Simbol, Ritual, dan Pengalaman Religius Penghayat Sapta Darma dalam Perspektif William James
Lindra Prastica, Drs. Farid, M.Hum. ; Syarif Hidayatullah, S.Ag., M.Ag., M.A.
2025 | Skripsi | ILMU FILSAFAT
Pengalaman religius sejak zaman dahulu hingga sekarang masih kerap dirasakan setiap individu, walaupun dengan bentuk dan cara yang beraneka ragam. Pengalaman religius dapat memperkuat keimanan seseorang dalam meyakini Tuhan dalam agamanya. Terciptanya pengalaman religius juga tidak terlepas dari peranan ritual dan simbol dalam keagamaan sebagai perantaranya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna simbol, ritual, dan pengalaman religius penghayat Sapta Darma dalam perspektif empat ciri pengalaman religius dari fenomenologi agama William James.
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi agama William James untuk menggali pemahaman pengalaman religius penghayat Sapta Darma dengan mengklasifikasikan ke dalam empat ciri pengalaman religius (ineffability, transiency, passivity, noetic quality). Penelitian dilakukan pada penghayat Sapta Darma Cawas Klaten. Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan cara wawancara mendalam. Pengumpulan data pustaka dilakukan dengan pembacaan buku, dan artikel jurnal. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisis data dengan fokus pada simbol, ritual, dan pengalaman religius penghayat dalam kerangka fenomenologi agama William James. Langkah-langkah analisis yang digunakan adalah interpretasi, deskripsi, dan analisis kritis.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara simbol dan ritual dalam menciptakan
pengalaman religius. Simbol seperti “simbol pribadi manusia” merepresentasikan
kesucian jiwa dari sinar cahaya Allah dan menjadi identitas religius yang
mengingatkan penghayat akan tanggung jawab menjaga kesucian jasmani dan rohani.
Ritual seperti sujudan, ening, dan racut memperdalam koneksi spiritual dengan Allah Hyang Maha Kuasa.
Pada keempat ciri pengalaman religius William James didapati kesimpulan bahwa
pengalaman spiritual mereka tidak hanya bersifat personal, tetapi juga
mencerminkan keterhubungan dengan realitas transenden yang melampaui dimensi
duniawi. Ini memperkaya pemahaman individu akan makna hidup dan tujuan
keberadaannya, hal ini juga memberikan kontribusi penting dalam penguatan
identitas religius komunitas Sapta Darma.
Religious experiences have been felt by individuals from ancient times
to the present, albeit in various forms and expressions. These experiences
strengthen a person’s faith in their belief in God. The emergence of religious
experiences is closely linked to the role of rituals and symbols in religion,
which serve as intermediaries. This study aims to analyze the meaning of
symbols, rituals, and religious experiences of Sapta Darma adherents through
the lens of William James’ phenomenology of religion, particularly his four
characteristics of religious experience.
This research employs William James' phenomenological approach to
explore the religious experiences of Sapta Darma adherents by classifying them
into four characteristics of religious experience: ineffability, transiency,
passivity, and noetic quality. The study was conducted among Sapta Darma
adherents in Cawas, Klaten. Field data were collected through in-depth
interviews, while literature data were gathered from books and journal
articles. A qualitative approach was used to analyze the data, focusing on symbols,
rituals, and religious experiences within William James' phenomenological
framework. The analytical steps included interpretation, description, and
critical analysis.
The findings reveal a strong connection between symbols and rituals in
shaping religious experiences. Symbols, such as the "personal human
symbol," represent the purity of the soul as a reflection of the Divine
Light of God and serve as a religious identity that reminds adherents of their
responsibility to maintain both physical and spiritual purity. Rituals such as
sujudan (prostration), ening (meditation), and racut (spiritual purification)
deepen their spiritual connection with the Supreme God. Based on William James'
four characteristics of religious experience, it can be concluded that their
spiritual experiences are not only personal but also reflect a profound
connection with a transcendent reality beyond the material world. This enriches
their understanding of life's meaning and purpose while contributing
significantly to strengthening the religious identity of the Sapta Darma
community.
Kata Kunci : sapta darma, fenomenologi, agama, pengalaman religius, William James