Kolonialisme dan Krisis Ekologi dalam Novel Membunuh Harimau Jawa karya Risda Nur Widia

Idrisu Farisu Robbi Hababa, Dr. Sudibyo, M.Hum.

2025 | Tesis | S2 Sastra

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengaruh kolonialisme terhadap krisis ekologi dan mengungkap relasi antara manusia dan alam dalam novel Membunuh Harimau Jawa karya Risda Nur Widia. Dengan berlatar kependudukan pemerintah kolonial di Hindia Belanda, novel ini menampilkan praktik kekerasan lingkungan yang ditandai oleh tokoh Meneer Dedrick, seorang juragan tanah yang menguasai tanah Desa Pajang melalui upaya rekayasa ekonominya. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, dengan menggunakan buku teori Postcolonial Ecoriticism karya Graham Huggan dan Helen Tiffin sebagai objek formal.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh kolonialisme terhadap krisis ekologi dilancarkan melalui beberapa wacana kolonial. Wacana ideologi pembangunan Barat dalam proyek jembatan desa, terbukti tidak bertujuan untuk pengembangan dan pemerataan ekonomi warga desa, melainkan hanya sebagai penunjang moda ekonomi korporasi nasional yang berafiliasi dengan institusi pemerintah kolonial. Relasi manusia dan alam ditampilkan dengan masih menempatkan manusia sebagai spesies yang paling unggul. Melalui wacana rasisme dan spesiesisme terhadap binatang, Harimau Jawa menjadi target perburuan. Dengan representasi sebagai binatang buas, praktik pembunuhan Harimau Jawa memiliki legalitas dengan alasan keselamatan manusia. Meskipun relasi antara manusia dan alam masih dipengaruhi oleh gagasan kolonialisme, terdapat upaya untuk memulihkan relasi tersebut. Adapun upaya pemulihan tersebut ditandai dengan dimunculkannya kepercayaan pribumi warga desa yang meyakini bahwa Harimau Jawa merupakan sosok jelmaan ruh leluhur.

This study aims to reveal the influence of colonialism on the ecological crisis and the relationship between humans and nature in the novel Membunuh Harimau Jawa by Risda Nur Widia. Situated in the occupation of the colonial government in the Dutch East Indies, the novel features the practice of environmental violence characterized by the character Meneer Dedrick, a landowner who controls the land of Pajang Village through his economic engineering efforts. This research is descriptive qualitative, with Graham Huggan and Helen Tiffin's Postcolonial Ecoriticism theory book as the formal object. The results of this study show that the influence of colonialism on ecological crises is launched through several colonial discourses. The discourse of Western development ideology as embodied through the village bridge project, proved not to be aimed at the development and economic equality of villagers, but only as a support for the economic mode of national corporations affiliated with colonial government institutions. The relationship between humans and nature is shown by still placing humans as the most superior species. Through the discourse of racism and speciesism towards animals, Javanese tigers are targeted for hunting. With the representation as a wild animal, the practice of killing Javanese tigers has legality on the grounds of human safety. Although the relationship between humans and nature is still influenced by the idea of colonialism, there are attempts to recover the relationship. The recovery effort is marked by the emergence of indigenous beliefs of villagers who believe that Javanese tigers are the incarnation of ancestral spirits.

Kata Kunci : krisis, ekologi, ekokritisisme pascakolonial, pembangunan, spesiesme/ crisis, ecology, postcolonial ecocriticism, development, speciesism