Laporkan Masalah

Negosiasi Identitas: Menjadi K-Popers di Tanah Serambi Mekkah

Rahmah Zakia1, Dr. Sita Hidayah, S.Ant., M.A.

2025 | Tesis | S2 Antropologi

Fenomena K-Pop dalam masyarakat Aceh menghadirkan dinamika menarik dalam negosiasi identitas, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai agama yang mengakar kuat di daerah tersebut. Dalam konteks masyarakat Aceh, di mana nilai-nilai Islam mendominasi tatanan sosial dan budaya, identitas individu sering kali diukur berdasarkan kepatuhan terhadap norma agama. Karena itu, bagaimana keterlibatan kaum muda Aceh dalam aktivitas menggemari K-Pop merupakan suatu yang penting untuk dijelaskan. 

Dengan demikian, penelitian ini memunculkan pertanyaan bagaimana praktik-praktik fandom di tengah syaria’t Islam Aceh? Serta, bagaimana fans K-Pop menegosiasikan identitas mereka di tengah syaria’t Islam Aceh? Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana fans K-Pop dan komunitas fanbase menyeimbangkan kegemaran mereka terhadap budaya Pop dengan norma-norma Islam yang berlaku. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam serta observasi partisipan terhadap tiga fandom yang melangsungkan acara komunitas dalam rentang waktu tersebut. Tiga fandom tersebut yaitu, Engene Aceh, NCTzen Aceh dan Carat Aceh. Selain itu, informasi juga didapat dari partisipan di luar ketiga fandom tersebut. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik fans K-Pop di Aceh dikemas dalam kerangka sosial budaya lokal. Mayoritas fans yang merantau ke Banda Aceh dan berasal dari kelas menengah ke atas, menemukan ruang negosiasi yang lebih luas untuk terlibat dalam aktivitas fandom karena jauh dari pengawasan orang tua atau kerabat. Ruang ini memungkinkan mereka menyeimbangkan kecintaan terhadap K-Pop dengan norma agama dan sosial yang berlaku, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di media sosial. Kegiatan seperti nonton bareng konser idol pun disesuaikan dengan aturan Islam. Inilah yang membedakan fans K-Pop di Aceh dari daerah lainnya, mereka aktif menciptakan ruang kompromi agar fandom dan nilai lokal dapat berjalan berdampingan.


The K-Pop phenomenon in Acehnese society presents interesting dynamics in the negotiation of identity, especially in relation to the deeply rooted religious values in the area. In the context of Acehnese society, where Islamic values dominate the social and cultural order, individual identity is often measured by adherence to religious norms. Therefore, it is important to explain how Acehnese youth engage in K-Pop activities. 

Thus, this research raises the question of how are fandom practices amid Aceh's Islamic sharia't? Also, how do K-Pop fans negotiate their identity in the midst of Aceh's Islamicyaria't? This research aims to understand how K-Pop fans and fanbase communities balance their passion for pop culture with prevailing Islamic norms. Data was collected through in-depth interviews and participant observation of three fandoms that held community events during that time. The three fandoms are Engene Aceh, NCT zen Aceh and Carat Aceh. In addition, information was also obtained from participants outside the three fandoms. 

The results show that the practices of K-Pop fans in Aceh are packaged within the local socio-cultural framework. The majority of fans who migrate to Banda Aceh and come from the upper middle class, find a wider negotiation space to engage in fandom activities because they are away from the supervision of parents or relatives. This space allows them to balance their love for K-Pop with prevailing religious and social norms, both in daily life and on social media. Activities such as watching idol concerts together are also adjusted to Islamic rules. This is what distinguishes K-Pop fans in Aceh from other regions, they actively create a compromise space so that fandom and local values can coexist.


Kata Kunci : K-Pop, fandom, negosiasi identitas, syari'at Islam, budaya populer

  1. S2-2025-508493-abstract.pdf  
  2. S2-2025-508493-bibliography.pdf  
  3. S2-2025-508493-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2025-508493-title.pdf