Social Hub untuk Generasi Z di Semarang
Fayeza Fathin Fannada, Nur Zahrotunnisaa Zagi, S.T., M.T.
2025 | Skripsi | ARSITEKTUR
Perkembangan ekonomi Kota Semarang yang semakin cepat berdampak pada kesediaan ruang publik yang perlahan dikapitalisasi oleh pemilik modal dan bisnis. Hal ini dapat dilihat pada budaya generasi Z yang kegiatan sosialnya cenderung dilakukan di ruang komersil dengan aktivitas yang bersifat konsumerisme. Sebagai populasi yang dominan di Indonesia dan akan tumbuh untuk melanjutkan negara ini, generasi Z pantas mendapatkan yang lebih baik daripada hiburan dangkal yang terasa kosong. Selain itu, generasi Z membutuhkan ruang yang sehat di mana mereka dapat tumbuh menjadi individu dan bagian dari komunitas, bukan ruang yang mengeksploitasi mereka untuk keuntungan ekonomi semata.
Perancangan social hub memiliki tujuan untuk menciptakan ruang alternatif di mana generasi Z dapat berinteraksi sosial, berekspresi, dan beraktivitas. Melalui pendekatan urban acupuncture, perancangan ruang publik baru ini menjadi sebuah intervensi kecil sebagai pemantik perubahan dalam skala urban, serta untuk menghadirkan ruang publik yang lebih aksesibel untuk semua.
Melalui penyediaan ruang yang fleksibel dan inklusif, social hub menjadikan aktivitas sebagai katalis terbentuknya hubungan antar individu melalui berbagi pengalaman dan pembentukan komunitas. Di tengah perubahan yang begitu pesat, social hub menjadi sebuah oasis yang menawarkan konektivitas sebagai pengingat bahwa hubungan sosial memaknai kehidupan. Perancangan ini dilakukan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran bahwa ruang publik merupakan hak semua orang, bahwa ruang yang inklusif dan aksesibel seharusnya diberikan bukan didapatkan, serta menjadi katalis untuk perubahan yang lebih besar pada tata ruang urban di masa depan.
The rapic economical growth in Semarang has impacted the availability of public spaces that are slowly being capitalized by private owned establishments. This can be seen through Gen Z's tendencies to choose commercial spaces for their social activities through consumerist approach. As the dominant population in Indonesia and will grow up to continue this country, Gen Z deserves better than shallow escapism that feels empty. In addition, Gen Z needs a healthier space where they can grow into individuals and be part of a community, not spaces that exploit them for economic growth alone.
The design of the social hub aims to create an alternative space where Gen Z can interact, express themselves, and indulge in their favorite activities. Through urban acupuncture approach, the design of this new public space can be seen as a small intervention to trigger a bigger change on an urban scale, as well as to present a more accessible public space for all.
By providing flexible and inclusive spaces, this social hub makes activities a catalyst for new relationships through sharing experiences and forming communities. In the midst of such rapid change, social hub becomes an oasis that offers connectivity as a reminder that social relationships give meaning to life. This design was carried out as an effort to raise awareness that public space is everyone's right, that inclusive and accessible space should be given, not earned, and to be a catalyst for greater change in urban planning in the future.
Kata Kunci : Social Hub, Ruang Publik, Inklusivitas, Urban Acupuncture, Kota Semarang