TINJAUAN FILSAFAT SENI GILLES DELEUZE TERHADAP KREDO JIWA KETOK S. SUDJOJONO

AANG APRIYANTO, Drs. Sudaryanto, M.Hum.

2015 | Skripsi | S1 ILMU FILSAFAT

Sudjojono merupakan pemikir seni dan pelukis Indonesia yang merumuskan visi seni rupa Indonesia modern yang disebut dengan istilah kredo jiwa ketok. Kredo jiwa ketok penting untuk dikaji karena pemikiran Sudjojono mengenai jiwa ketok merupakan perdebatan yang tak kunjung selesai, oleh karena itu peneliti melakukan penelitian kredo jiwa ketok tidak hanya sebatas dalam konteks sejarahnya melainkan juga melalui filsafat seni Gilles Deleuse. Gilles Deleuze merupakan pemikir yang lebel aliran pemikirannya masih diperdebatkan sampai saat ini. Beberapa kalangan menyebutkan Deleuze merupakan pemikir post-strukturalis karena membahas relasi subjek dan objek, adapula yang memberi lebel postsrukturalis dan postmodern, karena Deleuze membawa relasi subjek dan objek dalam persoalan-persoalan postmodern dibidang sinema dan seni. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pemikiran Sudjojono mengenai kredo jiwa ketok mengunakan filsafat seni Gilles Deleuze yang konstruktifis. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan pemikiran Deleuze sebagai objek formal untuk melihat bagaimana kredo jiwa ketok Sudjojono sebagai objek material. Penelitian ini mengunakan pendekatan filsafat seni Deleuze yang konstruktifis artinya dilihat saat produksi karya seni. metode yang digunakan ialah metode yang mengacu kepada buku karangan Anton Bakker dan Ahmad Charis Zubair (1990) yaitu metode hermeneutik dengan unsur-unsur metodis: deskripsi, interpretasi, koherensi intern dan refleksi. Kerangka analisis yang digunakan ialah pemikiran filsafat seni Deleuze yaitu seniman, epistimologi seni dan ontologi seni. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hakikat seni menurut Sudjojono ialah jiwa ketok yaitu kejujuran dalam berkarya, dengan jargon kembali ke realisme Sudjojono menyerukan kepada seniman pribumi yang Mooi Indie untuk kembali ke pada kejujuran dalam menghasilkan karya seni. Kredo jiwa ketok kemudian menjadi visi seni rupa Indonesia modern yaitu mengunakan teknis Barat dan jiwa Indonesia. Peneliti melalui filsafat seni Deleuze melihat Sudjojono ingin membuat karya seni yang abadi, dengan cara menangkap hakikat objek lukisan. Melalui proses kerja jiwa objek lukisan diproses sebagai kebenaran atau dalam bahasa Deleuze sebagai sensasi yaitu sesuatu yang menyimpan kebenaran. Deleuze sebagaimana Sudjojono ingin membuat karya seni yang abadi yang terlepas dari persoalan estetika marxis yaitu historisitas seni.

Sudjojono was an Indonesian art thinker and a painter who created the vision of Indonesian modern art that called Jiwa Ketok credo. Jiwa Ketok credo is important to be studied because Sudjojono thought about Jiwa Ketok is a debatable thing that has never been finished, therefore the researcher researched about Jiwa Ketok credo not only in the historical context but also through the philosophy of art by Gilles Deleuze. Gilles Deleuze was a thinker that his thoughts are still debated until now. Some people call Deleuze a post-strukturalist thinker because he discussed about the relation between subject and object, but several others people do not think so, they call Deleuze post-strukturalist but also a post-modern thinker, because Deleuze brought it further about the relation between subject and object into the cinema and art area. This research aims to perceive Sudjojono thought about Jiwa Ketok credo using philosophy of art by Gilles Deleuze which is constructivist. This research was a literature research that use Deleuze thought as a formal object to perceive Jiwa Ketok credo Sudjojono as a material object. This research approached with philosophy of art by Deleuze which was constructivist, means to be seen during the production period. The method that used was a hermeneutic method referring to the book by Anton Bakker and Ahmad Charis Zubair (1990), with its methodical elements: description, interpretation, internal coherence, and reflection. Analytical framework that used was Deleuze thought about philosophy of art, i.e. the artist, epistemology of art, and ontology of art. The result of this research shows that the substance of art according to Sudjojono is Jiwa Ketok, i.e. honesty at work, with his special term back to realism Sudjojono proclaimed to the indigenous artist whose Mooi Indie to go back to the honesty in producing works of art. Jiwa Ketok credo becomes a vision to Indonesian modern fine art, i.e uses western Technique and Indonesian soul. The researcher through Philosophy of art by Deleuze perceive that Sudjojono wanted to make an eternal arts, by capturing the substance of painting object. Through the process object painting soul processed as the truth or in Deleuze term as the sensation that something which holds the truth. Deleuze in the same manner as Sudjojono wanted to make an eternal arts that appart from the issue of Marxist aesthetics, i.e historicity of arts.

Kata Kunci : Sensasi, jiwa ketok, historisitas seni