Laporkan Masalah

Perhitungan kos barang farmasi habis pakai pasien rawat inap di RSU Pandan Arang Boyolali

TRINASTITI, Eva, Drs. Agastya, MBA., MPM

2008 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar belakang: Di RSU Pandan Arang Boyolali, 51% pendapatan pelayanan kesehatafl di rumah sakit terkait dengan pendapatan perbekalan farmasi (pendapatan total RS th 2006 : Rp17,6 M). Sehubungan dengan hal tersebut, bila perbekalan farmasi di rumah sakit tidak dikelola dengan baik, cermat dan bertanggungjawab dapat diprediksi pendapatan rumah sakit akan mengalami penurunan/kerugian. Barang farmasi habis pakai merupakan bagian dari kegiatan pelayanan farmasi rumah sakit. Penggunaan/ pemakaian barang farmasi habis pakai tidak dapat diabaikan, karena merupakan penunjang perawatan bagi pasien baik rawat jalan maupun rawat inap. Besaran tarif barang farmasi habis pakai bagi pasien ditetapkan berdasar perhitungan perkiraan besaran biaya oleh instalasi farmasi RSU Pandan Arang Boyolali. Tujuan: Menghitung besaran kos barang farmasi habis pakai pasien rawat inap di RSU Pandan Arang Boyolali dan membandingkan kos barang farmasi habis pakai dengan besaran tarif yang ditetapkan. Metode: Jenis dan rancangan penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan studi cross-sectional. Populasi penelitian adalah barang farmasi habis pakai di rumah sakit. Tehnik sampling secara cluster sampling pelayanan pasien di bangsal rawat inap RSU Pandan Arang Boyolali. Hasil dan pembahasan: Berdasar evaluasi data bon permintaan barang farmasi habis pakai per bangsal dan data pengeluaran dari instalasi farmasi terdapat perbedaan pencatatan dan pelaporan, dan ditunjang pencatatan dan pelaporan stok opname penggunaan barang farmasi habis pakai di bangsal/unit pelayanan belum dibukukan secara rinci, maka sangat perlu dilakukan verifikasi pencatatan pelaporan penggunaan obat di instalasi farmasi dan bangsal rawat inap, khususnya pengendalian penggunaan pemakaian barang farmasi habis pakai. Dari perhitungan ditemukan bahwa tarif barang farmasi habis pakai per pasien rawat inap yang ditetapkan tidak sesuai dengan kos barang farmasi habis pakai yang dipergunakan/disediakan. Kesimpulan dan saran: Kos barang farmasi habis pakai yang dipergunakan pada pasien rawat inap lebih besar dari tarif biaya yang ditetapkan, sehingga rumah sakit dalam kondisi merugi untuk penggunaan barang farmasi habis pakai. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk evaluasi ulang penetapan besaran biaya barang farmasi habis pakai kepada pasien, dan sangat perlu dilaksanakan verifikasi, serta direncanakan dan dilaksanakan pemakaian barang farmasi habis pakai tercatat per pasien. Kata kunci: kos, tarif, barang farmasi habis pakai, jenis dan kelas pelayanan rawat inap rumah sakit.

Background: Around 51% out of 17,6 billion rupiah revenue of Boyolali Pandan Arang Hospital is related to pharmacy. This shows that the pharmacy system must be managed effectively, efficiently, and accountable to avoid any decrease or loss in revenue. Moreover, the major components of the pharmacy system are drug consumption and pharmacy materials. They play very important role in the treatment of patients. The handling of both the drug consumption and pharmacy equipment, especially in tariffs, is therefore very crucial for the operation of the hospital. Currently, the tariffs are predicted based on assumptions. A more realistic cost-based tariff figures are needed. Objective:To propose a new tariff calculation system of drug consumption and pharmacy materials and to analyze the comparison of the new tariffs figures with the old predicted ones. Method: This research is an observational descriptive research with a cross sectional study. The population of the research is drug consumables and pharmacy materials. A cluster sampling is conducted at 'rawat inap' wards of Boyolali Pandan Arang Hospital. Result and discussion: Per ward analysis of the request forms and the release reports of consumables and pharmacy materials shows discrepancies between them. The data difference is further complicated by bad records of the inventory. A verification or audit of the use of drug consumables and pharmacy materials, especially in wards, is necessary to solve the discrepancies. A further analysis of the consumable and pharmacy material tariffs discloses that the applied tariffs are lower than the actual costs. This certainly leads to losses in revenues. Conclusion and recommendation: In Boyolali Pandan Arang Hospital, the tariffs of drug consumables and pharmacy materials are lower than the actual costs. This loss in revenue is not supporting the hospital in its effort to improve its service quality. The result of this study can become a reference to evaluate the tariff system of drug consumables and pharmacy materials. Moreover, this study recommends the improvement of the records of inventory and drug uses of patients in Boyolali Pandan Arang Hospital to avoid any loss caused by mismanagement of those records. Key words: cost, drug consumables, pharmacy materials, hospital service types

Kata Kunci : Kos,Tarif,Barang farmasi habis pakai,Jenis dan kelas pelayanan rawat inap rumah sakit

  1. S2-PAS-2008-Eva_Trinastiti-ABSTRACT.pdf  
  2. S2-PAS-2008-Eva_Trinastiti-BIBLIOGRAPHY.pdf  
  3. S2-PAS-2008-Eva_Trinastiti-TABLEOFCONTENT.pdf  
  4. S2-PAS-2008-Eva_Trinastiti-TITLE.pdf