Laporkan Masalah

Konstruksi Ruang Publik Rumah Adat Sasadu Masyarakat Suku Sahu Ditinjau Dari Filsafat Jurgen Habermas

RICARDO F NANURU, Dr. Misnal Munir; Dr. Sindung Tjahyadi

2019 | Disertasi | DOKTOR FILSAFAT

Penelitian dengan judul: 'Konstruksi Ruang Publik Rumah Adat Sasadu Masyarakat Suku Sahu Ditinjau Dari Filsafat Jurgen Habermas' dilatarbelakangi oleh pandangan masyarakat suku Sahu terhadap rumah adatnya yang menurut penulis hanya berkutat pada wilayah budaya-adatis-religius. Pada kenyataannya, Sasadu dapat dimaknai lebih dari itu, yaitu sebagai ruang publik yang di dalamnya masyarakat suku Sahu bersama dengan otoritas publik dapat membangun diskursus komunikatif rasional guna mencapai konsensus terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi mereka di Halmahera Barat guna kesejahteraan hidup bersama. Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi konsep filosofis rumah adat Sasadu pada masyarakat suku Sahu berdasarkan pemikiran ruang publik Jurgen Habermas. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang ditunjang dengan studi lapangan lewat observasi dan wawancara. Objek formal penelitian ini adalah konsep ruang publik Jurgen Habermas, sedangkan objek materialnya adalah rumah adat Sasadu serta masyarakat suku Sahu. Metode analisis data yang digunakan pada proses penelitian ini adalah metode hermeneutika filosofis, dengan unsur-unsur metodis yaitu interpretasi, kesinambungan historik, heuristika, dan deskripsi. Setelah melakukan penelusuran dalam penelitian ini, maka hasil yang di dapat adalah (1) Ruang publik menurut Habermas adalah reaksi terhadap dunia kehidupan di zaman feodal, dimana individu maupun kelompok dalam masyarakat membangun opini publik yang merupakan tanggapan langsung terhadap pemangku kepentingan politik negara serta berusaha mempengaruhi keputusan-keputusan dalam praktik-praktik politik. (2) Di semua desa (gam) pada masyarakat suku Sahu, terdapat sebuah bangunan publik yang dinamakan Sasadu. (3) Sasadu pada masyarakat suku Sahu di Halmahera Barat dapat dikategorikan sebagai ruang publik yang di dalamnya orang-orang privat dan otoritas publik berkumpul membentuk "publik" untuk membangun diskursus rasional argumentatif yang nantinya disepakati menjadi keputusan bersama sebagai masyarakat yang bermuara kepada opini publik. Sasadu, dengan demikian menjadi penengah antara ruang privat masyarakat suku Sahu dengan ruang otoritas publik, dimana kontrol sosial dibangun dan dijaga nilai-nilai universalitasnya. (4) Masyarakat suku Sahu sudah sepantasnya memiliki apa yang disebut Habermas sebagai "kompetensi komunikasi" sehingga mampu memberikan argumentasi-argumentasi dalam diskursus pada Sasadu untuk menciptakan suatu masyarakat yang komunikatif. (5)Masyarakat suku Sahu yang menjalankan fungsi sosial komunikatifnya secara baik adalah masyarakat yang mengandalkan nilai-nilai etis-moral-kemanusiaan, dan dengan rela melepaskan "ego adatisnya" serta "melebur" bersama dengan entitas-entitas privat lainnya ke dalam masyarakat sehingga membentuk suatu kekuatan komunikatif yang baru dengan menggunakan rasionalitas komunikatif sebagai dasar berdiskursus

The research entitled "Construction of Public Sphere of Sasadu Traditional Houses in Sahu Tribe Community Reviewed from The Philosophy of Jurgen Habermas" is motivated by the views of Sahu tribe community on their traditional houses which, according to the writer, only focus on the cultural-customary-religious traditions. In fact, Sasadu can be interpreted more than that, which is as a public Sphere in which Sahu tribe community together with the public authorities can build rational communicative discourse to reach consensus on the social, economic and political problems faced in West Halmahera for the sake of prosperity in living together. This research aimed to construct the philosophical concept of Sasadu traditional houses in Sahu tribu community based on the public sphere point of view of Jurgen Habermas. This research was a library study supported by field studies through observations and interviews. The formal object of this research was public sphere concept of Jurgen Habermas, while the material object was Sasadu traditional houses along with Sahu tribe community. The method of data analysis applied in this research was philosophical hermeneutics, with the methodological elements of, interpretation, historical continuity, heuristics, and description. After conducting a search in this research, the results obtained are that: (1) Public sphere according to Habermas is a reaction to the world of life in feudal times, where individuals and groups in society build public opinion which is a direct response to the country's political stakeholders and try to influence decisions in political practices. (2) In all villages (gam) at Sahu tribe community, there is a public building called Sasadu. (3) Sasadu in Sahu tribe community in West Halmahera can be categorized as a public sphere in which private people and public authorities gather to form a "public" for developing argumentative rational discourse which will later be agreed to become a joint decision as a society which leads to public opinion. Sasadu, thus becomes a mediator between the private sphere of Sahu tribe community and the sphere of public authority, where social control is built and the values of universality are guarded. (4) The Sahu tribe community should have what Habermas calls"communication competencies" so as to be able to provide arguments during discourses in Sasadu to create a communicative society. (5) Sahu tribe communities that carry out their communicative social functions well are those who rely on ethical-moral-humanitarian values, and willingly let go of their "customary ego" and "merge" together with other private entities into the society to form a new communicative power using communicative rationality as a basis for discourse.

Kata Kunci : Ruang Publik; Rumah Adat Sasadu; Suku Sahu, Public Sphere

  1. S3-2019-373668-Abstract.pdf  
  2. S3-2019-373668-Bibliography.pdf  
  3. S3-2019-373668-Tableofcontent.pdf  
  4. S3-2019-373668-Title.pdf