Laporkan Masalah

penggambaran hewan pada uma di siberut selatan - kepulauan mentawai: analisis konteks religi

UNGGUL S WICAKSONO, Drs. Jarwo Susetyo Edy Yuwono. M.Sc

2021 | Skripsi | S1 ARKEOLOGI

Robert Layton (2000) mengkritisi interpretasi terhadap seni cadas masa akhir paleolithik yang didominasi oleh konsep shamanisme dengan sebuah hipotesis alternatif. Layton beranggapan bahwa shamanisme hanyalah satu motif dari bahasa seni dalam sistem kebudayaan. Robert Layton memberikan tiga alternatif hipotesis dalam empat kolom matriks, berdasarkan dua axis yaitu frekuensi motif tertentu yang muncul di suatu situs dan persebarannya dalam sebuah kawasan. Jika dalam suatu kawasan motif binatang menunjukkan konteks shamanisme maka jenis hewan tertentu digambarkan minimal dua kali lipat rata-rata gambar yang lain, dan jenis hewan tertentu digambarkan hampir pada semua situs. Di lain hal, apabila seni cadas berasosiasi dengan konteks totemisme maka jenis hewan tertentu digambarkan dalam jumlah frekuensi yang rendah atau sama dibandingkan dengan keseluruhan jenis hewan yang digambarkan, dan setiap jenis hewan tertentu digambarkan pada situs tertentu. Sementara pada konteks sekuler jenis hewan tertentu digambarkan dalam jumlah frekuensi yang rendah atau sama dibandingkan dengan keseluruhan jenis hewan yang digambarkan dan jenis hewan tertentu yang digambarkan hampir di semua situs. Penelitian Robert Layton tentang konteks budaya pada gambar seni cadas diadaptasi oleh penulis dan diterapkan untuk mengungkap tipe religi masyarakat Siberut Selatan di Kepulauan Mentawai melalui penggambaran hewan pada uma (rumah adat) mereka. Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki keunikan yang luar biasa. Keanekaragaman hayati yang sangat indah, kehidupan sosial yang menyenangkan, dan kebudayaan yang masih terjaga membuat tempat ini sangat menarik untuk diketahui lebih mendalam. Hingga saat ini masih dijalankan upacara-upacara yang menggunakan roh sebagai medium. Hal tersebut menjadikan Mentawai sebagai salah satu suku dari banyaknya suku di Indonesia yang masih menjalankan praktik shamanisme. Persembahan hewan kepada para roh dalam setiap upacara dan penggambaran hewan di rumah adat (uma), adalah bukti begitu melekatnya shamanisme dalam kehidupan religi masyarakat Mentawai.

Robert Layton (2000) criticizes the interpretation of Late Paleolithic rock art which is dominated by the concept of shamanism with an alternative hypothesis. Layton thinks that shamanism is only one motif of the language of art in the cultural system. Robert Layton provides three alternative hypotheses in four matrix columns, based on two axes, namely the frequency of certain motifs that appear on a site and their distribution in an area. If in an area animal motifs show the context of shamanism, then certain types of animals are depicted at least double the average of other images, and certain types of animals are depicted in almost all sites. On the other hand, when rock art is associated with the context of totemism, certain types of animals are depicted in a low or equal number of frequencies compared to the whole animal species depicted, and each particular type of animal is depicted on a particular site. Meanwhile, in the secular context, certain types of animals are depicted in a low or equal frequency compared to the overall animal species described and certain types of animals are described in almost all sites. Robert Layton's research on the cultural context of rock art images was adapted by the author and applied to reveal the type of religion of the South Siberut comunnity in Mentawai Islands through depicyion of animals in their Uma (traditional house). South Siberut, Kepulaan Mentawai Regency has extraordinary uniqueness. Beautiful biodiversity, pleasant social life and well-preserved culture make this place very interesting to know more deeply. Until now, ceremonies that use spirit are still carried out. This makes the Mentawai one of the many ethnic groups in Indonesia who still practice shamanism. Offering animals to the spirits in every ceremony, and the depiction of animals in traditional houses (uma), are proofs of how inherent shamanism in the religious culture of the Mentawai people.

Kata Kunci : penggambaran hewan, uma, siberut selatan, analisis konteks religi

  1. S1-2021-353580-abstract.pdf  
  2. S1-2021-353580-bibliography.pdf  
  3. S1-2021-353580-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2021-353580-title.pdf