YANG LAMBAT DI ERA SERBA CEPAT: Studi Dua Komunitas Berkirim Kartu Pos di Yogyakarta

FEBDA RISHA LESTIANA, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., M. Phil.

2018 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Kartu pos sempat menjadi pilihan utama untuk berkomunikasi jarak jauh. Kehadiran telepon dan selanjutnya internet membuat pamor kartu pos mulai terkikis. Hal itu tidak membuat konsumen kartu pos hilang, melainkan masih ada namun dengan segmen terbatas. Di era digital ini bahkan muncul beberapa komunitas berkirim kartu pos. Dua di antaranya adalah: Komunitas Postcrossing Indonesia dan Komunitas Card to Post. Kemunculan komunitas berkirim kartu pos adalah fenomena menarik untuk diteliti. Oleh karenanya dalam penelitian ini, terdapat dua pertanyaan yang diajukan: Mengapa muncul komunitas berkirim kartu pos? Bagaimana pandangan anggota terhadap kartu pos? Melalui observasi partisipatif dan wawancara mendalam terhadap dua komunitas yang telah disebut, penelitian ini ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Penelitian dilakukan di Yogyakarta pada September 2017 - Maret 2018 dan menjadikan empat anggota masing-masing komunitas sebagai informan utama dan anggota lainnya sebagai informan tambahan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa munculnya komunitas berkirim kartu pos di era digital dikarenakan komunitas sebagai wadah anggota untuk berinteraksi dan membuat sistem pengetahuan baru. Ketidakpastian informasi mengenai kartu pos dan cara berkirimnya yang didapat dari internet maupun dari petugas pos sendiri membuat komunitas sebagai sumber informasi yang valid bagi anggota komunitas. Selanjutnya, bagi anggota komunitas, kartu pos bukan semata-mata kertas bergambar penyampai pesan semata, melainkan memiliki arti penting bagi dirinya sendiri maupun dirinya dalam komunitas. Pertukaran kartu pos antar anggota menjadi hal yang inti dalam komunitas berkirim kartu pos. Hal ini membuat kartu pos sebagai benda yang sangat penting dalam keaktifan komunitas.

Postcards have become the first choice for long distance communication. The presence of telephone and then internet makes the popularity of postcards begin to fade. However, that does not make postcard consumers disappear. They still exist, but with a limited segment. In this digital era, several postcard sending communities emerged. Two of them are Komunitas Postcrossing Indonesia and Komunitas Card to Post. The emergence of postcard sending community is an interesting phenomenon to be researched. Therefore in this research, there are two questions asked: Why did the postcard sending community appear? What are the members' views on postcards? Through participatory observation and in-depth interviews with the two communities that have been mentioned, this research wants to answer the questions asked. The research was conducted in Yogyakarta on September 2017 - March 2018 and four members of each community were the main informants and other members were additional informants. The results of the research show that the emergence of sending postcard communities in the digital era is because a community is a forum for members to interact and create new knowledge systems. Uncertainty about postcards information and how to send them from the internet or from the postal officer makes the community a valid source of information for community members. Furthermore, for members of the community, postcards are not merely a picture paper conveying the message, but postcards have an important meaning for themselves and themselves in the community. The exchange of postcard among community members become the core of the sending postcard community itself. This makes postcards a very important item in the community activity.

Kata Kunci : kartu pos, komunitas berkirim kartu pos, pandangan, pertukaran sosial