Laporkan Masalah

Pelabuhan Perikanan Pondokdadap di Pesisir Sendangbiru Berbasis Konsep Eco-Culture Waterfront

Idha Ghosyaniya Mufidah Ali, Fishery Port, Eco-Culture Waterfront, Sendangbiru, Fishing Culture, Sustainable Fisheries.

2025 | Skripsi | ARSITEKTUR

Pelabuhan Perikanan Pondokdadap di Pesisir Sendangbiru merupakan pusat aktivitas perikanan di Jawa Timur, terutama dalam sektor tuna dan cakalang. Pesisir Kabupaten Malang menjadi daerah dengan hasil tangkapan tuna dan cakalang terbesar diJawa Timur pada tahun 2019. Dusun Sendangbiru, yang terletak di Desa Tambakrejo, memiliki perekonomian yang berorientasi pada sektor perikanan. Kehadiran nelayan migran dari suku Madura dan Bugis berdampingan dengan nelayan lokal menciptakan budaya perikanan khas yang berkembang sebagai bentuk adaptasi mereka. Selain sebagai pusat perikanan, daerah ini juga memiliki potensi pariwisata berbasis konservasi yang dapat dikembangkan menjadi sektor kuliner perikanan. Namun, perkembangan PelabuhanPondokdadap menghadapi beberapa tantangan, seperti pengelolaan tata ruang, efisiensi distribusi hasil perikanan, serta integrasi dengan lingkungan dan budaya setempat. Jika dikelola dengan baik, sektor pariwisata kuliner ini dapat menjadi peluang ekonomi bagi masyarakat Pelabuhan Pondokdadap. Pendekatan Eco-Culture dalam pengembangan pelabuhan ini bertujuan untuk mengintegrasikan budaya perikanan lokal dengan bentang alam sebagai daya tarik utama. Dengan konsep ini, pelabuhan tidak hanya berfungsi sebagai pusat perikanan tetapi juga menjadi ruang interaksi antara masyarakat lokal dan pendatang, menciptakan melting pot yang menghubungkan aktivitas nelayan dengan kehidupan sosial dan ekonomi di kawasan pesisir.

Pondokdadap Fishing Port on the Sendangbiru Coast is a major center for fisheries activities in East Java, particularly in the tuna and skipjack sectors. The Malang Regency coast recorded the highest tuna and skipjack catch in East Java in 2019. Dusun Sendangbiru, located in Tambakrejo Village, has an economy focused on the fisheries sector. The presence of migrant fishermen from the Madurese and Bugis ethnic groups, alongside local fishermen, has fostered a distinctive fishing culture that has evolved as a form of adaptation. In addition to being a fisheries hub, this area also holds potential for conservation-based tourism, which can be further developed into a seafood culinary sector. However, the development of Pondokdadap Fishing Port faces several challenges, including spatial planning, the efficiency of fish distribution, and integration with the local environment and culture. If managed properly, the seafood tourism sector could provide economic opportunities for the local community. The Eco-Culture approach in the port’s development aims to integrate local fishing traditions with the natural landscape as a key attraction. With this concept, the port not only serves as a fisheries center but also functions as a space for interaction between locals and visitors, creating a melting pot that connects fishing activities with the social and economic dynamics of the coastal community.

Kata Kunci : Pelabuhan Perikanan, Eco-culture Waterfront, Sendangbiru, Budaya Perikanan, Perikanan Berkelanjutan

  1. S1-2025-473667-abstract.pdf  
  2. S1-2025-473667-bibliography.pdf  
  3. S1-2025-473667-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2025-473667-title.pdf