Panakawan Tengen dan Kiwa pada wayang purwa gaya Yogyakarta kajian bentuk, makna dan fungsi
SUNARTO, Promotor Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc
2010 | Disertasi | S3 Ilmu BudayaJudul disertasi adalah: panakawan tengen dan k:iwa pada wayang purwa gaya Yogyakarta kajian bentuk, makna, dan fungsi . Panakawan adalah kelompok tokoh wayang purwa yang berpenampil-an unik dan khusus. Rumusan masalah dalam kajian ini: Apa yang dimaksud panakawan tengen dan kiwa? Mengapa bentuk tokoh panakawan wayang purwa gaya Yogyakarta tidak wajar seperti bentuk tokoh wayang yang lain dan selalu berpasangan?. Bagaimana makna dan fungsi panakawan pada lakon Petruk Dukun, Semar Mbangun Kahyangan, dan Wahyu Setya Wacana bagi masyarakat pendukungnya?.tujuannya : untuk mengetahui konsep perwujudan, sejarah, perkembangan, dan keanekaragaman panakawan dalam media dan ragam wayang di Jawa. Untuk mengetahui latar belakang penggolongan panakawan. Untuk mengetahui makna dan fungsi panakawan tengen dan kiwa bagi masyarakat pendukungnya .Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah pedekatan struktural, ikonografis dan estetis, di samping itu digunakan teori-teori pendukung, di antaranya hermeneutik, mitos, dan simbol. Analisis yang dilakukan dalam kajian ini tidak melihat proses dari sebab akibat, namun lebih diutamakan pengungkapan secara tekstual dan kontekstual terhadap bentuk, makna, dan fungsi panakawan tengen dan k:iwa pada wayang purwa gaya Yogyakarta objek kajian ini. Oleh karena itu penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan multidisiplin . Hasil kajian ini menunjukkan bahwa Panakawan tengen disebut prepat sebagai pamomong satria, terdiri dari Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong. Panakawan kiwa merupakan abdi (batury dari tokoh yang berwatak angkara murka, terdiri dari Togog dan Bilung. Penciptaan bentuk panakawan terinspirasi oleh bentuk abdi dalem palawija, atau pada Mataram kuno disebut watak i'jro, yaitu orang cacat memiliki daya sakti. Panakawan berpasangan berdasar pada satuan d ua, satuan lima, dan satuan Sembilan, yang dilatarbelakangi budaya Hindhu, Islam, Jawalslam dan tradisi setempatjlocal genius. Makna panakawan secara semantik dan fisik menunjukkan beberapa nilai yang berguna bagi kehidupan. Fungsi panakawan secara personal sebagai media ekspresi, sosial sebagai simboljlambang, dan fisik sebagai alat peraga. Fungsi panakawan berdasar tiga lakon, diketahui sebagai penasehat, pelindung, media penerangan, penghibur, dan pembantu. Kata Kunci: Panakawan tengen dan k:iwa Wayang purwa Gaya Yogyakrta, Bentuk, Makna, dan Fungsi.
This dissertation is entitled "Panakawan Tengen And Kiwa In Wayang Purwa of Yogyakarta Style: A Study of Form, Meaning and Function". Panakawan is a group of wayang purwa characters with unique and special appearance. The problem statements in this study are: What is panakawan tengen and kiwa? Why is the form of the panakawan characters of Yogyakarta style's wayang purwa not ordinary like the shape of the other wayang characters and always in pair? What are the meanings and the functions of panakawan tengen and kiwa in the story of Petru.k Dukun, Semar Mbangun Kahyangan, and Wahyu Setya Wacana for the supporting community?. The objectives are to identify the concept of the shape, history, development, and diversity of panakawan in media and wayang varieties in Java, to identify the background of the classification of panakawan, and to identify the meanings andfunctions of panakawan tengen and kiwa for the supporting community. This study applied structural, iconographic, and aesthetic approach. In addition, it also applied supporting theories such as hermeneutic, myth, and symbol. It did not analyze the process from causality, but gave priority to textual and contextual exposition toward the form, meaning, and function of panakawan tengen and kiwa in wayang purwa of Yogyakarta style of this study object. Accordingly, it belongs to qualitative research with multidisciplinary approach. The research result indicates that Panakawan tengen, called prepat, acting as the pamomong of the knights, consisted of Semar, Nala Gareng, Petruk, and Bagong. Panakawan kiwa, the abdi (servant) of the villains, consisted of Togog and Bilung. The creation of panakawan form was inspired by the form of abdi dalem palawija. or in ancient Mataram called watak i'jro, the disables having supernatural power. Panakawan formed a pair based on unit of two, unit of five, and unit of nine, with the cultural background of Hinduism, Islam, Javanese-Islam and local genius. The meaning of panakawan semantically and physically indicated several values which were useful for life. Panakawan functioned personally as the media of expression, socially as symbols/signs, and physically as models. The function of panakawan based on the three stories was known as the advisors, the protectors, media of information resources, entertainers, and servants. Keywords: Panakawan tengen and kiwa in Wayang Purwa of Yogyakarta Style, Form, Meaning, and Function.
Kata Kunci : Panakawan tengen wayang purwa gaya Yogyakarta,Panakawan kiwa wayang purwa gaya Yogyakarta,Bentuk,Makna,Fungsi