Fenomena Persebaran dan Faktor Penentuan Lokasi Coffee Shop di Kawasan Perkotaan Yogayarta Studi Kasus: Pogung Dalangan, Pogung Kidul dan Pogung Baru

Syarif Nurullah, Prof. Ir. Sudaryono, M. Eng., Ph. D.

2022 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Permintaan terhadap kedai kopi terus meningkat seiring dengan peningkatan budaya minum kopi di tengah masyarakat menjadi salah satu pemicu bertambahnya jumlah kedai kopi dari tahun ke tahun, termasuk di Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY). Setiap pelaku usaha dari industri kedai kopitentunya memiliki preferensi tersendiri terhadap konsep, bentuk usaha, target pasar hingga pemilihan lokasi usaha mereka. Salah satu target pasar potensial terhadap inndustri kedai kopi ini adalah mahasiswa, beberapa pelaku usaha kedai kopi kemudian melirik potensi tersebut dan memilih lokasi di dekat kawasan tinggal mahasiswa sebagai lokasi usaha kedai kopi mereka, salah satunya Kawasan Pogung. Peneliti berusaha memahami fenomena persebaran kedai kopi kemudian bertujuan untuk mengetahui bentuk konteks keruangan yang tercipta dari fenomena persebaran cafe atau coffeeshop di Kawasan Perkotaan Yogyakarta, serta untuk mengetahui apa saja faktor-faktor pemilihan suatu lokasi yang sesuai untuk pembangunan cafe atau coffeeshop di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Kawasan Pogung dipilih selain karena memiliki konsentrasi jumlah kedai kopi yang cukup besar, juga karena Kawasan Pogung merupakan kawasan tinggal mahasiswa yang memiliki ciri ruang kawasan yang berbentuk blok dengan jaringan jalan lingkungan berbentuk grid. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah induktif-kualitatif dengan metode fenomenologi untuk mendapatkan pemahaman umum dan esensi dari suatu fenomena yang diperoleh melalui temuan-temuan yang diperoleh di lapangan. Peresebaran kedai kopi di Kawasan Pogung disebabkan oleh penetuan lokasi kedai yang dilakukan oleh para pelaku usaha sebagai aktor utamanya. Pola persebaran Coffee Shop di Kawasan Pogung terdapat aglomerasi kedai kopi, dimana lokasi setiap Coffee Shop pada kawasan Pogung melalukan pendekatan dengan aktivitas-aktivitas atau kegiatan masyarakat sekitar serta banyaknya Coffee Shop yang memiliki jarak berdekatan didalam satu wilayah. Fenomena pengelompokan ini merupakan hasil kemiripan lokasi yang dipilih oleh para pemilik kedai kopi yang memilki preferensi pemilihan lokasi kedai mereka. Konteks keruangan keberadaan cafe atau coffeeshop persebarannya di Kawasan Perkotaan Yogyakarta memiliki hambatan pada keterbatasan ruang khususnya untuk area parkir baik pada jaringan jalan kolektor maupun jalan lokal. Serta kawasan Pogung yang memiliki portal dan cul de sac (jalan buntu) membuat customer memiliki kesulitan dalam aksesbilitas khususnya pada keberadaan coffee shop yang berada dalam pemukiman atau jaringan lokal. Selain itu setiap coffee shop memiliki konteks keruangannya masing-masing yang tercipta berdasarkan konsep, interaksi dengan pelanggan, serta kedekatan lokasinya dengan ruang tertentu.

The demand for coffee shops continues to increase along with the increase in the culture of drinking coffee in the community, which is one of the triggers for the increase in the number of coffee shops from year to year, including in the Yogyakarta Urban Area (YUA). Every business actor from the coffee shop industry certainly has its own preference for the concept, form of business, target market and also the selection of their business location. One of the potential target markets for this coffee shop industry are students, some coffee shop business actor then find this potential and choose a location near the student residence area as the location of their coffee shop business, one of which is the Pogung area. The researcher tries to understand the phenomenon of the spread of coffee shops and then aims to find out the form of the spatial context that created by the spread of cafes phenomenon in the Yogyakarta Urban Area, as well as to find out what are the factors for choosing a suitable location for the construction of a cafe or coffee shop in the YUA. The Pogung area was chosen not only because it has a fairly large concentration of coffee shops, but also because the Pogung area is a student residence area that has the characteristics of a block-shaped area with a grid-shaped local road network. The approach used in this research is inductive-qualitative with phenomenological methods to get a general understanding and essence of a phenomenon obtained through the findings obtained in the field. The spread of coffee shops in the Pogung area is caused by the determination of the location of the shops by business actors as the main actors. The distribution pattern of coffee shops in the Pogung Area is an agglomeration of coffee shops, where the location of each coffee shop in the Pogung area approaches the activities or activities of the surrounding community and the number of coffee shops that are close together in one area. This grouping phenomenon is the result of the similarity of locations chosen by coffee shop owners who have preferences for choosing their shop location. The spatial context of the existence of a cafe or coffee shop in the urban area of Yogyakarta has constraints on limited space, especially for parking areas, both on the collector road network and local roads. And the Pogung area which has portals and cul de sacs makes customers have difficulty in accessibility, especially in the presence of coffee shops located in settlements or local networks. In addition, each coffee shop has its own spatial context which is created based on the concept, interaction with customers, and the proximity of its location to a particular space.

Kata Kunci : Kedai Kopi, Kawasan tinggal mahasiswa, penentuan lokas, konteks keruangan