EKOFEMINISME: SUBSISTENSI PEREMPUAN DALAM TEKS OPERA BATAK PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU KARYA LENA SIMANJUNTAK
ELLY PRIHASTI WURIYANI, Dr. Wening Udasmoro, M.Hum., DEA.; Dr. G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A.
2019 | Disertasi | DOKTOR ILMU-ILMU HUMANIORATeks Opera Batak Perempuan di Pinggir Danau ini mengkritisi hubungan antara perempuan dengan laki-laki yang hanya sebatas urusan rumah atau sekadar hubungan konjugal, sebagaimana diilustrasikan dalam Legenda Danau Toba. Pekerjaan perempuan tidak hanya menyusui, mengasuh anak, dan menjaga rumah tetapi juga terlibat dalam urusan alam. Perempuan memiliki pengetahuan tentang menjaga alam seperti laki-laki. Cara berpikir Simanjuntak ini merupakan reformasi hubungan perempuan dengan laki-laki terhadap alam, yang sejalan dengan pola pikir ekofeminisme. Masalah penelitian ini adalah mengapa teks Perempuan di Pinggir Danau menekankan kelangsungan hidup yang tidak selalu modern dan hubungan antara perempuan dengan laki-laki dalam memelihara lingkungan alam seperti dalam pemikiran ekofeminisme. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat aspek baru yang dibangun oleh pengarang, yaitu tentang kesadaran dalam pemikiran ekofeminis yang lebih spesifik sebagai hasil perspektif individu pengarang yang mengedepankan lokalitas dan modernitas. Objek formal penelitian ini tentang subsistensi perempuan dalam keterlibatan pemeliharaan lingkungan alam. Teori ekofeminisme yang digunakan Shiva dan Mies (1993) serta beberapa pemikir seperti Tong (2010). Objek materialnya adalah teks Perempuan di Pinggir Danau karya Lena Simanjuntak-Mertes yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Sumber data pendukung; Legenda Danau Toba, mitos SBDP, dan artikel mengenai Budaya Batak. Metode feminis dan kontradiksi digunakan untuk analisis yang memfokuskan pada kajian struktur tematik. Data diperoleh dengan simak yang dilanjutkan ke identifikasi dan klasifikasi. Analisis unsur intrinsik dilakukan secara parsial dan menyeluruh. Hasil penelitian ini diringkas sebagai berikut. Pertama, masyarakat Batak meskipun menganut budaya patrilineal dan patriarki, tetap memiliki narasi tentang ekofeminisme subsistensi yang bertumpukan pada nilai-nilai kelokalan. Kedua, isu gender yang diangkat untuk menandai relasi perempuan dengan alam yaitu dengan memanfaatkan ruang alternatif di dalam tubuh perempuan, tugas domestik melalu pengasuhan, dan publik dengan pengetahuan yang dimilikinya. Ketiga, pengarang melakukan strategi memitoskan perempuan yang ditekankan pada perlunya interpelasi pada kalangan perempuan sehingga mereka menjadi subjek yang menginternalisasikan kembali relasi dengan alam. Keempat, tantangan perempuan maupun laki-laki subaltern yang hidup dengan subsistensi diri datang dari orang-orang yang hidup dengan rasional baik adalah modern. Subsistensi belum dianggap sebagai cara menyikapi globalisasi dengan mengutamakan kemampuan diri yang mengurangi ketergantungan kepada pasar. Subsistensi perlu disandingkan dengan modernisasi dan pasar sehingga mampu mempengaruhi seseorang untuk memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya maupun alam dengan kemandirian dan gotong royong. Selain itu, subsistensi diri bisa dijadikan perempuan untuk memanfaatkan sejarahnya di kehidupan mereka.
The text of Opera Batak: Perempuan di Pinggir Danau "Batak Opera: A Woman on the Lake Side" criticizes the relationship between men and women that is confined to only household affairs or to conjugal relationship (husband, wife, and children), as illustrated in the Danau Toba legend. The women responsibilities are not only breastfeeding, raising children, and looking after the house but also involved in natural affairs. They have knowledge about protecting nature like men. This Simanjuntak way of thinking is a reform of the relationship between women and men towards nature, which is in line with ecofeminism mindset. The problem of this study is why the text Perempuan di Pinggir Danau emphasizes survival which is not always modern and the relationship between women and men in maintaining the natural environment as in ecofeminism thinking. The objective of this study is to find out a new aspect built by the author, about awareness in ecophysical thinking that is more specific as a result of the individual author perspective that put forward locality and modernity. The formal object of this study is the woman subsistence in the involvement of natural environment maintenance. The ecofeminism theories used are by Shiva and Mies (1993) as well as some philosophers, including Tong (2010). The material object is the text of Opera Batak Perempuan di Pinggir Danau by Lena Simanjuntak-Mertes written in Bahasa Indonesia. The supporting data sources are Danau Toba legends, Si Boru Deang Parujar myths, and some articles about Batak Culture. The feminist methods and contradictions are used for analysis focusing on the study of thematic structures. The data were obtained by comprehending, identifying, and classifying the objects. The intrinsic elemental analysis is carried out partially and thoroughly. The results of this study are summarized as follows: Firstly, although the Batak people adhere to patrilineal and patriarchal cultures, they still have a narrative about subsistence ecofeminism based on local values. Secondly, the gender issues are appointed to mark women's relations with nature by utilizing alternative spaces within women's bodies, domestic duties through care, and the public with their own knowledge. Thirdly, the authors carry out the strategy of mythologizing women emphasized in the need for interpellation in the woman circumference so they become subjects that re-internalize the relations with nature. Lastly, the challenge of subaltern women and men who live with self-subsistence coming from people who live with 'good' rational is modern. The subsistence has not been considered as a way of addressing globalization by prioritizing self-abilities reducing dependence on the market. The subsistence needs to be juxtaposed with modernization and markets so it can influence someone to take advantage of their existing potential in themselves as well as nature with independence and mutual cooperation. Besides that, the self-subsistence can be used as a way for women to use their history in their lives.
Kata Kunci : ekofeminisme, perempuan, subsistensi, kelokalan, sastra