DRAG CULTURE DITINJAU DARI TEORI PERFORMATIVITAS GENDER JUDITH BUTLER

PRASETYO TEGAR FANI SAPUTRO, Dr. Septiana Dwiputri Maharani, S.S., M.Hum; Dr. Supartiningsih, S.S., M.Hum.

2025 | Skripsi | ILMU FILSAFAT

Heteronormativitas sebagai norma dominan dalam masyarakat menempatkan hubungan heteroseksual dan identitas gender biner sebagai standar yang dianggap alamiah dan ideal. Norma ini membatasi individu yang tidak sesuai dengan peran gender tradisional atau orientasi seksual heteroseksual, sehingga menciptakan tekanan dan diskriminasi. Drag culture muncul sebagai praktik kultural yang mengekspresikan identitas gender secara cair dan performatif, serta menjadi bentuk perlawanan terhadap norma-norma gender yang kaku. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ambivalensi hubungan antara drag culture dan feminisme, memahami pemikiran Judith Butler tentang sistem heteronormativitas, serta menelaah drag culture sebagai bentuk perlawanan terhadap heteronormativitas dalam perspektif performativitas gender.

Penelitian ini menggunakan metode hermeneutika filosofis dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui studi pustaka dari buku, jurnal, dan artikel yang relevan dengan drag culture serta teori performativitas gender Judith Butler. Analisis dilakukan secara deskriptif, interpretatif, dan holistik untuk memahami fenomena drag culture dalam konteks sosial, politik, dan filosofis.

Pada penelitian ini terbentuk dua kesimpulan utama. Pertama, hubungan antara drag culture dan heteronormativitas bersifat ambivalen dalam perspektif performativitas Judith Butler. Drag dapat menjadi praktik yang membongkar konstruksi gender melalui parodi dan eksposisi terhadap sifat imitasi identitas gender, namun tidak selalu bersifat subversif secara konsisten karena bergantung pada konteks sosial dan penerimaan audiens. Kedua, praktik drag culture menunjukkan respons kritis terhadap norma gender dalam masyarakat heteronormatif melalui pengulangan subversif yang menggoyahkan klaim naturalitas gender serta performativitas yang menampilkan gender sebagai hasil konstruksi sosial tanpa esensi tetap, sebagaimana dikemukakan dalam teori Judith Butler.

Heteronormativity, as the dominant social norm, positions heteroseksual relationships and binary gender identities as natural and ideal standards. This norm restricts individuals who do not conform to traditional gender roles or heteroseksual orientation, resulting in social pressure and discrimination. Drag culture emerges as a cultural practice that expresses fluid and performative gender identities, serving as a form of resistance against rigid gender norms. This study aims to analyze the ambivalent relationship between drag culture and feminism, understand Judith Butler’s thoughts on the heteronormative system, and examine drag culture as a form of resistance to heteronormativity from the perspective of gender performativity.

This research employs a philosophical hermeneutic method with a qualitative approach. Data were collected through literature studies from books, journals, and articles relevant to drag culture and Judith Butler’s theory of gender performativity. The analysis was conducted descriptively, interpretatively, and holistically to understand the phenomenon of drag culture within social, political, and philosophical contexts.

This study arrives at two main conclusions. First, the relationship between drag culture and heteronormativity is ambivalent within the framework of Judith Butler’s theory of performativity. Drag can serve as a practice that deconstructs gender constructs through parody and the exposure of gender identity as imitation; however, it is not always consistently subversive, as its impact depends heavily on social context and audience reception. Second, drag culture represents a critical response to gender norms in heteronormative society through subversive repetition that destabilizes claims of gender naturalness, as well as through performativity that reveals gender as a socially constructed identity without fixed essence, as theorized by Judith Butler.

Kata Kunci : Heteronormativity, Drag culture, Gender performativity, Gender