Peran Makeup dalam Membentuk Identitas dan Ekspresi Diri Transpuan di Yogyakarta
AZZAHRA PUTRI ANDARIYANTO, Yulida Pangastuti, S.Sos., M.Soc.Sci, Ph.D.
2025 | Skripsi | Sosiologi
Penelitian ini bertujuan untuk memahami peran makeup dalam membentuk identitas dan ekspresi diri transpuan di Yogyakarta, serta mengeksplorasi bagaimana praktik penggunaan makeup dapat menjadi bentuk resistensi terhadap norma-norma gender tradisional yang bersifat heteronormatif. Dalam masyarakat Indonesia yang masih konservatif dan memegang kuat kerangka gender biner, transpuan menghadapi marginalisasi sistemik yang berdampak pada kehidupan sosial, ekonomi, dan psikologis mereka. Makeup bagi transpuan bukan sekadar alat estetika, melainkan menjadi medium simbolik untuk mengafirmasi identitas gender, membangun kepercayaan diri dan menantang batas-batas norma sosial yang membatasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi untuk menggali pengalaman hidup lima informan transpuan yang menggunakan makeup sebagai bagian dari ekspresi gender mereka. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi, kemudian dianalisis dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makeup memiliki fungsi multidimensional: sebagai sarana afirmasi identitas, simbol perlawanan terhadap hegemoni heteronormatif, dan alat untuk membangun ruang aman bagi keberagaman gender. Makeup juga berkontribusi pada proses dekonstruksi dan rekonstruksi identitas yang dilakukan oleh transpuan dalam rangka membentuk citra diri yang lebih otentik. Dengan mengacu pada teori queer dan teori tubuh Bryan S. Turner, penelitian ini menegaskan bahwa praktik penggunaan makeup oleh transpuan bukan hanya bersifat personal, tetapi juga politis dan kultural. Makeup menjadi bentuk artikulasi gender yang performatif, yang mengubah cara tubuh dipersepsikan, dan menjadi alat perlawanan terhadap sistem sosial yang menindas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademik dalam kajian gender serta menjadi dasar advokasi bagi terciptanya kebijakan sosial yang lebih inklusif terhadap kelompok gender non-normatif.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami peran makeup dalam membentuk identitas dan ekspresi diri transpuan di Yogyakarta, serta mengeksplorasi bagaimana praktik penggunaan makeup dapat menjadi bentuk resistensi terhadap norma-norma gender tradisional yang bersifat heteronormatif. Dalam masyarakat Indonesia yang masih konservatif dan memegang kuat kerangka gender biner, transpuan menghadapi marginalisasi sistemik yang berdampak pada kehidupan sosial, ekonomi, dan psikologis mereka. Makeup bagi transpuan bukan sekadar alat estetika, melainkan menjadi medium simbolik untuk mengafirmasi identitas gender, membangun kepercayaan diri dan menantang batas-batas norma sosial yang membatasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi untuk menggali pengalaman hidup lima informan transpuan yang menggunakan makeup sebagai bagian dari ekspresi gender mereka. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi, kemudian dianalisis dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makeup memiliki fungsi multidimensional: sebagai sarana afirmasi identitas, simbol perlawanan terhadap hegemoni heteronormatif, dan alat untuk membangun ruang aman bagi keberagaman gender. Makeup juga berkontribusi pada proses dekonstruksi dan rekonstruksi identitas yang dilakukan oleh transpuan dalam rangka membentuk citra diri yang lebih otentik. Dengan mengacu pada teori queer dan teori tubuh Bryan S. Turner, penelitian ini menegaskan bahwa praktik penggunaan makeup oleh transpuan bukan hanya bersifat personal, tetapi juga politis dan kultural. Makeup menjadi bentuk artikulasi gender yang performatif, yang mengubah cara tubuh dipersepsikan, dan menjadi alat perlawanan terhadap sistem sosial yang menindas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademik dalam kajian gender serta menjadi dasar advokasi bagi terciptanya kebijakan sosial yang lebih inklusif terhadap kelompok gender non-normatif.
Kata Kunci : Transpuan, Makeup, Identitas Gender, Ekspresi Diri.