PERLAWANAN GOLONGAN ISLAM TERHADAP KOLONIALISME BELANDA DALAM NOVEL PEJUANG-PEJUANG KALI PEPE KARYA DJAMIL SOEHERMAN: KAJIAN POSKOLONIALISME

ATIKA SILMA NABILA, Dr. Sudibyo, M.Hum.

2021 | Tesis | MAGISTER SASTRA

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana identitas agama digunakan kelompok pesantren dalam melawan penjajah dalam novel PpKP. Selain sebagai identitas kolektif untuk mempersatukan anggotanya sekaligus membedakan dari kelompok lainnya, agama juga menjadi upaya perlawanan self terhadap Other. Hal ini terlihat dari upaya kelompok Islam memanfaatkan pengetahuan atau kepercayaan agama sebagai politik identitas untuk melawan penjajahan Belanda. Narasi ini termuat di dalam novel Pejuang-pejuang Kali Pepe karya Djamil Suherman (DS). Melalui teori poskonialisme dan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini menunjukkan bahwa DS menggambarkan relasi biner antara kelompok pesantren dan penjajah. Kelompok pesantren (self) direpresentasikan sebagai Timur yang tradisional/spiritual, sedangkan kelompok penjajah (Other) adalah modern/material. Hubungan yang oposisional tersebut menimbulkan penindasan dan deskriminasi. Inilah yang membuat kelompok pesantren melakukan resistensi dengan memanfaatkan narasi self sebagai korban yang mengalami penindasan sekaligus pahlawan yang melawannya. Sebaliknya, pihak Other adalah penjajah yang menjadi musuh bersama. Perlawanan tersebut didukung oleh pengetahuan, kepercayaan, atau doktrin-doktrin agama Islam sehingga muncul istilah-istilah kafir, sabil, syahid, dll. Pada akhirnya, novel ini tidak terlepas dari intensi pengarang sebagai bagian dari kelompok Islam yang merespons pemerintahan Orde Baru yang dirasa mendeskriminasi kelompok Islam. Melalui novel PpKP, DS berharap kelompok Islam mendapatkan kesempatan yang lebih baik, terutama dalam politik.

This study aims to see how the religious identity used by the pesantren group against the invaders in the novel PpKP. Apart from being a collective identity to unite its members as well as differentiate from other groups, religion also becomes a resistance to Self against Others. This can be seen from the efforts of Islamic groups to use religious knowledge or beliefs as identity politics to fight against Dutch colonialism. This narrative is contained in the novel Pejuang-pejuang Kali Pepe by Djamil Suherman (DS). Through the theory of post-colonialism and descriptive qualitative methods, this study shows that DS describes the binary relationship between the pesantren and the colonizers. The pesantren (Self) group is represented as the traditional / spiritual East, while the colonial group is modern / material. This oppositional relationship creates oppression and discrimination. This is what makes the pesantren group carry out resistance by using the narrative of self as a victim who experience oppression as well as a hero and at the same time heroes who against it. In fact, the other party is a colonizer who becomes a common enemy. This resistance was supported by the knowledge, belief, or Islamic religious doctrines so that the terms kafir, sabil, syahid, etc. In the end, this novel cannot be separated from the author's intention as part of an Islamic group that responded to the New Order government which was perceived as discriminating against Islamic groups. Through the novel PpKP, DS hopes that Islamic groups will get a better chance, especially in politics.

Kata Kunci : self, Other identitas kolektif, politik identitas, penindasan, perlawanan/ self, Other, collective identity, identity politics, oppression, resistance