Laporkan Masalah

Hubungan Tingkat Kekompakan Kota (Urban Compactness) dengan Tingkat Daya Hidup di Kawasan Perkotaan Yogyakarta

EVA RACHMANDANI, M. Sani Roychansyah,ST., M.Eng. D.Eng

2016 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Kota Yogyakarta mendapatkan peringkat pertama dalam Most Livable City Index dengan nilai 65,34% (2009) dan 66,52% (2011) oleh Ikatan Ahli Perencana Indonesia (IAP). Kota layak huni adalah kota yang dapat memberikan kenyamanan bagi manusia yang tinggal di dalamnya atau dikenal dengan Livable City. Konsep compact city merupakan salah satu bentuk pembangunan berkelanjutan. Konsep tersebut merupakan solusi dari fenomena urban sprawl atau perluasan wilayah ke daerah sekitarnya. Namun, pada kondisi tertentu suatu kota yang kompak dapat pula berbanding terbalik dengan tingkat kenyaman kota. Penelitian ini membuktikan hubungan tingkat kekompakan kota (urban compactness) dengan tingkat daya hidup (livability) di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah deduktif kuantitatif melalui analisis Pearson Correlatif Coefisien. Unit amatan penilitian ini adalah Kawasan Perkotaan Yogyakarta dengan unit analisis variabel kekompakan kota (urban compactness) dan variabel tingkat daya hidup (livability). Pengumpulan data penelitian ini melalui metode observasi dan pengumpulan data sekunder. Variabel pada tingkat kekompakan kota (urban compactness) terdiri dari denisifikasi penduduk, konsentrasi aktivitas, ukuran dan akses kota, intensifikasi transportasi umum dan kesejahteraan penduduk. Kecamatan dengan nilai tingkat kekompakan kota (urban compactness) yang tertinggi adalah Kecamatan Gondomanan dengan nilai 79.26% yang merupakan wilayah pusat kota. Pada tingkat daya hidup (livability) variabel yang digunakan adalah lingkungan, kesehatan, pendidikan, perumahan, keamanan, transportasi, ekonomi dan sosial budaya. Kecamatan dengan nilai tingkat daya hidup (livability) yang tertinggi adalah Kecamatan Tegalrejo dengan nilai 72.35% yang merupakan wilayah urban. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan keduanya adalah negatif atau berbanding terbalik, artinya jika tingkat kekompakan kota tinggi, maka tingkat daya hidup rendah. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis penulis, kondisi tersebut juga menunjukkan suatu tantangan untuk menerapkan kondisi yang ideal dimana tingkat kekompakkan kota tinggi namun tidak menurunkan daya hidupnya, yaitu melalui pengendalian dan penerapan konsep yang sesuai dengan karakteristik wilayahnya.

The City of Yogyakarta was ranked first in the Most Livable City Index with a value of 65.34% (2009) and 66.52% (2011) by the Association of Indonesian Planning (IAP). A livable city is a city that can provide comfort for people who live in it. While, the compact city concept is a form of sustainable development. This concept is a solution for the phenomenon of urban sprawl or territorial expansion in a city surrounding area. In certain conditions the compactness of a city are inversely proportional to the level of its comfortness. The purpose of this study is to prove the correlation between the compactness of the city (urban compactness) with the livability rate in the Kawasan Perkotaan Yogyakarta. The method used is quantitative deductive through analysis of Pearson Correlation coefficient. The observation units of this research is the Kawasan Perkotaan Yogyakarta with urban compactness and livability as the analysis variable. The data collection of this research is gain through observation and secondary data collection. Variables on the level of compactness of the city (urban compactness) consists of population densification, concentration of activity, city size, the intensification of public transport and the welfare of the citizen. Districts with the highest rate of compactness is Gondomanan District with a value of 79.26%, it is located in the downtown area. In the livability ranking, the variables used are environment, health, education, housing, security, transportation, economy and socio-cultural. Districts with the highest rate of livability is Tegalrejo District with a value of 72.35%, and it is located in an urban area. The results of this study indicate that the relationship between the two variables is negative or inverse, meaning that if the high level of compactness of the city is high, the livability rate is low. This is consistent with the hypothesis the author, these conditions also showed a challenge to implement the ideal conditions in which the high level of compactness city, but not the power of his life, through the control and application of concepts that match the characteristics of the territory.

Kata Kunci : Pembangunan Kota Berkelanjutan, Indeks Kekompakan, Indeks Daya Hidup, Pearson Correlatif Coefisien, Kawasan Perkotaan Yogyakarta / Sustainable Urban Development, Compactness Index, Livability Index, Pearson Correlatif Coefisien, Kawasan Perkotaan Yogyakar

  1. S1-2016-330113-abstract.pdf  
  2. S1-2016-330113-bibliography.pdf  
  3. S1-2016-330113-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2016-330113-title.pdf