Pembagian Ruang Pengusaha Batik di Kampung Kauman, Yogyakarta
DYAH ARUM P, Fahmi Prihantoro, S.S., S. H., M.A. ; Sektiadi S.S., M.Hum.; Adieyatna Fajri, S.S., M.A.
2020 | Skripsi | S1 ARKEOLOGIPengusaha Batik di Kampung Kauman memiliki peran penting dalam perkembangan batik yang ada di kota Yogyakarta. Walaupun industri batik di Kampung Kauman sudah tidak beroperasi lagi, beberapa rumah pengusaha batik masih bisa ditemukan saat ini. Hal yang paling mencolok terdapat pada ciri khusus rumah milik Pengusaha Batik yang berbeda dengan rumah masyarakat biasa. Hal ini terlihat pada kelengkapan dan pembagian pembagian ruang, hiasan atau ornamen, dan gaya arsitekturnya. Dengan demikian penelitian ini fokus dalam pembagian dan kelengkapan pembagian ruang serta faktor yang melatarbelakanginya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pembagian dan kelengkapan pembagian ruang dan faktor yang melatarbelakangi pembuatan rumah milik Pengusaha Batik di Kampung Kauman, Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dengan metode kualitatif yang berupa analisis deskripstif. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi lapangan serta wawancara yang kemudian akan dianalisis. Penelitian ini menggunakan lima rumah milik Haji Ashari, Haji Syarif, Haji Noor, Haji Moeh dan Haji Nardjoe sebagai sampel. Sampel yang dipilih merupakan bukti rumah tinggal yang dulunya memproduksi kain batik dan menjadi saksi bisu atas berjayanya Pengusaha Batik pada masanya. Berdasarkan analisis yang dilakukan terdapat hasil berupa pembagian ruang masih menggunakan pedoman tradisional Jawa, kecuali pada rumah milik Haji Noor dan Haji Nardjoe lebih mengarah unsur Indis dengan ciri setelah ruang tamu langsung menuju kamar. Unsur kebudayaan Indis juga terlihat pada bagian fasad setiap rumah. Kelengkapan pembagian ruang berunsurkan tradisional Jawa terdapat pada rumah milik Haji Ashari, Haji Moeh dan Haji Syarif yang menggunakan dalem dan senthong. Tempat produksi batik ditemukan pada kelima rumah tetapi memiliki perbedaan keletakannya. Ruangan tersebut berupa tempat untuk membatik, mencelup warna, melapisi maupun menghilangkan warna, memasak kain (tungku) dan menjemur kain batik. Hal ini menjadi ciri khas tersendiri dibandingkan rumah tinggal masyarakat biasa disekitarnya. Ciri khas ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, religi, dan teknologi.
The batik merchants of Kampung Kauman had an important role in batik development in Yogyakarta. Although batik industries of Kampung Kauman are no longer operated, a few batik production houses can be found until present day. The most prominent thing of batik merchant's house are the characteristics of the house which is different from those that are owned by the commoners. These traits can be seen from the spatial division, ornaments, and architecture. Therefore, this research focuses on the division and spatial completeness along with their causal factors. The purpose is to understand the spatial division and the factors which affect the architecture style of batik merchant's houses in Kauman. The research uses qualitative method in the form of descriptive analysis. The data are obtained through literature study, field observation and interview. There are five houses which are observed in this research. They are owned by Haji Ashari, Haji Syarif, Haji Noor, Haji Moeh, and Haji Nardjoe. The choosen samples are evidence of houses that previously produced batik during the Colonial Period. Based on the analys, the houses display strong traditional Javanese spatial pattern, with the exception of Haji Noor and Haji Nardjoe's house, which are influenced by the Indische style as they are characterized by living room that connects the private chambers. The Indische element is also can be seen in the facade. The Javanese spatial element are reflected by the houses of Haji Ashari, Haji Morh and Haji Syarif which have dalem and senthong. The production room is found in each house, however it has different location inside the house. It is utilized as a place to make the batik pattern, colloring process, waxing, and dry the linen. The room becomes the prominent trait of batik merchant's house. These traits are affected by many factors including economy, social, religion, and technology.
Kata Kunci : Pembagian ruang, Pengusaha Batik, Kampung Kauman Yogyakarta