Laporkan Masalah

Tubuh yang Terbelah: Analisis Wacana Tubuh Jender dalam Tari Kontemporer Ery Mefri Rantau Berbisik dan Hartati Serpihan Jejak Tubuh

ROZA MULIATI, Dr. Wening Udasmoro, DEA.; Dr Sal Murgiyanto

2019 | Disertasi | DOKTOR PENGKAJIAN SENI PERTUNJUKAN DAN SENI RUPA

Penelitian ini membahas wacana tubuh jender dalam tari kontemporer Ery Mefri dengan Rantau Berbisik (2010) dan Hartati dengan Serpihan Jejak Tubuh (2012). Tiga hal yang dipertanyakan dalam penelitian ini adalah: pertama, mengapa Ery Mefri dan Hartati menghadirkan kompleksitas tubuh jender dalam karya mereka; kedua, bagaimana tubuh laki-laki dan perempuan dikonstruksi; ketiga, bagaimana kedua koreografer memaknai ke-kontemporeran melalui karya mereka. Untuk menjawab rumusan tersebut, peneliti memadukan sejumlah pendekatan teoritis, yaitu: jender dan penubuhan (embodiment), wacana tubuh dari Michael Foucault, dan konsep kekontemporeran dari Giorgio Agamben. Penelitian ini menggunakan pendekatan kajian pertunjukan dengan fokus pada wacana tubuh jender dalam tari kontemporer, dengan data primer berupa tubuh yang diarsipkan (dokumentasi video). Dalam proses analisis, peneliti menggunakan metode pembacaan cermat (close reading) untuk menyingkap wacana tubuh jender pada masingmasing karya. Hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, kompleksitas tubuh jender dalam masing-masing karya lahir dari latar belakang Ery Mefri dan Hartati yang dibesarkan dalam kompleksitas tubuh Minangkabau serta kreativitas mereka di ruang yang berbeda, yaitu di kampung dan rantau. Kedua, tubuh laki-laki dan perempuan dalam tari Rantau Berbisik dan Serpihan Jejak Tubuh dihadirkan sebagai tubuh yang terbelah. Rantau Berbisik menghadirkan gugatan seorang laki-laki terhadap adat matrilinial, sebaliknya Serpihan Jejak Tubuh menarasikan gugatan perempuan terhadap patriarki yang membatasi kebebasan perempuan di ranah domestik. Gugatan tersebut menyebabkan tubuh laki-laki dalam Rantau Berbisik dan tubuh perempuan dalam Serpihan Jejak Tubuh bergerak ulang alik antara kampung dan rantau, serta masa lalu dan masa kini. Keterbelahan tersebut menunjukkan adanya konflik tubuh jender Minangkabau yang tak terselesaikan. Ketiga, analisis terhadap wacana tubuh jender pada masing-masing karya mengungkap ke-kontemporeran Ery Mefri dan Hartati yang memaknai tubuh hari ini dalam relasinya dengan tubuh masa lalu.

This study aims to discuss about the discourse of gender body on contemporary dance of Ery Mefri, Rantau Berbisik (2010) and Hartati, Serpihan Jejak Tubuh (2012). Three things that were questioned in this study were: first, why Ery Mefri and Hartati present the complexity of the gender body in their work; 2) how do men and women bodies were constructed, 3) how do Ery Mefri dan Hartati interpreted contemporaneity in their respective works. In this case, the researcher combined a number of theoretical approaches, namely: gender and embodiment, body discourses of Michael Foucault, and the contemporaneity of Giorgio Agamben. This research applied a performance study approach with a focus on the discourse of gender body discourse in contemporary dance, with primary data in the form of archived bodies (video documentation). In the analysis process, researcher applied close reading to uncover the discourse of gender body in each work. The result of analysis can be summarized as follows: First, the complexity of gender body in each work is due to the background of Ery Mefri and Hartati who grew up in the complexity of the Minangkabau body and their creativity in different spaces, namely in kampung and rantau. Second, the male body in Rantau Berbisik and the female bodies in Serpihan Jejak Tubuh are presented as schism bodies. Rantau Berbisik presented a man's protest against matrilineal customs which exiled men in rantau; while Serpihan Jejak Tubuh narrated the rebellion of women against male domination (patriarchal) which restrict their freedom in domestic realm. This protest indicated the schism body, in which the body move back and forth between the kampung and the rantau, as well as the past and the present. This schism revealed the unfinished conlict among Minangkabau gender body. Third, the discource of jender body in each work reveals the contemporariness of Ery Mefri and Hartati who interpret their present body in relation to the past.

Kata Kunci : Tubuh, terbelah, jender, ke-kontemporeran, Ery Mefri, Hartati, Minangkabau, Body, schism, gender, contemporariness

  1. s3-2019-374032-abstract.pdf  
  2. s3-2019-374032-bibliography.pdf  
  3. s3-2019-374032-tableofcontent.pdf  
  4. s3-2019-374032-title.pdf