ESTETIKA SEBAGAI KRITIK ATAS MODERNITAS: KOMPARASI PEMIKIRAN ANTARA JURGEN HABERMAS DAN JEAN-FRANCOIS LYOTARD
YONGKY GIGIH PRASISKO, Sumartono, Ph.d.
2015 | Tesis | S2 Ilmu FilsafatModernitas yang didengungkan sejak zaman Renaissance ternyata mengandung beberapa persoalan seperti filsafat kesadaran, positivisme, universalitas, narasi besar serta kecenderungan ideologi yang total, yang mengimplikasikan tragedi kemanusiaan dan persoalan legitimasi pengetahuan. Berdasarkan berbagai macam permasalahan modernitas, maka Habermas bermaksud untuk merekonstruksinya melalui idenya perihal rasio komunikatif, sedangkan Lyotard hendak meninggalkan segala proyek modernitas dan memulai era baru yang disebutnya postmodern. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang menggunakan metode komparasi. Pemikiran Habermas dan Lyotard perihal estetika diperbandingkan untuk mencari pebedaan dan persamaannya dalam konteks kritik terhadap modernitas. Unsur-unsur metodis yang digunakan antara lain deskripsi: menjelaskan pemikiran Habermas dan Lyotard perihal estetika, abstraksi:mensarikan pemikiran Habermas dan Lyotard yang luas dan umum, menjadi khusus dan fokus pada estetika, analisis:menganalisa istilah-istilah kunci dalam pemikiran Habermas dan Lyotard, sehingga makna istilah tersebut lebih mudah dimengerti secara sistematis, sintesis:memadukan unsur-unsur dalam bangunan pemikiran Habermas dan Lyotard, atau bisa disebut juga mencari titik temu dan persilangan diantara keduanya, serta hermeneutika:menganalisa unsur-unsur objektif dalam pembentukan teks, kemudian mencari acuan makna di luar teks, dan terakhir merekontekstualisasikan teks dengan kondisi dan situasi di masa sekarang. Estetika dalam pemikiran Habermas menyangkut perihal interpretasi kebutuhan, tindakan komunikatif, serta tahap perkembangan ego. Sedangkan Lyotard menjelaskan estetika melalui konsep sublim, yakni dorongan untuk menggerogoti tradisi yang mapan. Estetika Habermas merupakan kritik terhadap rasionalitas yang memandang realita secara objektif. Dimensi estetika merupakan pandangan ekspresif aktor sosial terhadap realita, yang mewujud dalam proses kreatif, presentasi diri dan karya seni. Estetika Habermas juga merupakan kritik terhadap positivisme yang terbentuk dalam sistem birokrasi, ekonomi dan administrasi. Sikap dasar ekspresif yang dirasionalisasikan nantinya akan mampu menyelamatkan manusia dari economic and administrative imperative (tuntutan ekonomi dan administrasi). Estetika mampu mengubah hubungan individu dengan dunia-kehidupan secara refleksif untuk mencari dan menemukan interpretasi kebutuhan. Sedangkan estetika Lyotard merupakan kritik terhadap narasi besar. Estetika sublim merupakan dorongan dalam mendobrak narasi besar. Estetika Lyotard juga merupakan kritik terhadap realisme yang tidak kritis terhadap status quo. Sublim mendorong seniman untuk terus mempertanyakan realitas. Estetika juga merupakan kritik terhadap historisisme. Melalui seni Avant-Garde Habermas dan Lyotard mencerabut seni Avant-Garde dari historisitasnya dan mengambil semangat eksperimentalnya.
Modernity echoed since Renaissance era, in fact, has some problems such as philosophy of consciousness, positivism, universality, grand narrative and oriented total ideology. Those inflict tragedy of humanity and problems of knowledge legitimation. Based on those problems, Habermas intends to reconstruct modernity by means of communicative rationality, while Lyotard inteds to leave all modernity projects and begin a new era, called postmodern. This research is library research using comparative method. Habermas and Lyotard thoughts are compared to look for their differences and similarities in case of criticism towards modernity. Elements of method used are description:explaining Habermas and Lyotard thoughts about aesthetic, abstraction:abstracting general and wide thoughts of Habermas and Lyotard to be specific and particular to aesthetic, analysis:analyzing key terms in Habermas and Lyotard thought, so that those meanings of terms are easy to understand systematically, synthetic:combining elements of Habermas and Lyotard thoughts, or looking for their meeting and crossing point, then hermeneutic:analyzing objective elements in text formation, and looking for its reference outside the text, then recontextualizing the text to today's situation and condition. Aesthetic, for Habermas, involves interpretation of needs, communicative action and ego development, while Lyotard explains aesthetic through concept of sublime, which is progressive impulse to subvert established tradition. Habermas' aesthetic is a criticism to rationality, which views world objectively. Aesthetic value is an expressive view by social actor towards the world, manifested in creative process, self-presentation and work of art. Habermas' aesthetic is also criticism to positivism embodied in bureaucracy, economy and administrative system. Expressive basic attitudes rationalized, then, will be innerworldly salvation from economic and administrative imperative. Aesthetic can alter relation between subject and life-world reflectively in order o look for and find need interpretation. While, Lyotard's aesthetic is a criticism to grand narrative. Sublime aesthetic is an impulse to subvert grand narrative. Lyotard's aesthetic is also criticism to realism, which accepts status quo uncritically. Sublime can encourage artists to always question reality. Aesthetic is also criticism to historicism. By meas of Avant-Garde, Habermas and Lyotard deprive Avant-Garde movement from its historicity and take its experimental spirit.
Kata Kunci : Modernitas, postmodern, estetika, ekspresif, sublim, Avant-Garde