REPRESENTASI GANGGUAN KEPRIBADIAN AMBANG YANG DIALAMI OLEH REMAJA DALAM FILM INDONESIA (Analisis Semiotika pada Film Posesif)
DWIYANA LINGGA P, Dr Novi Kurnia, M.SI., M.A.
2019 | Skripsi | S1 ILMU KOMUNIKASIFilm sebagai salah satu bentuk media massa memiliki peran yang sangat penting sebagai media penyebar informasi dan juga tempat suatu realitas dikonstruksi dan direpresentasikan. Di tengah film remaja Indonesia yang penuh dengan romansa percintaan, Posesif hadir membawa nuansa baru dalam perfilman Indonesia dengan mengangkat isu yang kurang lazim, misalnya gangguan kejiwaan. Tema gangguan kejiwaan dalam film akan berperan penting bagi edukasi terhadap masyarakat. Akan tetapi, orang dengan gangguan kejiwaan, seperti gangguan kepribadian ambang, kerap digambarkan dengan stigma dan stereotip negatif oleh media. Metode analisis semiotika milik Roland Barthes dan konsep gangguan kepribadian ambang digunakan untuk menganalisis konten film dalam penelitian ini. Melalui keduanya, penelitian ini akan menggali lebih dalam mengenai bagaimana remaja dengan gangguan kepribadian ambang direpresentasikan dalam film. Berdasarkan analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa tokoh Yudhis dalam film Posesif menunjukkan perilaku yang tidak seimbang dalam tiga aspek utama gangguan kepribadian ambang, yaitu tidak seimbang dalam hal hubungan interpersonal, citra diri, dan emosi dalam diri tokoh utama tersebut. Penggambaran demikian terlihat dari potongan adegan-adegan yag terdapat di dalam film Posesif. Dari ketiga aspek tersebut terlihat pula adanya karakteristik-karakteristik yang menggambarkan stigma dan stereotip di masyarakat mengenai gangguan kepribadian ambang ataupun gangguan kejiwaan secara umum, seperti terlihat sangat labil, kasar, agresif, kejam, dan berbahaya.
As a form of mass media, film has an important for disseminating information and a medium where a reality is constructed and represented. In the midst of Indonesian adolescent films filled with the romance, Posesif presents a new nuance in Indonesian cinema by raising issues that are less common, such as mental disorders. The theme of mental disorders in the film will play an important role in educating the society. However, people with mental disorders, such as borderline personality disorder, are often potrayed based on stigma and negative stereotypes by the media. Roland Barthes's semiotic analysis method and the concept of borderline personality disorder are used to analyze the film. Through those, this research will dig deeper into how people with borderline personality disorders are represented in films. Based on the analysis, this research found out that Yudhis's figure in Posesif film exhibited unbalanced behavior in three main aspects of borderline personality disorder, namely unbalanced in terms of interpersonal relationships, self-image, and emotions in the main character. Such depiction can be seen from pieces of scenes found in the Posesif film. From these three aspects, there are also characteristics that describe the stigma and stereotypes in the society regarding borderline personality disorders or mental disorders in general, such as looking very unstable, violent, cruel, and dangerous.
Kata Kunci : Representasi, film, semiotika, remaja, gangguan kepribadian ambang