Resiliensi Organisasi Pengelola Desa Wisata Pentingsari terhadap Pandemi Covid-19

Ira Dahlia, Dr. Phil. Ag Subarsono, M.Si., M.A.

2025 | Skripsi | ILMU ADMINISTRASI NEGARA (MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan pada sektor pariwisata berupa kerentanan yang tinggi selama pandemi Covid-19. Waktu yang dibutuhkan oleh sektor pariwisata untuk pulih dari dampak pandemi Covid-19 lebih lama dibandingkan krisis yang diakibatkan oleh bencana kesehatan lainnya. Namun, terdapat destinasi wisata yang mampu mempertahankan resiliensi dan bangkit lebih cepat. Penelitian ini akan menganalisis tingkat resiliensi destinasi wisata yang terindikasi mempunyai kriteria tersebut pada tingkat organisasi pengelola, yaitu di Desa Wisata Pentingsari. Penelitian ini akan membahas indikator pembentuk resiliensi organisasi Pengelola Desa Wisata Pentingsari dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dan dianalisis berdasarkan dua teori utama. Pertama, indikator resiliensi organisasi yang diolah dengan mengombinasikan teori dari Lee et al. (2013) dan Orchiston et al. (2016). Kedua, faktor-faktor pengaruh diidentifikasi berdasarkan teori dari Hall et al. (2017). Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Narasumber dipilih melalui purposive sampling dan memungkinkan adanya snowball sampling jika diperlukan. Kemudian, tahap alur analisis data terdiri atas kondensasi data, penyajian data, serta penarikan dan verifikasi kesimpulan (Miles et al., 2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengelola Desa Wisata Pentingsari mempunyai tingkat resiliensi yang tinggi terhadap pandemi Covid-19. Tingkat resiliensi tersebut dipengaruhi oleh faktor berupa sumber daya manusia, proses, dan jaringan. Dari hasil tersebut, dirumuskan rekomendasi berupa percepatan respons awal terhadap krisis, pemerataan akses informasi, pengembangan kemampuan sumber daya manusia dalam hal teknologi digital dan bahasa asing, serta peningkatan kerja sama dengan objek wisata lain di sekitar Pentingsari.

This research is rooted from problems in the tourism sector in the form of high vulnerability during the Covid-19 pandemic. Tourism sector needs longer time to recover from the impact of the Covid-19 pandemic than the crisis caused by other health disasters. However, there are tourist destinations that are able to maintain resilience and rise faster. This research will analyze the level of resilience of tourist destinations that are indicated to have these criterias at the management organization level, namely Pentingsari Tourism Village. This research will discuss the indicators that form the resilience of the Pentingsari Tourism Village Management organization and identify the influencing factors. Therefore, this research is conducted and analyzed based on two main theories. First, organizational resilience indicators which are processed by combining theories from Lee et al. (2013) and Orchiston et al. (2016). Second, the influence factors were identified based on the theory from Hall et al. (2017). The research method used is descriptive qualitative with data collection through interviews and observations. Interviewees were selected through purposive sampling and allowed for snowball sampling if necessary. Then, the data analysis consists of data condensation, data presentation, and conclusion drawing and verification (Miles et al., 2014). The results showed that Pentingsari Tourism Village Manager has a high level of resilience to the Covid-19 pandemic. The level of resilience is influenced by factors such as human resources, processes, and networks. From these results, recommendations were formulated in the form of accelerating the initial response to the crisis, equalizing access to information, developing human resource capabilities in terms of digital technology and foreign languages, and increasing cooperation with other tourist attractions around Pentingsari.

Kata Kunci : pariwisata, resiliensi organisasi, desa wisata, pandemi Covid-19