Optimasi Ukuran dan Lokasi Battery Energy Storage System untuk Mendukung Penetrasi Variable Renewable Energy dengan Mempertimbangkan Degradasi Baterai
Chico Hermanu Brillianto Apribowo, Prof. Ir. Sarjiya, S.T., M.T., Ph.D., IPU.; Prof. Dr. Ir. Sasongko Pramono Hadi, DEA., IPU.; Prof. Dr.Eng. Ir. F. Danang Wijaya, S.T., M.T., IPM.
2025 | Disertasi | S3 Teknik Elektro
Penetrasi variable
renewable energy (VRE) terus meningkat seiring dengan komitmen global terhadap transisi
energi berkelanjutan. Namun, sifat intermittent dari VRE memunculkan tantangan baru dalam operasi dan
perencanaan sistem tenaga, terutama dalam menjaga keseimbangan antara beban dan
pembangkitan. Penetrasi
VRE yang tinggi ke dalam jaringan sistem tenaga listrik dapat menyebabkan perubahan
kebutuhan kapasitas ramping sistem. Kapasitas
ramping sistem ini merupakan salah satu indikator penting fleksibilitas
sistem tenaga listrik untuk mendukung penetrasi VRE yang tinggi. Untuk
mendukung kebutuhan fleksibilitas tersebut, salah satu solusi yang dapat
diterapkan adalah integrasi teknologi battery
energy storage system (BESS). Meskipun demikian, implementasi BESS
menghadapi masalah berupa degradasi baterai yang sering
terabaikan dalam perencanaan BESS. Aspek degradasi baterai yang tidak
dipertimbangkan dalam perencanaannya dapat mengakibatkan kapasitas dan efisiensi
yang menurun, biaya operasional yang lebih tinggi, dan masa pakai baterai yang lebih
pendek. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan optimasi ukuran dan
lokasi BESS yang tidak hanya mempertimbangkan fleksibilitas sistem, tetapi juga
aspek degradasi baterai guna mendukung penetrasi VRE. Penelitian disertasi
ini bertujuan untuk mengembangkan model degradasi baterai berbasis data-driven menggunakan artificial
neural network (ANN) yang diinterpretasikan ke dalam persamaan regresi polinomial
orde dua. Model ini dirancang untuk menangkap sifat nonlinear degradasi baterai
berdasarkan parameter seperti state of charge (SOC) dan depth
of discharge (DOD). Model degradasi ini kemudian diintegrasikan ke dalam optimasi
ukuran dan lokasi BESS menggunakan mixed integer linear
programming (MILP) dengan prosedur unit commitment (UC) direct
current optimal power flow (DC-OPF). Studi kasus dilakukan pada sistem
kelistrikan Lombok, yang memiliki potensi VRE tinggi di Indonesia. Sistem
kelistrikan Lombok memiliki total kapasitas pembangkit terpasang sebesar 486,69
MW, dengan beban puncak pada tahun 2023 mencapai 358 MW. Penelitian disertasi ini mengevaluasi tiga skema
optimasi: (1) tanpa penggunaan BESS atau sebagai baseline, (2)
menggunakan BESS berbasis second-life battery
(SLB) tanpa model degradasi baterai, dan (3) menggunakan BESS berbasis
SLB dengan model degradasi baterai yang diusulkan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa skema kedua dan ketiga secara signifikan dapat meningkatkan penetrasi
maksimum VRE hingga 67%, dibandingkan dengan skema baseline yang hanya
6,28%. Total
kapasitas optimal BESS berbasis SLB untuk rating energi 1746,22 MWh dan rating
daya 150,07 MW, yang ditempatkan di bus GI Kuta sebagai solusi strategis untuk
meningkatkan fleksibilitas sistem tenaga listrik. Penggunaan BESS
berbasis SLB juga mampu mengurangi total biaya sebesar 13,18% dibandingkan dengan
skema baseline. Hal ini menegaskan bahwa integrasi BESS berbasis SLB
secara efektif dapat mendukung penetrasi VRE. Selain itu, model degradasi
baterai yang diusulkan juga memiliki performa yang sangat baik, dengan nilai mean
absolute percentage error (MAPE) sebesar 0,75% lebih rendah
dibandingkan dengan model regresi biasa 1,12?n R-squared sebesar 0,98 yang nilainya sama dengan
regresi biasa. Nilai MAPE yang rendah menunjukkan tingkat kesalahan prediksi
yang minimal, sementara R-squared yang tinggi menunjukkan adanya korelasi yang
kuat antara parameter seperti SOC dan DOD dengan degradasi baterai. Penerapan
model degradasi ini juga terbukti memperpanjang masa pakai BESS hingga 16 tahun, yang memberikan
manfaat teknis berupa pengurangan frekuensi penggantian baterai. Secara keseluruhan, hasil penelitian disertasi ini memberikan kontribusi nyata dalam
optimasi ukuran dan lokasi BESS dengan mempertimbangkan model degradasi baterai
yang akurat. Pendekatan ini mampu meningkatkan penetrasi VRE ke dalam jaringan sistem tenaga listrik, mengoptimalkan
masa pakai baterai, dan mendukung transisi energi berkelanjutan melalui
implementasi sistem penyimpanan energi yang lebih efisien.
