Laporkan Masalah

Tetabuhan dan Tetembangan dalam Upacara Ngaben di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Bali

I NYOMAN CAU ARSANA, Dr. G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A.; Prof. Dr. R.M. Soedarsono; Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST., M.A.

2017 | Disertasi | S3 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tetabuhan dan tetembangan dalam upacara ngaben. Ada tiga permasalahan yang dicari jawabannya melalui studi ini. Ketiga permasalahan tersebut terkait dengan 1) penggunaan tetabuhan dan tetembangan dalam rangkaian prosesi upacara ngaben, 2) aspek tekstual tetabuhan dan tetembangan dalam konteks upacara ngaben, serta 3) makna tetabuhan dan tetembangan dalam upacara ngaben. Pendekatan yang digunakan sebagai payung dalam penelitian ini adalah etnomusikologis. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, studi pustaka, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data didasarkan atas konsep tiga tingkatan analisis musik model Alan P. Merriam, konsep teks dan konteks, konsep agama, dan teori semiotika. Sementara penyajian data bersifat deskriptif kualitatif. Hasli penelitian ini menjelaskan bahwa, dalam pandangan umat Hindu Bali, musik (tetabuhan dan tetembangan) memiliki kaitan yang erat dengan unsur panca mahabhuta, dipandang sebagai simbol ista dewata, dan diyakini sebagai suara puja atau mantra. Kontinuitas tetabuhan dan tetembangan didukung oleh adanya perilaku masyarakat yang dilandasi paham Siwa Sidhanta. Sebagai bunyi, tetabuhan dan tetembangan mengandung aspek musikal yang sesuai dengan prosesi yang diiringi. Dalam upacara ngaben, tetabuhan dan tetembangan mengandung makna yang sangat dalam dan berlapis. Kehadirannya dapat menimbulkan efek psikologis, energetik, dan logika. Dengan demikian, tetabuhan dan tetembangan dalam upacara ngaben adalah untaian doa melalui keindahan bunyi yang bertujuan untuk mengantarkan sang roh (atman) kembali kepada sumbernya (Paramatman) sehingga menyatu dengan Tuhan (amor ring Acintya).

This research aims to reveal tetabuhan and tetembangan in ngaben ceremony. There are three problem formulations to answer in this research. They are, 1) the use of tetabuhan and tetembangan in ngaben ceremony, 2) the textual aspects of tetabuhan and tetembangan in the context of ngaben ceremony, and 3) the meaning of tetabuhan and tetembangan in ngaben ceremony. The approach applied in this research was ethnomusicology. The data collection was conducted through observations, library research, interviews, and documentation. Data analysis was conducted based on three levels of musical analysis according to Alan P. Merriam, the concept of texts and contexts, the concept of religion, and semiotics. While, the data were presented qualitatively-descriptively. The result shows that, in the views of Balinese Hindus, music (tetabuhan and tetembangan) is closely related to the elements of panca mahabhuta, is viewed as the symbol of ista dewata, and is believed as the voice of worship or chants. The continuity of tetabuhan and tetembangan is supported by the people�s behaviors which are based on their understanding of Siwa Sidhanta. In terms of sounds, tetabuhan and tetembangan contain musical aspects which are in accordance with the procession being accompanied. In ngaben ceremony, tetabuhan and tetembangan have deep meaning with various layers. Their presence stimulates psychological effect, energetic effect, and logical effect. Thus, tetabuhan and tetembangan in ngaben ceremony are seen as a prayer expressed through the beauty of sounds with a purpose of sending the spirit (atman) back to its origin (Paramatman) so that it is united with God (amor ring Acintya).

Kata Kunci : tetabuhan, tetembangan, ngaben, makna/tetabuhan, tetembangan, ngaben, meaning

  1. S3-2017-306360-abstract.pdf  
  2. S3-2017-306360-bibliography.pdf  
  3. S3-2017-306360-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2017-306360-title.pdf