Kapasitas Kelembagaan dalam Pengembangan Wisata Lawang Sewu (Studi Kasus: UPT Bangunan Permuseuman PT KAI (Persero) di Lawang Sewu)
ANINDYA DESSI WULANSARI, Ario Wicaksono, S.IP, M.Si
2016 | Skripsi | S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA (MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK)Arus modernisasi membuat minat wisatawan untuk mengunjungi destinasi wisata heritage dan bangunan bersejarah semakin rendah terbukti dengan sepinya hampir semua museum di Indonesia dari kunjungan wisatawan, namun hal yang berbanding terbalik terjadi pada Lawang Sewu. Adanya modernisasi tidak membuat menurunnya minat wisatawan untuk mengunjungi Destinasi Wisata Lawang Sewu. Hal tersebut ditunjukan dengan jumlah wisatawan Lawang Sewu sangat tinggi dan bahkan naik 100% dari tahun sebelumnya. Kondisi ini berbeda dengan destinasi wisata sejenis lainnya yang ada di Semarang yang justru jumlah wisatawannya mengalami penurunan. Keberhasilan destinasi wisata Lawang Sewu dalam meningkatkan jumlah wisatawan menunjukan keberhasilan dalam pengembangan dan pengelolaannya. Pihak pengelola Lawang Sewu yang dalam hal ini adalah UPT Bangunan Permuseuman PT Kereta Api Indonesia (Persero) membuktikan adanya best practice dalam menarik jumlah wisatawan yang dilakukan dengan penguatan kapasitas kelembagaan. Strategi tersebut dilakukan dengan melakukan perbaikan pada aspek-aspek kelembagaan. Perbaikan aspek tersebut dilakukan pada aspek pengorganisasian, Sumber Daya Manusia (SDM), budaya organisasi, dan jaringan kerja. Dalam aspek pengorganisasian pihak pengelola membagi tugas secara spesifik melalui garis-garis koordinasi yang jelas mulai dari direktur utama perusahaan sampai pada supervisor Lawang Sewu. Hal tersebut mengoptimalkan kinerja setiap aktor dengan pembagian tugas pokok serta tanggung jawab yang jelas. Pada aspek SDM dilakukan segala proses pemilihan atau rekrutmen tenaga kerja terbaik hingga penempatan yang sesuai dengan kualifikasi tertentu. Budaya organisasi yang digambarkan dengan logo perusahaan dan lima nilai utama budaya organisasi berhasil untuk memperbaiki kinerja setiap stakeholder didalam perusahaan. Selain itu, pada aspek jaringan kerja pengelola Lawang Sewu mampu menjalin kerjasama dari berbagai pihak yang didalamnya adalah dari pemerintah, swasta, masyarakat, maupun komunitas-komunitas tertentu.
Abstrak: Arus modernisasi membuat minat wisatawan untuk mengunjungi destinasi wisata heritage dan bangunan bersejarah semakin rendah terbukti dengan sepinya hampir semua museum di Indonesia dari kunjungan wisatawan, namun hal yang berbanding terbalik terjadi pada Lawang Sewu. Adanya modernisasi tidak membuat menurunnya minat wisatawan untuk mengunjungi Destinasi Wisata Lawang Sewu. Hal tersebut ditunjukan dengan jumlah wisatawan Lawang Sewu sangat tinggi dan bahkan naik 100% dari tahun sebelumnya. Kondisi ini berbeda dengan destinasi wisata sejenis lainnya yang ada di Semarang yang justru jumlah wisatawannya mengalami penurunan. Keberhasilan destinasi wisata Lawang Sewu dalam meningkatkan jumlah wisatawan menunjukan keberhasilan dalam pengembangan dan pengelolaannya. Pihak pengelola Lawang Sewu yang dalam hal ini adalah UPT Bangunan Permuseuman PT Kereta Api Indonesia (Persero) membuktikan adanya best practice dalam menarik jumlah wisatawan yang dilakukan dengan penguatan kapasitas kelembagaan. Strategi tersebut dilakukan dengan melakukan perbaikan pada aspek-aspek kelembagaan. Perbaikan aspek tersebut dilakukan pada aspek pengorganisasian, Sumber Daya Manusia (SDM), budaya organisasi, dan jaringan kerja. Dalam aspek pengorganisasian pihak pengelola membagi tugas secara spesifik melalui garis-garis koordinasi yang jelas mulai dari direktur utama perusahaan sampai pada supervisor Lawang Sewu. Hal tersebut mengoptimalkan kinerja setiap aktor dengan pembagian tugas pokok serta tanggung jawab yang jelas. Pada aspek SDM dilakukan segala proses pemilihan atau rekrutmen tenaga kerja terbaik hingga penempatan yang sesuai dengan kualifikasi tertentu. Budaya organisasi yang digambarkan dengan logo perusahaan dan lima nilai utama budaya organisasi berhasil untuk memperbaiki kinerja setiap stakeholder didalam perusahaan. Selain itu, pada aspek jaringan kerja pengelola Lawang Sewu mampu menjalin kerjasama dari berbagai pihak yang didalamnya adalah dari pemerintah, swasta, masyarakat, maupun komunitas-komunitas tertentu. Modernization causes tourism interest in visiting heritage tourism destinations and historic buildings to decline, proven by the lack of visit of almost all museums in Indonesia from tourists. However, the inverse occurred in Lawang Sewu. Modernization does not hinder tourism interest to visit Lawang Sewu as a Travel Destination. It is shown by the high number of tourists in Lawang Sewu and the 100% rise compared to the previous year. This condition is different from other similar tourist destinations in Semarang whose visitors have decreased in number. The success of Lawang Sewu as a tourist destination in increasing the number of tourists shows the success in the development and management. The manager of Lawang Sewu, which in this case is Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bangunan Permuseuman PT Kereta Api Indonesia (Persero), has proven the existence of best practice in attracting the number of tourists, conducted by strengthening institutional capacity. The strategy was done by improving institutional aspects. The improvements were done on the aspects of organization, Human Resources (HR), organizational culture, and networking. In the organizational aspect, the manager divided the tasks specifically through the clear coordination lines beginning from the president of the company until the supervisor of Lawang Sewu. It has optimized the performance of each actor by the division of the main tasks along with clear responsibilities. In the aspect of Human Resources, selection process and recruitment of the best workers were conducted, up to the employment which was in accordance to certain qualifications. Organizational culture, which is described by the logo of the company and the five main values of organizational culture, has succeeded to improve the performance of each stakeholder in the company. Moreover, in the aspect of networking, the managers Lawang Sewu have been able to establish cooperation with various parties, which are the government, private sector, community, and some particular communities.
Kata Kunci : kelembagaan, kapasitas kelembagaan