Laporkan Masalah

Village Resort di Kabupaten Samosir dengan Pendekatan Arsitektur Critical Regionalism

Anno Rian Siburian, Dr. Ar. Ir. Dimas Wihardyanto, S.T., M.T., IAI.,IPM.

2025 | Skripsi | ARSITEKTUR

Kabupaten Samosir, yang berada di tengah Danau Toba, memiliki potensi wisata yang sangat besar karena keindahan alam dan kekayaan budayanya. Sebagai tanah leluhur suku Batak Toba, daerah ini dikenal dengan arsitektur tradisionalnya, termasuk Rumah Bolon yang merupakan warisan arsitektur Indonesia. Namun dalam perkembangan modernisasi yang sangat pesat, nilai-nilai arsitektur tradisional tersebut terancam punah. Identitas lokal menjadi tidak terlihat dalam arsitektur modern dan kurangnya kesadaran akan hal ini dapat mengakibatkan prinsip-prinsip lokalitas menjadi tertinggal.

Di sisi lain, seiring dengan penetapan Danau Toba sebagai salah satu Destinasi Super Prioritas (DSP), terdapat peluang besar untuk melestarikan arsitektur tradisional Batak Toba melalui sektor pariwisata. Pengembangan kawasan ini sebagai destinasi wisata internasional dapat menjadi solusi untuk mengatasi hilangnya identitas dan nilai-nilai budaya. Resort sebagai fasilitas akomodasi wisata memiliki peran penting dalam menampilkan dan mempertahankan identitas budaya lokal ke mata dunia. Perancangan yang menggabungkan arsitektur tradisional dan modern dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan akomodasi sekaligus mempromosikan warisan budaya kepada wisatawan.

Pendekatan critical regionalism menjadi relevan dalam konteks ini, karena bertujuan menghubungkan kembali arsitektur dengan konteks lokal baik dari segi lingkungan maupun budaya. Critical regionalism menekankan pentingnya respon terhadap karakteristik fisik dan budaya lokal, sekaligus mengadaptasi prinsip-prinsip arsitektur yang tetap selaras dengan kebutuhan modern.

Samosir Regency, situated in the middle of Lake Toba, has enormous tourism potential driven by its stunning landscapes and rich culture. As the ancestral homeland of the Batak Toba tribe, the area is known for its traditional architecture, including the Rumah Bolon which is an Indonesian architectural heritage. But in the rapid development of modernization, these traditional architectural values are endangered. Local identity is becoming invisible in modern architecture and a lack of awareness of this can result in the principles of locality being left behind.

On the other hand, along with the designation of Lake Toba as one of the Super Priority Destinations (DSP), there is a great opportunity to preserve traditional Batak Toba architecture through the tourism sector. The development of this area as an international tourism destination can be a solution to overcome the loss of cultural identity and values. Resort as a tourist accommodation facility has a crucial role in presenting and maintaining local cultural identity to the world. A design that combines traditional and modern architecture can provide answers to accommodation needs while promoting cultural heritage to tourists.

The critical regionalism approach becomes relevant in this context, as it aims to reconnect architecture with the local context both in terms of environment and culture. Critical regionalism emphasizes the importance of responding to local physical and cultural characteristics, while adapting architectural principles that remain in tune with modern needs.

Kata Kunci : Danau Toba, Destinasi Super Prioritas (DSP), Village Resort, Critical Regionalism

  1. S1-2025-479293-abstract.pdf  
  2. S1-2025-479293-bibliography.pdf  
  3. S1-2025-479293-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2025-479293-title.pdf