Laporkan Masalah

Artikulasi Kekerasan dalam Film Klasifikasi Usia Semua Umur oleh Internal Lembaga Sensor Film

Mazda Radita Roromari, Prof. Dr. Faruk

2024 | Tesis | S2 Kajian Budaya dan Media

Lembaga Sensor Film (LSF) memiliki kuasa dalam mengarahkan tontonan bagi anak-anak dengan memberikan klasifikasi usia Semua Umur, yang ditekankan bagi penonton anak dan dalam aturannya melarang adegan kekerasan. Pada kenyataannya banyak film dengan klasifikasi usia Semua Umur memiliki konten kekerasan. Ketidaksesuaian antara acuan peraturan dan hasil klasifikasi usia dipengaruhi oleh wacana internal LSF. Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap wacana yang mendominasi di internal LSF, sehingga melegitimasi kekerasan dalam film Semua Umur. Kajian ini meninjau proses klasifikasi usia pada film “Satria Dewa: Gatotkaca”, yang sarat dengan adegan kekerasan namun memperoleh klasifikasi usia Semua Umur. Pendekatan analisis wacana dan hegemoni model ketiga Ernesto Laclau digunakan untuk menguraikan bagaimana wacana dibentuk, dikontestasikan, dan dikonsolidasikan agar kekerasan dalam film Semua Umur diterima oleh publik. Temuan menunjukkan bahwa LSF memiliki dua wacana dominan, yaitu nasionalisme dan masyarakat madani, untuk melegitimasi kekerasan dalam film Semua Umur. Kekerasan dilegitimasi pada film yang dinilai memiliki narasi kebudayaan dan kesetaraan bangsa, yang sejalan dengan wacana nasionalisme sebagai arah dasar dan tujuan perfilman Indonesia. Di sisi lain, wacana masyarakat madani dibangun melalui narasi pendampingan anak, yang seolah-olah melibatkan masyarakat dalam perlindungan anak, padahal dilakukan sebagai pengalihan tanggung jawab atas keputusan LSF. Wacana internal LSF ditinjau mendukung agenda ideologis negara dengan melegitimasi kekerasan dalam film Semua Umur. Penelitian ini menawarkan kontribusi terhadap studi sensor film dan wacana film anak, serta mengusulkan evaluasi sistem klasifikasi usia pada film anak. Temuan ini juga relevan bagi publik dan pemangku kepentingan dalam mengembangkan perspektif kritis terhadap praktik klasifikasi usia di Indonesia.

Lembaga Sensor Film (LSF) or the Indonesian Film Censorship Board provides a Semua Umur film rating, which is emphasized for child audiences and prohibits scenes of violence in its rules. In reality, many Semua Umur-rated films have violent content. LSF's internal discourse influences the discrepancy between the regulatory reference and the rating results. This research reveals the dominating discourse within LSF, thus legitimizing violence in Semua Umur-rated films, through reviewing the film rating process of "Satria Dewa: Gatotkaca," which has violent scenes but obtained a Semua Umur rating. Ernesto Laclau's discourse analysis and third model of hegemony approach examine how discourses are shaped, contested, and consolidated so that the public accepts violence in Semua Umur-rated films. The findings show that LSF has nationalism and civil society discourse that legitimizes violence in Semua Umur-rated films. Violence is legitimized through the culture and equality of nation narration, which aligns with the nationalism discourse as the direction of Indonesian cinema. On the other hand, civil society discourse is built through the parental guide narration, which ostensibly involves the community in child protection, even though it is done as a shifting responsibility for LSF's decision. LSF's internal discourse is viewed as supporting the state's ideological agenda by legitimizing violence in the Semua Umur-rated films. This research contributes to the study of film censorship and children's film discourse and proposes an evaluation of the film rating system, especially in children's films.

Kata Kunci : klasifikasi usia film, sistem klasifikasi usia, klasifikasi usia film untuk anak, wacana film, film anak

  1. S2-2024-471725-abstract.pdf  
  2. S2-2024-471725-bibliography.pdf  
  3. S2-2024-471725-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2024-471725-title.pdf