The
penetration of variable renewable energy (VRE) continues to rise, driven by
global commitments to a sustainable energy transition. However, the
intermittent nature of VRE introduces new challenges in power system operations
and planning, particularly in maintaining the balance between load and
generation. High VRE penetration in power grids significantly alters the
system's ramping capacity requirements, which serve as a critical indicator of
the power system's flexibility to accommodate high VRE levels. To address these
flexibility needs, integrating battery energy storage systems (BESS) has
emerged as a potential solution. Nonetheless, the implementation of BESS is
often hindered by battery degradation, a factor frequently overlooked in BESS
planning. Neglecting battery degradation can result in reduced capacity and
efficiency, higher operational costs, and shorter battery lifespan. Therefore,
an optimized approach to sizing and locating BESS is essential, considering
both system flexibility and battery degradation to support VRE penetration.
This dissertation aims to develop a data-driven battery degradation model using
artificial neural networks (ANN), interpreted into a second-order polynomial
regression equation. The model captures the nonlinear nature of battery
degradation based on parameters such as state of charge (SOC) and depth of
discharge (DOD). This degradation model is integrated into the optimization of
BESS sizing and placement using mixed-integer linear programming (MILP) with a
unit commitment (UC) direct current optimal power flow (DC-OPF) procedure. A
case study was conducted on the Lombok power system, which has significant VRE
potential in Indonesia. The Lombok power system features a total installed
capacity of 486.69 MW, with a peak load of 358 MW in 2023. The dissertation
evaluates three optimization schemes: (1) baseline without BESS, (2)
second-life battery (SLB)-based BESS without a degradation model, and (3)
SLB-based BESS incorporating the proposed degradation model. Results reveal
that the second and third schemes significantly increase maximum VRE
penetration to 67%, compared to only 6.28% in the baseline scenario. The
optimal SLB-based BESS capacity comprises 1746.22 MWh energy rating and 150.07
MW power rating, strategically located at the Kuta GI bus to enhance power
system flexibility. The use of SLB-based BESS also reduces total costs by 13.18%
compared to the baseline scheme, underscoring its effectiveness in supporting
VRE penetration. Moreover, the proposed battery degradation model demonstrates
excellent performance, with a mean absolute percentage error (MAPE) of 0.75%,
lower than the conventional regression model (1.12%), and an R-squared value of
0.98, comparable to the conventional regression model. The low MAPE indicates
minimal prediction error, while the high R-squared signifies a strong
correlation between parameters such as SOC and DOD with battery degradation.
Implementing this degradation model extends the BESS lifespan to 16 years,
providing technical benefits by reducing battery replacement frequency. Overall,
the findings of this dissertation offer a substantial contribution to
optimizing BESS sizing and placement, incorporating an accurate battery
degradation model. This approach enhances VRE penetration into power grids,
optimizes battery lifespan, and supports a sustainable energy transition
through more efficient energy storage systems.
Kata Kunci : variable renewable energy, intermittent, battery energy storage system, fleksibilitas, degradasi baterai, mixed integer linear programming, unit commitment, direct current optimal power flow.