PERANCANGAN KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) SUPPLIER DENGAN PENDEKATAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus di Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java Ltd.)
Valdi Sina Ilman, Prof. Ir. Nur Aini Masruroh, S.T., M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng
2010 | Skripsi | S1 TEKNIK INDUSTRISupplier merupakan elemen yang penting dalam pengadaan barang di Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ). Namun demikian, masih terdapat supplier yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku seperti keterlambatan, barang yang dipasok memiliki cacat, bahkan ada yang melakukan manipulasi dan penipuan. Tindakan-tindakan tersebut dapat menghambat berbagai kegiatan bisnis di PHE ONWJ. Bagian yang bertanggung jawab untuk mengatur performa supplier adalah koordinator SPM (Supplier Performance Management). Koordinator SPM bertugas untuk mengadakan evaluasi mengenai performa tiap-tiap supplier yang mengirimkan barang ke PHE ONWJ. Namun demikian koordinator SPM belum bekerja secara optimal karena pendataan supplier belum terstruktur dengan baik dan hanya melihat performa supplier secara parsial. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang Key Performance Indicator (KPI) supplier di PHE ONWJ dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan performa supplier. KPI ini digunakan untuk mengevaluasi performa supplier secara komprehensif dan terstruktur. Perancangan KPI dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD) untuk menentukan hirarki evaluasi performa supplier serta penyebaran kuesioner kepada stakeholder-stakeholder untuk menentukan bobot masing-masing kriteria yang selanjutnya dihitung dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan perhitungan dengan metode AHP, kriteria yang memiliki bobot tertinggi yaitu kualitas sebesar 21,2% diikuti dengan ketepatan waktu 20,2. Pada KPI terdapat rating yang merupakan hasil penilaian terhadap kinerja supplier. Selain itu, KPI juga memberikan alert status yang menandakan bahwa supplier tersebut akan tetap dalam kategori hijau atau terindikasi mendapat kategori kuning, merah, maupun hitam dikarenakan mereka melanggar ketentuan yang berlaku. Alert status terdiri dari green, yellow suspect, red suspect, serta black suspect. Rating dan alert status merupakan 2 hal yang tidak mutlak sebanding. Hal ini dikarenakan rating bergantung pada kriteria-kriteria yang masing-masing memiliki bobot berbeda, sedangkan alert status hanya sebagai status peringatan terhadap suatu supplier. Selain itu, rating lebih mengutamakan pada keterlambatan dan kualitas, sedangkan alert status lebih menekankan pada kualitas dan bebas kriminal agar supplier tersebut tidak mendapat alert status red atau black.
Kata Kunci : KPI (Key Performance Indicator), AHP (Analytic Hierarchy Process), SPM (Supplier Performance Management).