STRATEGI DAN DINAMIKA KEBANGKITAN INDUSTRI BATIK TASIK (Studi di Kampung Ciroyom Sentra Batik Kota Tasikmalaya)
FAHMI RESTU FUADILLAH, Dr. Hempri Suyatna, M.Si
2016 | Skripsi | S1 ILMU PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN (SOSIATRI)Batik Tasik merupakan salah satu komoditas unggulan industri kecil menengah di Kota Tasikmalaya selain bordir, kerajinan anyaman mendong, kerajinan anyaman bambu, kelom geulis, kayu olahan, payung geulis dan makanan olahan. Pada masa kejayaannya terdapat ratusan unit usaha Batik Tasik yang tersebar di beberapa wilayah seperti Panglayungan, Gudang Jero, Bojong, Burujul, Sawah Lempay dan Buninagara yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja serta membuat Kota Tasikmalaya dijuluki sebagai pusat industri batik di selatan Jawa Barat. Industri kecil Batik Tasik kemudian memasuki masa kemunduran akibat adanya batik printing dan jatuhnya Koperasi Mitra Batik yang menjadi induk industri kecil menengah Batik Tasik pada saat itu. Batik Tasik sempat dikabarkan akan mengalami kepunahan karena perusahaan yang masih aktif berproduksi hanya beberapa unit saja. Setelah hanya tersisa beberapa unit usaha, menurut Dinas KUKM Perindag pada tahun 2005 terdapat 12 unit usaha kemudian pada tahun 2010 IKM Batik Tasik tumbuh kembali menjadi 30 unit usaha dengan 526 tenaga kerja dan pada tahun 2013 bertambah menjadi 41 unit usaha dengan 695 tenaga kerja. IKM tersebut sebagian besar berada di Kampung Ciroyom yang merupakan wilayah perbatasan antara Kelurahan Parakannyasag serta Kelurahan Nagarasari yang merupakan Sentra Batik Kota Tasikmalaya. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan dinamika kebangkitan industri kecil Batik Tasik di Sentra Batik Kota Tasikmalaya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi lebih lengkap dan dengan melakukan observasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan di pajagan maupun showroom batik yang terdapat di Sentra Batik Kota Tasikmalaya serta mengumpulkan dokumen dalam melengkapi data penelitian. Informan dalam penelitian ini sebanyak 21 orang yakni 14 orang dari pengusaha Batik Tasik dan 7 orang diluar pengusaha Batik Tasik yang terdiri dari pengrajin, pemerintah dan pengurus paguyuban. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat upaya yang dilakukan oleh pengusaha Batik Tasik dalam membangkitkan industri Batik Tasik melalui strategi pengembangan produk yang dilakukan sehingga Batik Tasik bisa kembali bersaing dengan batik dari daerah lain. Disamping itu terdapat relasi sosial yang terwujud dalam bentuk kerja sama dalam hubungan usaha serta paguyuban yang memudahkan pengusaha dalam mengembangkan usahanya dan adanya program pemerintah Kota Tasikmalaya untuk membangkitkan industri Batik Tasik yang direspon baik oleh para pengusaha. Proses usaha tersebut memperlihatkan hasil yang signifikan setelah adanya pengakuan batik sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO yang kembali membawa gairah bagi industri perbatikan di Indonesia termasuk di Kota Tasikmalaya yang ditandai dengan peningkatan jumlah unit usaha batik yang terdapat di Sentra Batik Kota Tasikmalaya.
Batik Tasik is one of the leading commodity of small and medium industry in Tasikmalaya city in addition to embroidery, processed Pandanus leaf crafts, woven bamboo crafts, wooden clogs, geulis umbrellas and processed foods. At its height, there were hundreds of Batik business units scattered in some areas such as Panglayungan, Gudang Jero, Bojong, Burujul, Sawah Lempay and Buninagara those are capable of absorbing thousands of labor as well as making Tasikmalaya city was dubbed as the center of batik industry in West Java. Small industries of Batik Tasik then entered a period of decline due to the printing of batik and Batik Cooperatives Partners that became prime of small and medium industry of Batik Tasik at the time. Batik Tasik was rumored to be having extinction because the industry still active producing just a few units only. After only a few business units, according to the Office of KUKM Perindag in the year 2005 there were 12 business units then in 2010 small and medium industry of Batik Tasik grow back into 30 business units with 526 labors and in 2013 increased to 41 business units with 695 labors. The small and medium industry, mostly resides in a Kampung Ciroyom area which is the border between the Villages Parakannyasag and Nagarasari Village which is the center of Batik Tasik. With regard to the foregoing, this research aimed to know the processes and dynamic revival of small industries of Batik Tasik in the center of batik in Tasikmalaya city. This research was conducted using qualitative methods with descriptive analysis. Data collected using in-depth interviews in order to get more detailed information and by conducting observation of activities conducted at Pajagan or batik showroom batik in the center of batik Batik Centers in Tasikmalaya and collecting documents to complete research data. There are 21 informants in this study, consist of 14 businessmen of batik industries and 7 people outside batik industries consisting of craftsmen, the Government and administrators association. The results of this research show that there are efforts made by businessmen in awakening Batik Tasik industries through product development strategy, so Batik Tasik can return to compete with batik from other regions. In addition, there are social relations that materialize in the form of teamwork in business relations as well as associations facilitates businessmen in developing their business and there are programs from the government of Tasikmalaya to awaken industries of Batik Tasik which well responded by businessmen. The process of business showed significant results after the recognition of batik as a world cultural heritage by UNESCO that brought back the passion for batik industries in Indonesia, including in Tasikmalaya city that signed by an increase in the number of business units of batik in Tasikmalaya.
Kata Kunci : Strategi Pengusaha, Batik Tasik, UNESCO