PANTUN HAHIWANG DI KABUPATEN PESISIR BARAT DAN BEBANDUNG DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT PROVINSI LAMPUNG: KAJIAN FORMULA, TRANSMISI, FUNGSI
Shinta Komala, Dr. Novi Siti Kussuji Indrastuti, M. Hum.
2025 | Tesis | S2 Sastra
INTISARI
Pantun Hahiwang dan Bebandung merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang banyak ditemui di Provinsi Lampung dan sekitarnya. Objek material pada penelitian ini adalah serangkaian pantun kesenian Hahiwang dan Bebandung yang didapat dari lantunan narasumber, yakni pehahiwang dan juru bicara Bebandung. Pantun Hahiwang dan Bebandung digunakan sebagai objek material dikarenakan ada beberapa fungsi dari pantun Hahiwang dan Bebandung yang memang berbeda dengan pantun pada umumnya, fungsi religious dan juga fungsi sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode pengumpulan data yaitu wawancara dengan beberapa narasumber, kemudian dilanjutkan dengan metode analisis data.
Penelitian ini menggunakan objek formal dari teori sastra lisan Albert B. Lord dan fungsi sastra lisan Ruth Finnegan. Ada dua rumusan masalah pada penelitian ini, yakni bagaimana formula dan transmisi pada sastra lisan Hahiwang pada masyarakat Pesisir Barat dan Bebandung pada masyarakat Tulang Bawang Barat provinsi Lampung, dan apa saja fungsi Pantun Hahiwang pada masyarakat Pesisir Barat dan Bebandung pada masyarakat Tulang Bawang Barat provinsi Lampung.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya formula, transmisi, dan fungsi dari pantun Hahiwang dan Bebandung dengan tema besar berupa penghormatan kepada para tamu undangan yang sedang menyaksikan penampilan Hahiwang dan Bebandung berlangsung. Konteks pertunjukan pada Pantun Hahiwang dan Bebandung meliputi situasi, penampil, durasi, dan penonton. Transmisi yang terjadi pada generasi sebelumnya diwariskan secara turun-temurun dalam masyarakat Lampung. Dahulu, pantun Hahiwang dan Bebandung ini sering disampaikan atau dinyanyikan oleh kaum perempuan ketika mereka menghadapi situasi sulit, terutama terkait dengan perpisahan atau kematian. Pada generasi masa kini, Hahiwang tengah berada di ambang kepunahan. Dengan jumlah penutur asli yang terus berkurang. Saat ini tradisi Hahiwang hampir ditinggalkan oleh masyarakat Pesisir Barat. Pelantunnya hanya didominasi oleh orang-orang tua penikmat Hahiwang serta para seniman saja. Sementara generasi muda hampir melupakannya. Hanya beberapa gelintir saja yang mau menggeluti Hahiwang dan Bebandung ini.
Fungsi pantun dari sastra lisan Hahiwang dan Bebandung meliputi fungsi religius dan fungsi sosial. Fungsi religius dalam pantun Hahiwang dan Bebandung adalah sebagai penyebaran ajaran agama Islam, dapat juga dilihat dari salam pembuka yang disampaikan penutur dan penyampaian isi Hahiwang dan Bebandung yang banyak merujuk pada keagamaan dan fungsi sosial meliputi petuah-petuah yang disampaikan dalam isi dan juga menyampaikan perasaan kepada seseorang.
Kata kunci : Pantun, Hahiwang, Bebandung, Formula, Transmisi, Fungsi
Abstract
Pantun Hahiwang and Bebandung is a form of oral literature that is often found in Lampung Province and its surroundings. The material object in this research is a series of Hahiwang and Bebandung artistic rhymes obtained from the chanting of sources, namely the Pehahiwang and the Bendadung spokespersons. The Hahiwang and Bebandung pantuns are used as material objects because there are several functions of the Hahiwang and Bebandung pantuns which are different from pantuns in general, religious functions and also social functions. The method used in this research is a data collection method, namely interviews with several sources, then continued with data analysis methods.
This research uses formal objects from Albert B. Lord's theory of oral literature and the function of Ruth Finnegan's oral literature. There are two problem formulations in this research, namely what is the formula and transmission of the Hahiwang oral literature in the West Pesisir and Banyakdung communities in the Tulang Bawang Barat community, Lampung province, and what are the functions of the Hahiwang Pantun in the West Pesisir and Banyakung communities in the West Tulang Bawang community, Lampung province.
The results of this research show that there is a formula, transmission and function of the Hahiwang and Bebandung rhymes with a big theme in the form of respect for the invited guests who are watching the Hahiwang and Bebandung performances take place. The performance context in Pantun Hahiwang and Bebandung includes the situation, performers, duration, and audience. The transmission that occurred in previous generations was passed down from generation to generation in Lampung society. In the past, the Hahiwang and Bebandung rhymes were often delivered or sung by women when they faced difficult situations, especially those related to separation or death. In today's generation, Hahiwang is on the verge of extinction. With the number of native speakers continuing to decrease. Currently, the Hahiwang tradition has almost been abandoned by the people of the West Coast. The singers are only dominated by old people who enjoy Hahiwang and artists. Meanwhile, the younger generation has almost forgotten about it. Only a few are willing to take part in Hahiwang and Bebandung.
The function of pantun from the Hahiwang and Bebandung oral literature includes a religious function and a social function. The religious function in the Hahiwang and Bebandung pantuns is to spread the teachings of the Islamic religion, it can also be seen from the opening greetings given by the speakers and the delivery of the contents of Hahiwang and Bebandung which often refer to religious and social functions including the advice conveyed in the content and also convey feelings to somebody.
Keywords: Pantun, Hahiwang, Bebandung, Formulas, Transmission, Function
Kata Kunci : Pantun, Hahiwang, Bebandung, Formula, Transmisi, Fungsi