suara ini secara resmi berdiri pada tanggal 14 Juni 2008, dan sampai saat ini memiliki puluhan jumlah anggota dengan keterlibatan aktif maupun pasif di dalamnya. Tugas utama Konco Kenthel sebagai paduan suara gereja ialah menyanyi dalam peribadatan Katolik yakni dalam perayaan ekaristi, namun di samping itu Konco Kenthel juga mempunyai banyak kegiatan lain seperti rekrutmen, musyawarah, latihan menyanyi, dan menampilkan nyanyian dalam peristiwa non-religius. Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap sikap anggota terhadap apresiasi kegiatan menyanyi mereka dalam paduan suara Konco Kenthel. Data-data kualitatif digunakan dalam penyusunan penelitian ini. Adapun data-data tersebut diperoleh melalui observasi partisipatif yang dilakukan oleh peneliti sejak bulan Februari 2014, dan wawancara dengan para informan yakni beberapa anggota paduan suara Konco Kenthel dan beberapa orang di luar anggota paduan suara Konco Kenthel yang terlibat secara langsung dengan kegiatan menyanyi paduan suara Konco Kenthel. Data-data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan kerangka berpikir berupa fungsi-fungsi musik, estetika ritual, dan dimensi ekonomi dalam ritual, dalam perspektif antropologis. Hasil dari penelitian ini mengungkap bahwa anggota paduan suara Konco Kenthel memunculkan sikap estetis dan sikap ekonomis dalam aktivitas menyanyi mereka. Tidak hanya seputar produksi suara, visualitas dan tarif pelayanan juga menjadi perhatian penting bagi mereka saat menjalankan tugas peribadatan. Sikap-sikap ini merupakan respon atas apresiasi yang mereka dan pihak klien berikan pada kegiatan menyanyi paduan suara Konco Kenthel.
Konco Kenthel is a church choir that was officially established at the Saint Johannes the Apostle Pringwulung church, Yogyakarta, on June 14, 2008. It is now having dozens of active and passive members. Konco Kenthel main duty as a church choir is to sing in the Chatolic Eucharist mass. However, Konco Kenthel also has many other activities such as recruitment, consulation, singing training, and having some singing performances in some of non-religious events. This research was conduct to reveal member's manners toward their recognition to singing activity in Konco Kenthel choir. Qualitative data are used in the preparation of this study. The data was obtained through participant observation conduct by the researcher since Februari 2014, and interviews with informants, which are some members of the choir and few people outside of the choir members who are involved directly with the choir's singing activities. The collected data are analyzed using the framework of thinking in the form of musical function, aesthetic ritual, and economic dimensions in ritual, in anthropological perspective. The result of this research reveals that Konco Kenthel choir's members are arising aesthetical and economical manners in their singing activity. Not only vocal production, but visually and service fee also become substantial considerations for them when performing duty as worshippers. These manners are responses toward their own and their client's recognition to singing activity in Konco Kenthel choir.
Kata Kunci : Kata kunci : paduan suara gereja, apresiasi, sikap estetis, sikap ekonomis, fungsi-fungsi musik, estetika ritual, dimensi ekonomi dalam ritual.Keywords : church choir, recognition, aesthetical manner, economical manner, musical functions, ritualÃ&c