Laporkan Masalah

RESISTENSI PELAKU AKTIVISME SENI TERHADAP PEMBUBARAN PERTUNJUKAN ARTISTIK (STUDI FENOMENOLOGI DALAM PEMBUBARAN LADY FAST VOL.1 DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

Muh Hamzah, Drs. Hendrie Adji Kusworo M.Sc., Ph.D

2020 | Skripsi | S1 PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Lady Fast Vol.1 merupakan agenda aktivisme seni dan silaturahmi yang diselenggarakan oleh Kolektif Betina di galeri seni SURVIVE! Garage Jl. Bugisan Selatan No.11, Tirtonirmolo, Kasihan, Kabupaten Bantul. Kegiatan tersebut mengalami pembubaran secara paksa oleh beberapa gabungan kelompok ormas Islam karena dianggap telah melanggar norma sosial dan agama. Mereka melakukan persekusi, berbagai tindakan represif dan intimidatif, merusak beberapa karya seni dan properti galeri, hingga melakukan penyitaan dan penyegelan bangunan. Kolektif Betina dan SURVIVE! Garage merespon peristiwa pembubaran tersebut dengan melakukan serangkaian upaya resistensi sebagai bentuk pembelaan hak asasi manusia dan perlawanan terhadap praktik-praktik dominasi kelompok. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengeksplorasi upaya resistensi yang dilakukan pelaku aktivisme seni beserta makna yang terkandung didalamnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Unit analisis dalam penelitian ini adalah pelaku aktivisme seni yang mengalami pembubaran secara paksa. Informan dalam penelitian ini terdiri dari anggota Kolektif Betina selaku penyelenggara, kontributor dalam Lady Fast Vol.1 dan SURVIVE! Garage selaku penyedia galeri. Metode pengumpulan data adalah dengan teknik studi pustaka, wawancara mendalam, observasi, dan juga dokumentasi. Analisis dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan, pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan cara triangulasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya dua bentuk perlawanan yang dilakukan oleh pelaku aktivisme seni, yakni secara terbuka dan tertutup. Resistensi terbuka dilakukan dengan menyampaikan laporan pembubaran dan permohonan kepada pemerintah daerah Kabupaten Bantul untuk menindak dengan tegas praktikpraktik intoleransi dan dominasi kelompok. Sedangkan resistensi tertutup diterapkan melalui medium kesenian untuk menyampaikan pesan-pesan perlawanan yang berisfat simbolis. Adapun resistensi yang dilakukan oleh pelaku aktivisme seni dalam pembubaran Lady Fast Vol.1 dimaknai sebagai titik awal untuk melakukan perlawanan yang lebih besar, membangun relasi yang lebih luas dan bentuk deklarasi posisi mereka sebagai kelompok tandingan.

Lady Fast Vol.1 is an art activism and relationship agenda organized by the Kolektif Betina at SURVIVE! Garage art gallery Jl. Bugisan Selatan No.11, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul Regency. These activities were dissolved forcedly by some groups of Islamic organizations because they had been considered breaking social and religious norms. They carried out persecution, various repressive and intimidating actions, damaging some works of art and property galleries, and also confiscating and sealing buildings. Kolektif Betina and SURVIVE! Garage responded to the dissolution by renewing the resistance as a form of defense for human rights and resistance to the practices of group domination. In this research, the researcher attempted to conduct a resistance experiment conducted by involving the art activism and find the purpose in it. This research used qualitative method and phenomenology approach. The unit analysis in this research is the art activists who had been dissolved. The informants of this study were Kolektif Betina members as organizers, contributors in Lady Fast Vol.1 and SURVIVE! Garage as a gallery provider. The methods of data collection are literature study techniques, in-depth interviews, observation, and also documentation. Analysis was done by data reduction, data presentation, and conclusions drawn. Meanwhile, the data validity checking was done by triangulation. The results of this study indicate that there are two forms of resistances carried out by the art activists, open and closed resistances. Open ressistance was carried out by issuing dissolution reports and requests to the local government of Bantul Regency to follow up the intolerance practices and group domination. Whereas closed resistance was applied through the medium of art to convey messages of resistance that have a symbolic impact. The resistance carried out by the art activists in order to dissolve Lady Fast Vol.1 was interpreted as a starting point for greater resistance, building wider relations and the form of declaration of position as a rival group.

Kata Kunci : Aktivisme seni, Pembubaran, Resistensi / Art activism, Dissolution,Resistance

  1. S1-2020-378670-abstract.pdf  
  2. S1-2020-378670-bibliography.pdf  
  3. S1-2020-378670-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2020-378670-title.pdf