Quality of Life for Women Experiencing Menopause in Yogyakarta
Gregoria Christalia Nugravita, dr. Hikmawati Nurokhmanti, M.HPE; dr. Fitriana Murriya Ekawati, MPHC., Sp.KKLP., Ph.D.
2025 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER
Latar belakang: Menopause memperkenalkan perubahan fisik, emosional, dan sosial yang mendalam yang membentuk kualitas hidup wanita. Di Yogyakarta, di mana konteks budaya dan sosial menambah lapisan unik pada transisi ini, penelitian tentang dampaknya masih jarang. Studi ini mengungkap bagaimana gejala menopause mempengaruhi kualitas hidup dalam konteks komunitas, menawarkan wawasan yang berakar pada pengalaman lokal.
Tujuan: Untuk menyelidiki hubungan antara gejala menopause dan kualitas hidup di kalangan wanita di Yogyakarta.
Metode: Sebuah studi cross-sectional deskriptif dilakukan dengan 224 Wanita berusia 45–55 tahun dari Puskesmas Jetis 2 di Bantul, Yogyakarta. Para peserta menyelesaikan kuesioner Menopause-Specific Quality of Life (MENQOL), yang telah diadaptasi dan divalidasi agar sesuai dengan budaya setempat. Gejala diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahan (ringan, sedang, atau berat) dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan regresi untuk mengeksplorasi pengaruh demografis terhadap gejala menopause.
Hasil: Gejala fisik seperti nyeri otot dan sendi adalah yang paling sering dilaporkan, mempengaruhi 70,1% peserta. Tantangan psikososial, termasuk kesulitan memori (45,9%) dan kecemasan (32,6%), juga mencolok bersamaan dengan gejala seksual, seperti penurunan hasrat seksual (54,5%). Ibu rumah tangga dan pekerja paruh waktu melaporkan prevalensi gejala tertinggi, terutama di domain fisik dan seksual, yang menunjukkan pengaruh faktor pekerjaan dan sosial ekonomi. Analisis regresi mengidentifikasi usia sebagai prediktor signifikan dari keparahan gejala di domain vasomotor dan fisik (p <0>
Kesimpulan: Studi ini menyoroti bagaimana gejala menopause dengan pengaruh demografis dan budaya membentuk kualitas hidup perempuan di Yogyakarta. Temuan ini menyerukan strategi perawatan kesehatan yang peka budaya, terutama bagi wanita yang lebih tua dan mereka yang menyeimbangkan peran yang menuntut. Dengan memberikan pemahaman yang mendalam tentang menopause melalui kerangka MENQOL, studi ini menawarkan kerangka kerja yang berharga untuk intervensi yang disesuaikan dan eksplorasi lebih lanjut tentang pengalaman menopause yang beragam di Indonesia.
Background: Menopause introduces profound physical, emotional, and social changes that shape women’s quality of life. In Yogyakarta, where cultural and social contexts add unique layers to this transition, research on their impact remains sparse. This study sheds light on how menopausal symptoms affect quality of life in a community setting, offering insights rooted in local experiences.
Objective: This study investigated the relationship between menopausal symptoms and quality of life among women in Yogyakarta.
Methods: A descriptive cross-sectional study was conducted with 224 women aged 45–55 years from the Jetis 2 Primary Healthcare Center in Bantul, Yogyakarta. The participants completed the Menopause-Specific Quality of Life (MENQOL) questionnaire, which was carefully adapted and validated for cultural appropriateness. Symptoms were classified by severity (mild, moderate, or severe) and analyzed using descriptive statistics and regression to explore the demographic
influences on menopausal symptoms.
Results: Physical symptoms such as muscle and joint aches were the most frequently reported, affecting 70.1% of the participants. Psychosocial challenges, including memory difficulties (45.9%) and anxiety (32.6%), were also notable alongside sexual symptoms, such as decreased sexual desire (54.5%). Stay-at-home mothers and part-time laborers reported the highest prevalence of symptoms, particularly in the physical and sexual domains, suggesting the influence of occupational and socioeconomic factors. Regression analysis identified age as a significant predictor of symptom severity in the vasomotor and physical domains (p <0>
Conclusions: This study highlights how menopausal symptoms with demographic and cultural influences shape the quality of life of women in Yogyakarta. These findings call for culturally sensitive healthcare strategies, particularly for older women and those balancing demanding roles. By providing a nuanced understanding of menopause through the MENQOL framework, this study offers a valuable framework for tailored interventions and further exploration of Indonesia’s diverse experiences of menopause.
Kata Kunci : Kata kunci: menopause, kualitas hidup, Yogyakarta, gejala menopause, factor demografis, sensitivitas budaya