Seni suara daerah sebagai media pendidikan apresiasi seni
KURNIATUN, Isti, Prof.Dr. I Made Bandem, MA
2005 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaPenelitian tentang Seni Suara Daerah (tembang Jawa) sebagai pendidikan apresiasi seni yang diajarkan di Sekolah Dasar Kodia Surakarta diawali dengan pemaparan kurikulum Pendidikan Dasar yang di dalamnya memuat tentang Kurikulum Nasional dan Kurikulum Muatan Lokal yang mulai belaku sejak tahun 1994. Melalui studi pustaka dan penelitian lapangan diketahui bahwa, terjadi ketidak sesuaian antara tujuan diberlakukannya Kurikulum Muatan Lokal dan pelaksanaan di lapangan antara lain: materi pelajaran yang terlalu berat, pemahaman guru terhadap persoalan yang ada dalam pembelajaran Seni Suara Daerah. Pada umumnya penyebab ketidak sesuaian antara tujuan yang akan dicapai dengan pelaksanaannya adalah karena faktor intemol dan faktor ekstemal Faktor internal meliputi kurangnya guru kesenian khususnya Seni suara Daerah. Sebagian besar guru yang ada tidak (hampir) tidak menguasai materi pelajaran secara dalam. Pemahaman terhadap ambitus anak menjadi kendala yang lain. Faktor ekstemal meliputi; Bahasa Jawa yang sudah menjadi bahasa Asing, sehingga merupakan kendala yang agak serius bagi berlangsungnya usaha penanaman apresiasi terhadap Seni Suara Daerah. Kendala lain, perhatian instansi yang terkait masih kurang maksimal. Ketidaksesuaian tujuan dan pelaksanaan pendidikan apresiasi seni melalui pembelajaran Tembang Jawa pada siswa Sekolah Dasar di Kodia Surakarta sampai saat ini masih beijalan. Kondisi tersebut belum menjawab tantangan mengenai pelestarian budaya bangsa yang ingin dicapai dari salah satu tujuannya. Namun, usaha tersebut merupakan titik awal dari suatu usaha yang harus selalu didukung baik oleh pemerhati seni, akademisi dan instansi yang terkait. Penanaman apresiasi seni kepada siswa Sekolah Dasar akan menjadi salah satu pengalaman yang sangat penting bagi mereka, karena akan menambah kepekaan rasa musikal yang imbasnya mempengaruhi perilaku, budi pekerti mereka di masa datang. Langkah ini bisa dianggap sebagai peletakan batu pertama bagi pendirian benteng pelestarian budaya Indonesia khususnya budaya Jawa.
This research on the art of Javanese singing as education in art appreciation taught in Elementary Schools in the Surakarta area begins with an explanation about the curriculum for Elementary Education, including the National Curriculum and Local Curriculum, which has been effective since 1994. Through a bibliographical study and field research it was discovered that there was an incongruity between the goals of the Local Curriculum and its implementation, due to the high level of difficulty of the material to be taught and the teacher's understanding of the subject of Javanese singing. In general, the incongruity between the goals and the implementation was due to both internal factors and external factors. Internal factors included a shortage of art teachers, in particular for teaching Javanese singing. The majority of Javanese singing teachers have insufficient depth of knowledge on the subject, and their understanding of the children's vocal range is another obstacle. External factors include the fact that to many people, the Javanese language has become a foreign language, which present a serious problem for continuing efforts to cultivate an appreciation of Javanese singing. Another obstacle is due to the inadequate attention of the institution involved. The incongruity between the goals and the implementation of education in art appreciation, through the subject of Javanese singing among students in Elementary Schools in the Surakarta area, still continues at this time. These conditions have not yet answered the challenge of preserving national cultures as one of the goals. Nevertheless, these efforts are an important starting point which should be well supported by art observers, academics, and relevant institutions. Cultivating an appreciation of the arts among Elementaiy school studens will become an important experience for them, as it will enhance their musical sensitivity, which in turn will have positive influence on their behavior and moral character in future. This step can be the cornerstone for constructing a fortress for preservation of Indonesian culture, and especially Javanese culture.
Kata Kunci : Seni Suara,Tembang Jawa,Media Pendidikan Seni,Kurikulum Muatan Lokal