Latah dan Keterpesonaan dalam Peniruan: Resepsi Audiens Terhadap Unggahan Spot Foto Landmark Tiruan di Website dan Instagram TripZilla.id
Ammar Mahir Hilmi, Dr. Budiawan, S.S., M.A.
2025 | Tesis | S2 Kajian Budaya dan Media
Instruksi
Kementerian Pariwisata pada tahun 2018 yang mendorong berbagai daerah untuk
menghadirkan destinasi digital yang berpotensi viral di media sosial turut
mendasari menjamurnya berbagai destinasi wisata landmark tiruan sebagai
spot foto instagramable. Pembangunan spot foto dengan konsep landmark
tiruan yang instagramable pada umumnya kemudian dimaksudkan untuk
kepentingan pertumbuhan ekonomi suatu daerah melalui daya tarik dan
keterpesonaan massa akan sesuatu yang dianggap baru dan asing dalam kehidupan
mereka. Oleh karena itu, penelitian ini hendak menelaah secara kritis literasi
kepariwisataan terhadap tren landmark tiruan maupun kelatahan destinasi
wisata berbasis spot foto di Indonesia yang banyak diunggah melalui website dan
media sosial instagram.
Penelitian ini kemudian diarahkan untuk menganalisis bagaimana khalayak memaknai unggahan-unggahan yang menampilkan spot foto landmark tiruan tersebut. Pemaknaan khalayak ini lalu didasarkan pada analisis resepsi audiens yang diperkenalkan oleh Stuart Hall. Analisis resepsi audiens yang mengacu pada teori encoding/decoding digunakan untuk mengetahui bagaimana audiens merespons dan memaknai berbagai unggahan tentang spot foto landmark tiruan yang terdapat pada website dan instagram TripZilla.id.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keragaman latar belakang para narasumber selaku audiens yang meresepsi turut mempengaruhi keragaman posisi mereka dalam memaknai unggahan tersebut. Keragaman yang dimaksud antara lain profesi, kegemaran, minat, dan keseharian audiens. Meski aspek posisionalitas audiens dapat diidentifikasi melalaui pernyataan mereka, namun audiens dalam memaknai tetap berdasarkan konteks. Para audiens secara aktif memaknai fenomena spot foto landmark tiruan antara lain sebagai kelatahan budaya, ketidakpercayaan diri, kurangnya kreativitas, tidak natural, tidak berkelanjutan, serta hanya menyasar kalangan tertentu. Namun di sisi lain hal ini juga sekaligus dimaknai sebagai ruang ekspresi baru, dialog antar budaya, wadah edukasi, dan peluang usaha. Diketahui pula bahwa visualisasi dan narasi imajinatif tentang spot foto landmark tiruan yang terdapat pada website dan instagram TripZilla.id oleh audiens ternyata turut mempengaruhi pilihan mereka untuk datang dan berkunjung ke salah satu destinasi. Namun di sisi lain citra-citra visual atas beragam landmark tiruan yang diunggah pada website dan instagram TripZilla.id tidak secara otomatis melahirkan imajinasi audiens seakan-akan sedang berada di suatu negara di mana landmark tersebut berasal.
The Ministry of Tourism's instruction in 2018 encouraging various
regions to present digital destinations that have the potential to go viral on
social media also underlies the proliferation of various mock landmark tourist
destinations as instagramable photo spots. The development of photo spots with
the concept of instagramable mock landmarks is generally then intended for the
benefit of an area's economic growth through the attraction and fascination of
the masses for something that is considered new and unfamiliar in their lives.
Therefore, this research intends to critically examine the tourism literacy
towards the trend of copycat landmarks and Instagram-based photo spot tourist
destinations in Indonesia that are widely uploaded through websites and social
media.
This research is then directed at analysing how audiences interpret the uploads featuring the mock landmark photo spots. This audience interpretation is then based on the audience reception analysis introduced by Stuart Hall. Audience reception analysis that refers to encoding/decoding theory is used to find out how audiences respond to and interpret various uploads about mock landmark photo spots found on the TripZilla.id website and Instagram.
The results of this study show that the diversity of the backgrounds of the interviewees as the audience who perceived it also influenced the diversity of their positions in interpreting the uploads. The diversity in question includes the profession, hobbies, interests, and daily life of the audience. Although the positionality aspect of the audience can be identified through their statements, the audience in interpreting remains based on context. The audiences actively interpreted the phenomenon of mock landmark photo spots, among others, as cultural inferiority, lack of self-confidence, lack of creativity, unnatural, unsustainable, and only targeting certain groups. But on the other hand, it is also interpreted as a new space for expression, intercultural dialogue, educational platform, and business opportunities. It is also known that the visualisation and imaginative narrative of mock landmark photo spots found on the TripZilla.id website and Instagram by the audience have influenced their choice to come and visit a destination. However, on the other hand, the visual images of various mock landmarks uploaded on TripZilla.id's website and Instagram do not automatically create the audience's imagination as if they were in a country where the landmarks originated.
Kata Kunci : Resepsi, Audiens, Spot Foto, Landmark Tiruan, Instagramable