EFISIENSI RANTAI PASOK KOMODITAS BAWANG MERAH DI KABUPATEN NGANJUK

Achmad Rifa'i, Ir. Any Suryantini, M.M., Ph.D. ; Prof. Dr. Jangkung Handoyo Mulyo, M.Ec.

2025 | Tesis | S2 Magister Manj.Agribisnis

Bawang merah merupakan salah satu komoditas yang mempengaruhi laju inflasi dikarenakan harganya yang fluktuatif. Provinsi Jawa Timur adalah daerah penghasil bawang merah terbesar di Indonesia dengan Kabupaten Nganjuk menjadi penyumbang produksi bawang merah terbesarnya dengan persentase 37,93%. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui aliran rantai pasok dengan metode Food Supply Chain Network (FSCN), menganalisis kinerja rantai pasok menggunakan Supply Chain Operation Reference (SCOR), dan mengukur efisiensi rantai pasok dengan analisis Data Envelopment Analysis (DEA). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling untuk 108 petani dan tiga pakar. Teknik snowball sampling digunakan untuk sampel 10 pedagang dan lima pengolah bawang goreng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai pasok bawang merah di Kabupaten Nganjuk dimulai dari petani sampai konsumen dengan 12 jenis aliran rantai pasok yang terdiri dari aliran produk, aliran keuangan, dan aliran informasi dengan empat daerah tujuan yaitu dalam Kabupaten Nganjuk yang terdiri dari empat aliran, Pasar Induk Kramat Jati Jakarta dengan dua aliran, dan luar Pulau Jawa dengan tiga aliran serta pasar di Pulau Jawa dengan tiga aliran. Secara umum kinerja pelaku rantai pasok Kabupaten Nganjuk dengan perhitungan Supply Chain Operation Reference (SCOR) dalam kategori baik yaitu di tingkat petani dalam kategori baik, di tingkat pedagang dalam kategori sangat baik, dan di tingkat pengolah dalam kategori baik. Kerusakan produk yang terjadi pada petani secara persentase lebih besar dibandingkan dengan kerusakan produk yang didapatkan oleh pedagang. Berdasarkan pengukuran dengan Data Envelopment Analysis (DEA) pada tingkat petani yang efisien sebanyak 8,333?ngan rata-rata efisiensi 0,564 pada asumsi CRS. Petani efisien sebanyak 21,296?ngan rata-rata efisiensi 0,746 pada asumsi VRS. Pedagang yang efisien sebanyak 70?ngan rata-rata efisiensi 0,945 pada asumsi CRS. Pedagang efisien sebanyak 90?ngan rata-rata efisiensi 0,999 pada asumsi VRS. Pengolah efisien sebanyak 80?ngan rata-rata efisiensi 0,973 baik dengan asumsi CRS maupun VRS. Tidak ada korelasi antara kinerja SCOR dengan efisiensi DEA pada pelaku rantai pasok di Kabupaten Nganjuk.

Kata Kunci: bawang merah, DEA, efisiensi rantai pasok, FSCN, SCOR

Shallots are one of the commodities that affect the inflation rate due to its fluctuating price. East Java Province is the largest shallot producing area in Indonesia with Nganjuk Regency being the largest contributor to shallot production with a percentage of 37.93%. This study aims to describe and determine the supply chain flow with the Food Supply Chain Network (FSCN) method, analyze supply chain performance using Supply Chain Operation Reference (SCOR), and measure supply chain efficiency with Data Envelopment Analysis (DEA) analysis. The sampling technique in this study used purposive sampling for 108 farmers and three experts. Snowball sampling technique was used for a sample of 10 traders and five fried onion processors. The results showed that the shallot supply chain in Nganjuk Regency starts from farmers to consumers with 12 types of supply chain flows consisting of product flow, financial flow, and information flow with four destination areas, namely within Nganjuk Regency consisting of four flows, Kramat Jati Main Market Jakarta with two flows, and outside Java Island with three flows and markets in Java Island with three flows. In general, the performance of Nganjuk Regency supply chain actors with the calculation of Supply Chain Operation Reference (SCOR) is in the good category, namely at the farmer level in the good category, at the trader level in the very good category, and at the processor level in the good category. Product damage that occurs to farmers in percentage terms is greater than the product damage obtained by traders. Based on measurements with Data Envelopment Analysis (DEA) at the efficient farmer level as much as 8.333% with an average efficiency of 0.564 on CRS assumptions. Efficient farmers are 21.296% with an average efficiency of 0.746 under VRS assumptions. Efficient traders are 70% with an average efficiency of 0.945 under CRS assumptions. Traders are 90?ficient with an average efficiency of 0.999 under VRS assumptions. Processors are 80?ficient with an average efficiency of 0.973 under both CRS and VRS assumptions. There is no correlation between SCOR performance and DEA efficiency in supply chain actors in Nganjuk Regency.

Keywords: shallots, DEA, supply chain efficiency, FSCN, SCOR

Kata Kunci : bawang merah, DEA, efisiensi rantai pasok, FSCN, SCOR