Laporkan Masalah

Menjadi Abdi Dalem di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat: Perspektif Fenomenologis atas Pemaknaan Individual dan Imbalan Sosial

Akhita Yuan Mahardika, Dr. M. Falikul Isbah, G.D.Soc., M.A.

2025 | Skripsi | Sosiologi

Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana para abdi dalem di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memaknai pengabdian mereka dalam konteks dunia kehidupan yang terus berubah. Menggunakan teori fenomenologi Alfred Schutz, penelitian ini menelusuri pengalaman subjektif abdi dalem dalam membentuk makna atas peran, nilai, dan identitas mereka melalui interaksi sosial dan stok pengetahuan yang diwariskan. Fokus utama terletak pada nilai-nilai yang dinarasikan dalam praktik pengabdian, serta bentuk-bentuk modal yang diperoleh sebagai konsekuensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengabdian para abdi dalem bukan sekadar kewajiban turun-temurun, melainkan merupakan pilihan reflektif yang dilandasi oleh kesadaran spiritual, komitmen kultural, dan laku hidup yang bermakna. Nilai-nilai seperti setya, ngawula, nrimo, dan tepa selira membentuk struktur makna dalam dunia kehidupan mereka. Pengabdian ini juga memberikan imbalan dalam berbagai bentuk modal: simbolik (kehormatan, legitimasi), sosial (jaringan dan kepercayaan), budaya (penguasaan nilai dan etika Jawa), serta dalam beberapa konteks dapat dikonversikan menjadi modal ekonomi. Temuan ini menunjukkan bahwa menjadi abdi dalem merupakan bentuk tindakan sosial yang aktif dan bermakna, yang menawarkan alternatif jalan hidup di luar logika kapitalistik, serta menjadi bentuk perlawanan kultural yang sunyi namun signifikan.

This study aims to understand how abdi dalem (royal servants) at the Yogyakarta Palace construct the meaning of their devotion within the context of a changing social world. Employing Alfred Schutz’s phenomenological approach, this research explores the subjective experiences of abdi dalem as they interpret their roles, values, and identities through inherited social knowledge and daily interactions. The study focuses on the cultural and spiritual values that shape their acts of devotion, as well as the various forms of capital they receive in return. The findings reveal that being abdi dalem is not merely a hereditary duty, but a reflective choice grounded in spiritual awareness, cultural commitment, and a search for meaning. Values such as setya (loyalty), ngawula (service), nrimo (acceptance), and tepa selira (empathy) form the foundation of their moral and social world. Their service generates multiple forms of capital: symbolic (honor, legitimacy), social (trust, networks), cultural (mastery of Javanese values), and in some cases, convertible into economic capital. This study concludes that abdi dalem are active social agents who embody a meaningful life path that resists capitalist logic, offering a quiet yet profound form of cultural resilience and an alternative mode of being in the modern world.

Kata Kunci : Abdi Dalem, Fenomenologi, Makna Sosial, Modal Simbolik, Modal Sosial, Modal Budaya, Keraton Yogyakarta.

  1. S1-2025-481509-abstract.pdf  
  2. S1-2025-481509-bibliography.pdf  
  3. S1-2025-481509-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2025-481509-title.pdf