Laporkan Masalah

Dansa dalam Masyarakat Jakarta, 1950-an

TATAG NASRUL A, Dr. Farabi Fakih, M.Phil.

2021 | Skripsi | S1 SEJARAH

Dansa, atau tari ala Barat telah berkembang di Jakarta sejak, paling tidak, awal abad ke-19. Pada awalnya, dansa di Jakarta merupakan kegiatan eksklusif yang hanya dapat diikuti oleh penduduk Eropa. Seiring berjalannya waktu, dansa mulai dapat diikuti oleh Bumiputra dan Tionghoa bersama dengan meluasnya akses terhadap musik-musik Eropa melalui teknologi rekaman. Pada perkembangannya, dansa kemudian mengalami kenaikan popularitas di kalangan orang Indonesia pada awal dekade 1950-an. Penelitian ini membahas tentang dansa dalam masyarakat Jakarta pada periode 1950-an. Fokus utama penelitian ini adalah pada pembahasan tentang eksistensi serta berbagai respons berupa kritik dan dukungan dari masyarakat Jakarta terhadap dansa di Jakarta pada periode tersebut. Kegiatan dansa di Jakarta pada dekade 1950-an dapat dibagi ke dalam tiga jenis kegiatan, yakni kegiatan pembelajaran dansa berupa sekolah-sekolah dansa, dansa seremonial yang berfungsi sebagai sarana bergaul dan bersosialisasi dalam merayakan acara-acara dan momen-momen tertentu, serta dansa komersial yang hanya berfungsi sebagai hiburan dengan komersialisasi di dalamnya. Terdapat pula kegiatan dansa yang digelar tanpa merayakan acara tertentu, tetapi juga tidak dikomersialisasi. Sementara itu, keberadaan dansa di Jakarta juga memunculkan “masalah dansa,” yakni polemik antara pro dan anti dansa. Kritik utama yang ditujukan pada dansa umumnya adalah terkait norma sosial yang dilanggar dalam kegiatan dansa, seperti kontak fisik antara laki-laki dan perempuan. Dan untuk mereka yang mendukung, dansa dipandang sebagai simbol modernitas yang dapat mengisi ketiadaan sebuah tari Indonesia yang bisa menjadi sarana bergaul dan bersosialisasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan menggunakan sumber-sumber primer dan sekunder. Sumber-sumber primer dalam penelitian ini adalah berupa majalah-majalah, surat kabar, dan foto-foto sezaman yang mendokumentasikan serta membahas berbagai acara dansa di Jakarta pada periode 1950-an. Sementara untuk sumber-sumber sekunder, penelitian ini menggunakan buku-buku, jurnal, karya ilmiah, serta sumber-sumber lain dengan yang dapat diakses melalui internet.

Dansa, or Western-style dancing, has developed in Jakarta since, at least, the early 19th century. Initially, dansa in Jakarta was an exclusive activity in which only Europeans could participate. Over time, the Bumiputra and Chinese began to participate in dansa as well, along with the expansion of access to European music through recording technology. In its development, dansa then experienced an increase in popularity among Indonesians in the early 1950s. This study discusses dansa in the Jakarta society during the 1950s. The focus of this study is to discuss the existence of dansa and various reactions in the form of criticism and support from the people of Jakarta towards dansa in Jakarta during that period. Dansa activities in Jakarta in the 1950s can be divided into three types of activities, namely dance learning activities in the form of dance schools, ceremonial dansa that acted as a means of socialization when celebrating certain events and moments, and commercial dansa, which only serve as entertainment with commercialization in it. There are also dansa activities that are held without celebrating a particular event, but are also not commercialized. Meanwhile, the existence of dansa in Jakarta also raises the "masalah dansa", namely the polemic between pro- and anti-dansa. The main criticism of dansa usually has to do with social norms that are violated in dansa, such as physical contact between men and women. And for the proponents, dansa is seen as a symbol of modernity that can fill the lack of Indonesian social dance. The method used in this study is a historical research method using primary and secondary sources. The primary sources in this research are magazines, newspapers, and contemporary photographs that document and discuss various dance events in Jakarta in the 1950s. As secondary sources, this research uses books, journals, scholarly works, and other sources accessible through the Internet.

Kata Kunci : Dansa, Masalah Dansa, Jakarta 1950-an

  1. S1-2021-399580-abstract.pdf  
  2. S1-2021-399580-bibliography.pdf  
  3. S1-2021-399580-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2021-399580-title.pdf