MENEMBUS NECROPOLITIK: KAJIAN KRITIS TERHADAP PERGAOELAN ORANG-ORANG BOEANGAN DI BOVEN DIGOEL MAS MARCO KARTODIKROMO
MOKHAMMAD FAROSYA ASY'ARI, Dr. Sudibyo, M.Hum.
2025 | Tesis | S2 Sastra
Penelitian ini mengkaji secara kritis praktik kekuasaan kolonial Hindia Belanda melalui karya Pergaoelan Orang-Orang Boeangan di Boven Digoel karya Mas Marco Kartodikromo dengan menggunakan pendekatan teori Necropolitics dari Achille Mbembe. Teori ini menyoroti bagaimana kekuasaan tidak hanya mengatur kehidupan, tetapi juga mendefinisikan kematian dan menciptakan ruang- ruang sosial tempat individu atau kelompok mengalami dehumanisasi sistematis, sebagaimana tercermin dalam kamp pengasingan Boven Digoel.
Penelitian ini mengungkap bagaimana intrik pemerintah Hindia Belanda dalam membentuk tatanan dunia kematian: kamp sebagai ruang isolasi, penjarahan hak hidup, serta marginalisasi ideologi dan eksistensi para tahanan politik. Penelitian ini juga mengkritisi narasi kolonial versi L.J.A. Schoonheyt dalam bukunya Boven-Digoel (1936), yang merepresentasikan kamp pengasingan secara estetis dan apolitis, serta mengabaikan pengalaman penderitaan dan ketidakadilan sistemik yang dialami para digulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pergaoelan Orang-Orang Boeangan di Boven Digoel bukan sekadar dokumentasi historis, tetapi merupakan bentuk perlawanan sastra yang menantang kekuasaan kolonial dan membuka ruang bagi identitas-identitas yang termarginalkan. Karya ini menjadi saksi sekaligus gugatan terhadap praktik kekuasaan yang menciptakan kematian sosial. Dengan demikian, penelitian ini menegaskan bahwa sastra dapat menjadi media penting dalam membongkar kekuasaan kolonial.
This study critically examines the practices of colonial power exercised by the Dutch East Indies government through Pergaoelan Orang-Orang Boeangan di Boven Digoel, a literary work by Mas Marco Kartodikromo, employing Achille Mbembe’s theory of Necropolitics. This theoretical framework highlights how power not only regulates life but also defines death and constructs social spaces in which individuals or groups undergo systematic dehumanization, as exemplified by the Boven Digoel exile camp. The research reveals the intricate mechanisms through which the colonial regime shaped a death-world: the camp as a site of isolation, the deprivation of the right to live, and the marginalization of political ideologies and subjectivities. It also presents a critique of the colonial narrative constructed by L.J.A. Schoonheyt in his book Boven-Digoel (1936), which aesthetically and apolitically portrays the camp while neglecting the suffering and structural injustices endured by the political exiles (digulis). Findings of the study indicate that Pergaoelan Orang- Orang Boeangan di Boven Digoel is not merely a historical record, but a literary act of resistance that challenges colonial domination and reclaims discursive space for marginalized identities. The work stands as both testimony and indictment against necropolitical regimes of control. Thus, this research affirms the role of literature as a potent medium in deconstructing colonial power.
Kata Kunci : Boven Digoel, necropolitics, Mas Marco Kartodikromo, bacaan liar, kekuasaan kolonial