Wayang sebagai refleksi politik dalam novel Mantra Pejinak Ular karya Kuntowijoyo :: Kajian sosiologi sastra dan intertekstual
KUSMARWANTI, Prof. Dr. C. Soebakdi Soemanto, S.U
2010 | Tesis | S2 Ilmu SastraPenelitian ini berjudul “Wayang sebagai Refleksi Politik dalam Novel Mantra Pejinak Ular: Kajian Sosiologi Sastraâ€. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan fungsi pementasan wayang, lakon wayang, dan refleksi politik Orde Baru melalui pementasan dan lakon wayang dalam novel Mantra Pejinak Ular. Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra Swingewood pada perspektif yang pertama, yaitu mengadopsi aspek dokumentasi dalam sastra dan menganggap karya sastra sebagai cermin zaman, dan teori intertekstual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel MPU pementasan wayang dalam novel MPU memiliki beberapa fungsi, yaitu peringatan hari besar, pendukung program kecamatan, kampanye pilkades (pemilihan kepala desa) dan pemilu (pemilihan umum), realisasi program ormas, (organisasi massa) dan acara pribadi. Lakon wayang yang dipentaskan adalah “Semar Boyongâ€, “Semar Ratuâ€, “Semar Nagih Janjiâ€, “Babad Alas Wanamartaâ€, “Perjamuan Ularâ€, “Bambang Indra Gentholet Takon Bapaâ€, “Bima Jadi Rajaâ€, “Wahyu Pohonan†atau “Kresna Murcaâ€, “Rama Tambakâ€, “Gajah Jadi Raja di Negeri Kambingâ€, dan “Cangik Bertanya pada Limbukâ€. Pementasan dan lakon wayang dalam novel Mantra Pejinak Ular tersebut merupakan refleksi politik Orde Baru. Hal ini dapat dilihat melalui kedatangan Kismo Kengser yang menyampaikan kesewang-wenangan Orde Baru di bawah pemerintahan Soeharto, keberadaan Abu Kasan Sapari pada Pemilu 2007 di rumah tahanan Karangmojo karena aktivitas politiknya, tumbangnya pohon beringin sebagai simbolisasi Golkar yang menjadi mesin politik pemerintah, dan munculnya Ronggowarsito yang melahirkan pertanda zaman edan dengan kesemrawutan hidup dan nilai-nilai. Beberapa isu politik tersebut terkait dengan (1) politik dan kekuasaan, (2) mesin politik, pilkades, dan pemilu, (3) militer dan penentang pemerintah, (4) rakyat dan kehidupan demokrasi, dan (5) peran media massa dan ormas.
The title of this research is “Wayang as a Political Reflection in Mantra Pejinak Ular Novel by Kuntowijoy: A Sociological Literary Study.†This research aims at describing the function of wayang performance, the wayang story, and the reflection on the New Order politics through the performance and the story in Mantra Pejinak Ular novel. This research used the first perspective of Swingewood theory namely “the most popular perspective adopts the documentary aspect of literature, arguing that it provides a mirror to the ageâ€, and intertextuality theory. The result shows that the wayang performance in MPU novel has several functions, i.e., to commemorate the red letter day, to support the programs of the subdistrict government, to support the village-head election campaign and the General Election, and as the realization of the mass-organization programs and private events. The stories performed were “Semar Boyongâ€, “Semar Ratuâ€, “Semar Nagih Janjiâ€, “Babad Alas Wanamartaâ€, “Perjamuan Ularâ€, “Bambang Indra Gentholet Takon Bapaâ€, “Bima Jadi Rajaâ€, “Wahyu Pohonan†or “Kresna Murcaâ€, “Rama Tambakâ€, “Gajah Jadi Raja di Negeri Kambingâ€, and “Cangik Bertanya pada Limbukâ€. The performances and the stories in this novel were the reflection of the New Order Politics. These could be seen from the arrival of Kismo Kengser who informed the ill-treatments of Suharto‟s New Order government, the existence of Abu Kasan Sapari in General Election 2007 in the Karangmojo jail due to his political activities, the fall of the beringin tree symbolizing Golkar as the government‟s political machine, and the arrival of Ronggowarsito who informed the signs of crazy era with the chaotic life and value. Some political issues correlate with (1) politics and power, (2) political machine, village-head election, and General Election, (3) the military forces and the government opponents, (4) people and democracy, and (5) the roles of the mass media and mass organization.
Kata Kunci : Wayang,Politik,Orde baru, wayang, politics, New Order