Studi Etnoekologi : Mengenal Capung dari Masyarakat Using, Banyuwangi
TABITA MAKITAN, Dr. G. R. Lono Lastoro Simatupang., M.A
2015 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYACapung adalah salah satu serangga yang mempunyai peran penting sebagai indikator lingkungan dan predator yang turut memangsa hama tanaman. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, gambaran yang masih melekat adalah memori masa kecil saat bermain menangkap capung atau mitos capung sebagai obat untuk menyembuhkan ngompol. Penelitian ini mengamati masyarakat Using, Banyuwangi dalam kaitannya dengan capung. Banyuwangi hingga saat ini mempunyai 64 jenis capung, hampir setengah dari jenis yang ada di Pulau Jawa. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan pengetahuan dan perilaku masyarakat Using terhadap capung serta melihat respon masyarakat terhadap usaha-usaha pelestarian. Lokasi penelitian ada di Kabupaten Banyuwangi khususnya di Desa Tamansari, Desa Pesucen, Desa Olihsari, Desa Kemiren serta Kota Banyuwangi. Penelitian ini dilakukan bersama Lembaga Indonesia Dragonfly Society selama pertengahan tahun 2014 hingga awal tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan dari segi pengetahuan, masyarakat membagi capung dalam dua kelompok besar yaitu dhudhuk (Anisoptera) dan dhudhuk dom (Zygoptera). Untuk dhudhuk, pengelompokkan jenis-jenis capung didasarkan pada dua hal yaitu warna dan ciri khas per spesies. Dalam seni dan tradisi, masyarakat Using mengangkat simbolisasi capung yang tercermin dari lagu Untring-untring dan dalam tradisi pernikahan "Perang Bangkat". Berkaitan dengan usaha-usaha pelestarian capung yang dilaksanakan oleh Lembaga Indonesia Dragonfly Society, masyarakat Using menunjukkan respon yang positif dan menyambut pengetahuan-pengetahuan baru yang berhubungan dengan peran dan manfaat capung bagi lingkungan.
ABSTRACT Dragonflies are considered to have important roles to environment. Some of them are the role as a good indicator for water quality and as a predator to pests. Most Indonesian people have different view on dragonfly. What people remember the most was the memory of their childhood playing catching dragonfly on the field and the myth that dragonfly can reduce child bed-wetting. This research takes focus on studying Using people in Banyuwangi, East Java. Talking about diversity of dragonflies, the most updated data shows that Banyuwangi has 64 species of dragonflies. This research is aimed at giving description about the knowledge system of dragonfly that Using people have in Banyuwangi, East Java. It also a goal to understand how people treat dragonfly and their natural habitat. The aims above are met by doing a study in the city of Banyuwangi and some villages that represent the identity of Using people : Desa Tamansari, Desa Pesucen, Desa Olihsari, Desa Kemiren. All the data are being collected by the writer as the member of an organization called Indonesia Dragonfly Society. Research is conducted from the last months of 2014 at the beginning of 2015. It is found that Using people has particular categorization on how to identify dragonfly according to its color and distinct characteristic per species. In general, dragonflies are divided into two groups which are dhudhuk (Anisoptera) and dhudhuk dom (Zygoptera). Using people take dragonflies as symbolism which captured in their art (traditional song called Untring-untring) and tradition (wedding tradition called Perang Bangkat). At the end, the society of Banyuwangi shows their positive response towards the conservation efforts that are being held by Indonesia Dragonfly Society. It is concluded that Using people can play an important role to support the conservation of dragonflies in Banyuwangi.
Kata Kunci : capung, etnoekologi, masyarakat Using, Banyuwangi, pelestarian, tradisi.