MITOS BATU DALAM CERPEN "MENJADI BATU" DAN "BATU MENJADI" KARYA TAUFIK IKHRAM JAMIL: KAJIAN MITOS ROLAND BARTHES
NOVITA DESY P, Dr. Pujiharto, M.Hum.
2016 | Skripsi | S1 SASTRA INDONESIAINTISARI Penelitian ini mengungkapkan sistem semiologi Roland Barthes dari antologi cerpen Hikayat Batu-batu karya Taufik Ikhram Jamil yang terdiri dari sistem linguistik dan sistem mitis. Dua sistem tersebut menghasilkan bentuk dan konsep. Di dalam bentuk terdapat makna denotasi, sedangkan di dalam konsep terdapat makna konotasi. Setelah diperoleh makna denotasi dan konotasi, selanjutnya dicari hubungan antara keduanya untuk mengungkap mitos. Pembacaan antara makna denotasi dan makna konotasi, serta bentuk dan konsep akan mengungkap mitos batu yang terdapat di dalam cerpen "Menjadi Batu" dan "Batu Menjadi". Mitos yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah mitos batu di dalam cerpen "Menjadi Batu" dan "Batu Menjadi". Selanjutnya, setelah mitos batu terungkap maka akan dicari ideologi yang terdapat di dalam kedua cerpen tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah adanya unsur dominasi batu di dalam cerpen "Menjadi Batu" dan "Batu Menjadi". Dominasi batu tersebut menunjukkan adanya mitos batu di dalam cerpen "Menjadi Batu" dan "Batu Menjadi". Batu merupakan bentuk yang dimanfaatkan konsep (motivasi dan konteks) untuk membangun sebuah mitos batu. Batu dimitoskan sebagai representasi sikap masyarakat daerah Riau yang terdiskriminasi. Selain itu, kedua cerpen tersebut juga menggambarkan keadaan Riau pada masa transisi dari orde baru ke reformasi. Berdasarkan pemitosan tersebut, terungkap bahwa terdapat ideologi tertentu di dalam cerpen "Menjadi Batu" dan "Batu Menjadi". Oleh karena itu, cerpen "Menjadi Batu" dan "Batu Menjadi" di dalam antologi cerpen berjudul Hikayat Batu-batu merupakan sebuah karya sastra yang bersifat ideologis. Ideologi yang terdapat di dalam cerpen "Menjadi Batu" dan "Batu Menjadi" merupakan ideologi konservatisme dan marhaenisme. Ideologi konservatisme merupakan keinginan untuk mempertahankan tradisi dan stabilitas sosial, serta menentang perubahan yang radikal. Ideologi marhaenisme merupakan paham yang bertujuan memperjuangkan nasib kaum kecil dengan asas sosionasional, sosiodemokrasi, gotong royong, dan kerakyatan. Selain itu, terdapat ideologi pengarang di dalam cerpen "Menjadi Batu" dan "Batu Menajadi", yaitu ideologi dinamika dan nasionalisme Riau. Ideologi dinamika merupakan suatu kepercayaan bahwa segala sesuatu pasti memiliki semangat dan tenaga sehingga mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Nasionalisme Riau adalah bentuk kesadaran Jamil sebagai masyarakat Riau yang berupaya untuk mengkomunikasikan kegelisahan masyarakat Riau, demi menjaga keutuhan wilayah dan pertahanan negara.
ABSTRACT This research discloses the Roland Barthes semiological system found in the short story Hikayat Batu-batu by Taufik Ikhram Jamil which consists of linguistic and myth systems. The two systems generate forms and concepts. Within the form is the denotative meaning, whereas within the concept is the connotative meaning. After the meanings of denotation and connotation are understood, further examination is conducted to find the relations between the two and discover the myths. Through a close reading of the denotative and connotative meanings as well as the forms and concepts, the myths surrounding the stone in the short story "Menjadi Batu" and "Batu Menjadi" are uncovered. The myth to disclose from both short stories is of the stone. After the myth is revealed, the analysis proceeds to find the ideology within the short stories. The results of this research show that the stone is the dominant element inside "Menjadi Batu" and "Batu Menjadi" short stories. The dominance of the stone indicates the presence of myth surrounding the stone mentioned both in "Menjadi Batu" and "Batu Menjadi". The stone is the form used by concept (motivation and context) to build a myth about stones. The stone here represents the discrimination perceived by Riau's community. Furthermore, both short stories also portray the state of Riau during the transition period from the New Orde government to Reformation. Based on these myth, it was revealed that there is a certain ideology in the short story "Menjadi Batu" dan "Batu Menjadi". Therefore, "Menjadi Batu" and "Batu Menjadi" short stories that can be found in the short story anthology titled Hikayat Batu-batu are both categorized as ideological literary works. The ideology that contained in the short story "Menjadi Batu" dan "Batu Menjadi" is an ideology of conservatism and Marhaenism. Ideology of conservatism is a desire to maintain tradition and social stability, and also to oppose radical change. Ideology of Marhaenism is the flow with the aim to fight for the fate of the small society use the principle socionational, sociodemocration, mutual cooperation, and populist. In addition, there is the ideology if the autor within both short stories is the dynamics and nationalism ideology of Riau. The ideology of dynamics is a belief that everything posses spirit and energy so that they could easily adapt to any situation. Moreover, Riau's Nationalism is in the form of Jamil's conscience as a part of the Riau community, whose endeavors are to convey the anxiety felt by the Riau community in order to maintain territorial integrity and national defense.
Kata Kunci : batu, mitos, diskriminasi, Riau, ideologi.